Istana para raja atau sultan di Jawa biasanya merupakan suatu kompleks yang luas yang menampung tempat tinggal bagi keluarga raja, saudara dekat dan jauh, pengawal dan pegawai kerajaan. Kompleks ini dilengkapi berbagai sarana fisik yang antara lain untuk memenuhi kebutuhan akan keamanan perlindungan, rekreasi, ibadah dan tepat upacara. Dari semua unsur itu yang terpenting ialah bangunan yang kuat dan aman dari kemungkinan serangan lawan atau musuh. Bangunan pertahanan yang terbaik ialah benteng atau tembok keliling yang tinggi dan kuat yang pintu-pintunya dijaga siang dan malam oleh pengawal-pengawal yang handal. Bahkan wilayah suatu negara ada yang dibatasi atau ditutup dengan benteng semacam ini. Contoh klasik yang dikenal luas ialah tembok besar Cina yang panjangnya sekitar 2450 kilometer untuk mencegah kaum Nomad yang terutama datang dari arah utara. Tembok Cina tersebut dibangun oleh kaisar Chin Sye Huang Ti sekitar tahun 220 SM.
Konsep Tata Ruang Istana
Sebelum timbulnya kesultanan di Jawa lebih dahulu ada kerajaan Hindu-Buddha yang tentunya juga mempunyai istana atau keraton sendiri yang dilengkapi berbagai sarana untuk melancarkan jalannnya pemerintahan. Bangunan terpenting masa itu ialah rumah raja dan keluarganya, pegawainya dan pengawalnya serta bangunan suci untuk beribadah. Bangunan istana kerajaan Majapahit, terutama ketika masa pemerintahan raja Hayam Wuruk (1350-1389), disebutkan secara tidak langsung oleh pujangga Prapanca di dalam kitab Nagarakertagama. Dituturkan bahwa pintu gerbang kompleks istana Majapahit ada di sebelah utara disertai menara pengawas dan alun-alun luas. Bangunannya dikelilingi tembok berwarna merah. Rumah raja diapit oleh rumah ayahandanya dan adiknya yang semuanya berada di sudut tenggara. Ada bangunan suci beserta rumah pendeta ada lapangan luas dan lapangan upacara dan balai yang besar serta gapura-gapura yang memisahkan bangunan rumah raja dengan semua bangunan sebelumnya. Bangunan rumah tinggal bagi pejabat keagamaan dan pejabat tinggi lainnya berada di luar tembk sebelah utara, timur dan selatan. Posisi ini sekaligus ikut mengamankan kompleks istana raja.
Tata Ruang Istana Kasultanan Yogyakarta
Sesudah runtuhnya kerajaan Hindu-Buddha, yang muncul ialah kerajaan Demak. Yang tampak sekarang di Demak ialah alun-alun serta masjid yang sangat tersohor yang terletak di sebelah barat dari alun-alun. Rumah Bupati yang asli juga ada di sebelah selatan dari alun-alun yang dahulunya menjadi istana sultan Demak.
Istana Susuhunan di Surakarta (dibangun abad XVII M) dan istana Kesultanan di Yogyakarta (dibangun tahun 1755 M) semuanya menghadap ke utara; di depan istana ada alun-alun utara dan di barat alun-alun utara ini ada masjid agung; di selatan istana juga ada alun-alun selatan yang ukurannya lebih kecil daripada alun-alun utara.
Sumber:
Tim Koordinasi Siaran Direktorat Jenderal Kebudayaan. 1995. Aneka Ragam Khasanah Budaya Nusantara VI. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Konsep Tata Ruang Istana
Sebelum timbulnya kesultanan di Jawa lebih dahulu ada kerajaan Hindu-Buddha yang tentunya juga mempunyai istana atau keraton sendiri yang dilengkapi berbagai sarana untuk melancarkan jalannnya pemerintahan. Bangunan terpenting masa itu ialah rumah raja dan keluarganya, pegawainya dan pengawalnya serta bangunan suci untuk beribadah. Bangunan istana kerajaan Majapahit, terutama ketika masa pemerintahan raja Hayam Wuruk (1350-1389), disebutkan secara tidak langsung oleh pujangga Prapanca di dalam kitab Nagarakertagama. Dituturkan bahwa pintu gerbang kompleks istana Majapahit ada di sebelah utara disertai menara pengawas dan alun-alun luas. Bangunannya dikelilingi tembok berwarna merah. Rumah raja diapit oleh rumah ayahandanya dan adiknya yang semuanya berada di sudut tenggara. Ada bangunan suci beserta rumah pendeta ada lapangan luas dan lapangan upacara dan balai yang besar serta gapura-gapura yang memisahkan bangunan rumah raja dengan semua bangunan sebelumnya. Bangunan rumah tinggal bagi pejabat keagamaan dan pejabat tinggi lainnya berada di luar tembk sebelah utara, timur dan selatan. Posisi ini sekaligus ikut mengamankan kompleks istana raja.
Tata Ruang Istana Kasultanan Yogyakarta
Sesudah runtuhnya kerajaan Hindu-Buddha, yang muncul ialah kerajaan Demak. Yang tampak sekarang di Demak ialah alun-alun serta masjid yang sangat tersohor yang terletak di sebelah barat dari alun-alun. Rumah Bupati yang asli juga ada di sebelah selatan dari alun-alun yang dahulunya menjadi istana sultan Demak.
Istana Susuhunan di Surakarta (dibangun abad XVII M) dan istana Kesultanan di Yogyakarta (dibangun tahun 1755 M) semuanya menghadap ke utara; di depan istana ada alun-alun utara dan di barat alun-alun utara ini ada masjid agung; di selatan istana juga ada alun-alun selatan yang ukurannya lebih kecil daripada alun-alun utara.
Sumber:
Tim Koordinasi Siaran Direktorat Jenderal Kebudayaan. 1995. Aneka Ragam Khasanah Budaya Nusantara VI. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.