Tugu Ara

Tugu Ara berada di Jalan Jenderal Sudirman, Pasar Liwa, Balik Bukit, Kabupaten Lampung Barat. Tugu yang dibangun pada era kepemimpinan Bupati Erwin Nizar sekitar tahun 2000 ini merupakan landmark Kota Liwa, Ibukota Kabupaten Lampung Barat. Adapun wujudnya diadopsi dari hagha (pohon yang dahulu banyak tumbuh di wilayah Lampung Barat) yang dibentuk sedemikian rupa setinggi sekitar 11 meter. Pada bagian puncak dibuat semacam belalai menghadap ke atas berjumlah 16 buah yang melambangkan jumlah marga di Lampung Barat. Di bawah belalai ada empat buah bulatan sebagai lambang empat kebuayan yang menaungi ke-16 marga.

Saat sekarang, Tugu Ara penanda Kota Liwa hanya tinggal kenangan. Pada sekitar tahun 2017, Pemkab Lampung Barat melalui Dinas Lingkungan Hidup memutuskan untuk merubuhkannya sebagai salah satu upaya penataan kawasan Sekunting Terpadu. Sebagai ganti, dibuatlah Tugu Sekura dengan dilengkapi tiga buah pohon pinang untuk memperindahnya. Tugu baru ini dianggap lebih merepresentasikan kekhasan budaya masyarakat Lampung Barat.

Sukun

Sukun atau Artocarpus communis forst termasuk dalam divisi magnoliophta, kelas magnoliosida, sub kelas dilleniidae, ordo urticales, famili moraceae, dan genus artocarpus. Pohon ini dapat tumbuh mulai dari 5 meter hingga belasan meter dengan batang besar dan relatif lurus. Cabang pohon berbentuk datar dan berdaun besar yang tersusun berselang-seling. Lebar daun antara 20-40 cm dan panjang 20-60 cm dengan kulit agak liat berwarna hijau kilap pada bagian atas dan kusan, kasar, berbulu pada bagian bawahnya. Buahnya terbentuk dari perkembangan bunga betina majemuk dengan diameter antara 10-30 cm. Bentuk buah berbiji timbul dengan duri-duri lunak dan pendek di bagian luarnya yang berwana hijau kekuningan.

Pohon sukun memiliki kandungan zat atau senyawa berkhasiat bagi tubuh manusia. Tiap bagian mulai dari akar, batang, daun, hingga buah sukun memiliki kandungan unik yang dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit. Akar sukun misalnya, mengandung sembilan senyawa flavon yang berguna sebagai antioksidan. Ekstrak kayu sukun mengandung senyawa artocarpin yang memacu apoptosis pada sel kanker payudara. Buah sukun selain enak juga dapat dijadikan sebagai pengganti nasi bagi penderita diabetes karena mengandung asam amino esensial. Dan, yang paling berkhasiat adalah daunnya karena mengandung falvonoid, asam hidrosianat, aseticolin, tannin, dan riboflavin. Daun sukun baik ditumbuk maupun direbus diyakini dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit, seperti: hepatitis, ginjal, jantung, sakit gigi, gatal-gatal, asam urat, kolesterol, peradangan, hipertensi, kanker, dan lain sebagainya. Berikut adalah pengolahan secara tradisional tanaman sukun dalam mengobati suatu penyakit.

Sakit kuning
Belah buah sukun menjadi beberapa bagian lalu rebus hingga mendidih. Air rebusannya dapat diminum setiap hari hingga sembuh.

Liver
Apabila sakit kuning yang merupakan pembekakan hati telah parah dan menjadi lever, pohon sukun tetap dapat digunakan untuk menyembuhkannya. Adapun caranya adalah dengan merebus beberapa lembar daun sukun tua hingga mendidih dan berwarna coklat seperti teh. Air rebusan tersebut diminum setiap hari selama minimal dua minggu atau sampai sembuh.

Kolesterol
Segenggam daun sukun yang sudah dikeringkan diseduh bersama bangle dengan air panas untuk diminum setiap pagi hari guna menurunkan kadar kolesterol dalam tubuh.

Ginjal
Rebus beberapa lembar daun sukun kering dan minum sesering mungkin karena air rebusannya hanya dapat digunakan untuk satu hari.

Panu
Remas daun sukun tua lalu gosok secara berulang-ulang pada bagian tubuh yang berpanu sebanyak 2-3 kali dalam sehari selama kurang satu minggu atau hingga panu hilang.

Asam urat
Rebus segenggam daun sukun yang sudah kering hingga mendidih. Setelah didinginkan dapat diminum setiap hari dan menghindari makan daun singkong serta jeroan agar cepat sembuh.

Sakit gigi
Bakar bunga sukun hingga menjadi arang dan oleskan pada daerah pipi atau gigi yang sakit.

Kanker
Cuci bersih sehelai daun sukun yang sudah tua, rebus dalam lima gelas air selama beberapa menit. Setelah mendidih tambah dengan lima gelas air dan didihkan lagi hingga air tersisa setengahnya. Terakhir, saring dan tambahkan sedikit air lagi untuk setiap hari selama satu bulan.

Sariawan
Tumbuk halus daun sukun sambil beri sedikit agar berbentuk seperti bubur untuk dioleskan pada bagian mulut yang mengalami sariawan.

Pegal-pegal
Rebus daun sukun dalam dua liter air selama sekitar 15 menit. Setelah mendidih tambahkan lagi empat liter air dan satu sendok makan garam lalu gunakan untuk merendam kaki.

Foto: http://www.stuartxchange.org/Rimas.html

Jawer Kotok

Jawer kotok atau coleus hybridus merupakan tumbuhan semak yang dapat tumbuh pada dataran rendah hingga ketinggian 1.500 meter di atas permukaan air laut. Tumbuhan ini tingginya antara 30-150 centimeter dengan batang berbentuk segi empat, daun berbentuk hati yang bagian tepinya berlekuk tipis, dan untaian bunganya bersusun tiap pucuk tangkai. Jawer kotok adalah tumbuhan liar yang biasa ditemukan di tepian sungai, pematang sawah, atau sepanjang jalan.

Bagi sebagian masyarakat di daerah pedesaan Indonesia, jawer kotok merupakan tumbuhan yang berguna untuk mengobati berbagai macam penyakit. Berikut adalah pengolahan secara tradisional jawer kotok dalam mengobati suatu penyakit.

Kencing manis1
Batang, daun, bunga, dan akar jawer kotok direbus dengan satu liter air hingga mendidih. Air rebusannya diminum dua kali sehari pada pagi dan sore hari.

Ambeien2
Daun jawer kotok direbus dengan lima liter air hingga mendidih. Air rebusannya diminum sejumlah satu gelas setiap malam hari.

Bisul3
Oleskan daun jawer kotok dengan minyak lentik (kelapa) lalu panggang. Setelah hangat tempelkan pada bisul.

Borok4
Tumbuk halus daun jawer kotok lalu tempelkan pada bagian yang terkena borok

Sakit Perut5
Rebus akar jawer kotok dengan air hingga mendidih. Setelah dingin, air rebusannya diminum pada pagi dan sore hari

Terlambat datang bulan6
Beberapa lembar daun jawer kotok direbus hingga mendidih. Setelah dingin minum sebanyak satu gelas sehari sampai haid datang.

Foto: https://www.imgrumweb.com/hashtag/daunjawer

1. Ciri-ciri penyakit kencing manis di antaranya: mudah lelah, penurunan berat badan, sering haus, warna kulit menjadi gelap, pengelihatan melemah, selalu lapar, dan apabila luka akan lama sembuhnya.
2. Ambeien ditandai dengan timbulnya rasa nyeri disekitar anus saat BAB, mengeluarkan darah saat BAB, muncul benjolan di sekitar anus.
3. Bisul merupakan infeksi lokal pada kulit dalam sehingga menimbulkan benjolan berisi nanah.
4. Borok dicirikan dengan adanya luka terbuka pada kulit, mata atau membran mukosa yang disebabkan oleh peradangan, infeksi, kanker, hipertensi, dan lain sebagainya.
5. Sakit Perut ditandai dengan rasa mual atau nyeri di bagian perut.
6. Terlambat datang bulan diakibatkan karena siklus datang bulan tidak sesuai jadwal.

Kelurahan Cipadung

Kondisi Geografis
Kelurahan Cipadung secara administratif termasuk dalam wilayah Kecamatan Cibiru, Kota Bandung dengan batas geografis: sebelah utara dengan Kelurahan Palasari, sebelah selatan dengan Kelurahan Cipadung Wetan (Kecamatan Panyileukan), sebelah barat dengan Kelurahan Palasari, dan sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Pasirbiru. Kelurahan yang memiliki luas sekitar 105 hektar ini berada pada dataran bergelombang dengan ketinggian 700 meter di atas permukaan air laut. Adapun iklim yang menyelimutinya sama seperti daerah lainnya di Indonesia, yaitu tropis yang ditandai oleh adanya dua musim, penghujan dan kemarau. Musim penghujan biasanya dimulai pada Oktober-Maret, sedangkan musim kemarau biasanya dimulai pada bulan April-September. Curah hujannya rata-rata 66 milimeter perbulan. Temperaturnya rata-rata berkisar 23,5-32,0 Celcius. Tekanan udara sekitar 1.009,5 mb dan kelembaban udara rata-rata 79,3 persen.

Organisasi Pemerintahan
Daerah Cipadung mulai berdiri sekitar tahun 1980 dalam bentuk sebuah desa. Seiring waktu dengan bertambahnya jumlah penduduk, tahun 1982 wilayah Cipadung dipecah menjadi dua buah desa, yaitu Mekar Mulya dan Cipadung. Dan, baru tahun 1987 Cipadung beralih status menjadi sebuah kelurahan setelah wilayah yang menaunginya (Ujungberung) mengalami pemekaran dan berada dalam administratif Kota Bandung. Adapun orang-orang yang pernah memimpin Cipadung (dari mulai desa hingga kelurahan) di antaranya adalah: Mas Suradireja (1890-1910), Suralaksana (1910-1917), Sumadireja (1918-1924), Mantadireja (1925-1938), Mas Sumartadireja (1938-1948), Niti Iskandar (1949-1960), O Moch Yacha (1961-1961), M. Santanudimaja (1961-1965), Syamsuri (1966-1967), M. Soehana (1967-1982), U. Suryana (1982-1986), Anang R (1986-1995), Maman S (1996-2002), Sopandi (2002-2009), dan Iyus Rusmana (2009-2017).

Struktur organisasi pemerintahan tertinggi di Kelurahan Cipadung dipegang oleh seorang Lurah. Dalam menjalankan tugasnya Lurah dibantu oleh Sekretaris Kelurahan, Kelompok Jabatan Fungsional, Seksi Ekonomi dan Pembangunan, Seksi Kesejahteraan Sosial, dan Seksi Pemerintahan. Mereka bekerja dalam satu kerangka visi dan misi yang sama untuk kemajuan Kelurahan Cipadung. Visi tersebut adalah "Mewujudkan Kelurahan Cipadung Termaju dalam Bidang Pelayanan dan Pemberdayaan Masyarakat". Visi itu kemudian dijabarkan dalam tiga buah misi yang harus dilaksanakan atau diemban agar seluruh anggota organisasi dan pihak yang berwenang dapat mengetahui dan mengenal keberadaan serta peran Kelurahan Cipadung dalam menyelenggarakan Pemerintahan. Adapun ketiga misi itu adalah: (a) Terwujudnya kinerja aparatur Kelurahan Cipadung yang lebih efektif, transparan, dan akuntabel; (b) Terwujudnya kelembagaan masyarakat yang sinergis dan memiliki kepabilitas; dan (c) Mengembangkan sumber daya masyarakat meliputi bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi kemakmuran, lingkungan hidup, seni, dan budaya (kkn.uinsgd.ac.id).

Kependudukan
Penduduk Kelurahan Cipadung berjumlah 17.795 jiwa atau 388 Kepala Keluarga (KK). Jika dilihat berdasarkan jenis kelamin, maka jumlah penduduk laki-laki mencapai 9.621 jiwa dan penduduk berjenis kelamin perempuan mencapai 10.174 jiwa. Para penduduk ini tersebar di 17 Rukun Warga (RW). RW 001 dihuni oleh 1.109 jiwa (523 laki-laki dan 586 perempuan); RW 002 1.922 jiwa (925 laki-laki dan 997 perempuan); RW 003 541 jiwa (251 laki-laki dan 290 perempuan); RW 004 1.398 jiwa (681 laki-laki dan 717 perempuan); RW 005 1.008 jiwa (450 laki-laki dan 558 perempuan); RW 006 700 jiwa (338 laki-laki dan 362 perempuan); RW 007 531 jiwa (259 laki-laki dan 272 perempuan); RW 008 814 jiwa (409 laki-laki dan 405 perempuan); RW 009 884 jiwa (427 laki-laki dan 457 perempuan); RW 010 556 jiwa (273 laki-laki dan 283 perempuan); RW 011 1.321 jiwa (638 laki-laki dan 686 perempuan); RW 012 1.369 jiwa (680 laki-laki dab 689 perempuan); RW 013 1.913 jiwa (908 laki-laki dan 1.005 perempuan); RW 014 1.909 jiwa (941 laki-laki dan 968 perempuan); RW 015 1.949 jiwa (1.018 laki-laki dan 931 perempuan); RW 016 706 jiwa (327 laki-laki dan 561 perempuan); dan RW 17 dihuni oleh 1.115 jiwa dengan jumlah laki-laki sebanyak 554 jiwa dan perempuan 561 jiwa.

Jika dilihat berdasarkan golongan usia, penduduk yang berusia 0-12 tahun ada 4.312 jiwa (35,44%), kemudian yang berusia 13-50 tahun ada 6.302 (51,80%), dan yang berusia 51 tahun ke atas 953 jiwa (7,83%). Ini menunjukkan bahwa penduduk Kelurahan Cipadung sebagian besar berusia produktif.

Mata Pencaharian
Letak Kelurahan Cipadung yang menjadi bagian dari Kota Bandung membuatnya mengalami kemajuan relatif pesat terutama dalam bidang industri, perdagangan, hotel, dan restoran. Hal ini membuat mata pencaharian penduduknya pun semakin beragam. Menurut data dari BPS Kota Bandung tahun 2018 jenis mata pencaharian yang digeluti oleh warga masyarakat Kelurahan Cipadung di antaranya adalah: pegawai negeri di berbagai instansi pemerintah, (kelurahan, kecamatan, pemerintah daerah, perguruan tinggi, dan lain sebagainya) sejumlah 1.198 orang, TNI/Polri 270 orang, dan yang bekerja di non-pemerintah (karyawan swasta 2.576 orang, pedagang 2.821 orang, pedagang kaki lima 208 orang, pengusaha angkutan kota 4 orang, pengusaha rumah makan 210 orang, perajin 17 orang, pengusaha percetakan 12 orang, seniman, peternak, tukang, montir 18 orang, petani 540 orang, dan lain sebagainya).

Pendidikan dan Kesehatan
Sebagai sebuah kelurahan yang berada dalam wilayah pusat pemerintahan Provinsi Jawa Barat, tentu saja Cipadung memiliki sarana pendidikan dan kesehatan yang memadai bagi masyarakatnya. Adapun sarana pendidikan yang terdapat di kelurahan ini, diantaranya adalah: 7 buah Taman Kanak-Kanak dengan jumlah siswa sebanyak 180 orang dan 20 tenaga pengajar; 3 buah Sekolah Dasar dengan jumlah siswa sebanyak 1.462 orang dan 68 orang tenaga pengajar; 4 buah Sekolah Menengah Pertama dengan jumlah siswa sebanyak 2.000 orang dan 120 tenaga pengajar; 5 buah Sekolah Menengah Atas dengan jumlah siswa sebanyak 920 orang dan 180 tenaga pengajar; serta 2 buah Sekolah Menengah Kejuruan. Sementara untuk sarana kesehatan Kelurahan Cipadung memiliki 6 buah rumah bersalin/praktik bidan, 1 buah puskesmas, 3 buah apotek, 14 buah klinik, dan 21 buah posyandu. (BPS Kota Bandung 2018).

Pola Pemukiman
Pola pemukiman penduduk Cipadung umumnya berjajar dengan arah hadap ke jalan (pola pita/ribbon). Arah rumah yang berada bukan di pinggir jalan pun arahnya mengikuti yang ada di pinggir jalan. Berdasarkan data dari Kantor Kelurahan Cipadung tahun 2017, jumlah rumah yang ada di kecamatan tersebut ada 4.924 buah. Dari ke 4.924 buah rumah tersebut, 2.028 buah diantaranya telah bersifat permanen (beratap genting, bedinding tembok, dan berlantai keramik), 2.088 buah semi permanen, dan hanya 808 buah sisanya masih berbentuk bangunan sementara.

Rumah-rumah tersebut ada yang dibangun warga secara perorangan yang letaknya cenderung tidak beraturan dan ada pula perumahan yang dibangun oleh pengembang perumahan swasta. Perumahan yang bentuk dan ukurannya sama itu terdapat di hampir seluruh wilayah kelurahan, termasuk di wilayah Rukun Warga 15, yaitu Perumahan Griya Cipadung Asri. Di depan Perumahan Griya Cipadung Asri ini terdapat Pasar Wisata 46 dan Pasar Wisata Cibiru yang menyediakan segala macam barang kebutuhan hidup.

Agama dan Kepercayaan
Agama yang dianut oleh Masyarakat Kelurahan Cipadung sangat beragam, yaitu: Islam 21.166 jiwa, Kristen 428 jiwa, Katolik 111 jiwa, Hindu 6 jiwa, dan Budha 6 jiwa. Ada korelasi positif antara jumlah pemeluk suatu agama dengan jumlah sarana peribadatan. Hal itu tercermin dari banyaknya sarana peribadatan yang berkaitan dengan agama Islam (mesjid, musholla dan langar). Berdasarkan data yang tertera pada Badan Pusat Statistik Kota Bandung tahun 2018, jumlah mesjid yang ada di sana mencapai 11 buah dan musholla/langgar/surau mencapai 25 buah. Sementara data yang berkaitan dengan sarana peribadatan penganut agama lain belum tersedia. (ali gufron)

Cola

Cola merupakan salah satu peralatan yang digunakan dalam proses rima atau pembabatan pepohonan guna membuka linko (ladang) pada masyarakat peladang di daerah Manggarai, Nusa Tenggara Timur. Cola adalah istilah setempat bagi sebuah benda yang dalam bahasa Indonesia disebut sebagai kapak. Adapun kegunaannya untuk menebang pepohonan besar yag sulit ditebas hanya dengan menggunakan kope (parang). Di daerah Manggarai cola dibagi menjadi dua jenis berdasarkan panjang corang atau pegangannya. Cola dengan panjang corang hanya sekitar 50 centimeter berfungsi menebang pepohonan besar dan keras, sementara yang berukuran hingg 100 centimeter untuk membelah kayu.

Kope

Kope adalah salah satu peralatan yang digunakan oleh masyarakat peladang di daerah Manggarai, Nusa Tenggara Timur, saat melakukan aktivitas rima dalam usaha pembukaan lingko (ladang). Kope atau parang dapat dibagi menjadi beberapa jenis menurut ukuran, bentuk, maupun kegunaannya. Untuk menebang pepohonan berukuran kecil sekaligus memapas cabang-cabangnya kope yang digunakan disebut kope selek. Sementara untuk memotong cabang pohon yang berdiameter agak besar digunakan kope lobo yang berukuran pendek dengan bilah tebal dan bagian mata berbentuk agak buncit. Sedangkan bila pohon yang akan ditebang berukuran besar, kopenya juga berukuran besar yaitu kope cenge (mirip seperti kope lobo namun lebih besar). Dan, kope terakhir adalah kope cengok, berbentuk kecil untuk menebas rerumputan.

Seluruh jenis kope bagian bilahnya dibuat dari besi/baja yang ditempat sedemikian rupa hingga pipih, halus dan tajam. Bagian gagang (corang) untuk kope selek dan kope cengok terbuat dari akar kayu. Sedangkan corang kope lobo dan cenge dari pokok bambu yang berada di dalam tanah (tempat tumbuh akar bambu). Selain itu, sebagai pelengkap setiap kope diberi sarung/pelindung yang disebut sebagai bako kope.

Sirih

Sirih atau Piper betle merupakan tumbuhan merambat yang dapat mencapai panjang hingga 15 meter. Tanaman berakar tunggang ini memiliki batang berwarna cokelat kehijauan berbentuk bulat, dan beruas. Daunnya berbentuk jantung, berujung runcing dengan panjang antara 5-8 centimeter dan belas 2-5 centimeter. Bungannya berbentuk bulir dengan panjang antara 1,5-3 centimeter untuk bulir jantan dan 1,5-6 centimeter untuk bulir betina. Sementara buahnya berbentuk bulat dan berwarna hijau keabu-abuan.

Bagi sebagian masyarakat di Indonesia, sirih merupakan tumbuhan yang berguna untuk mengobati berbagai macam penyakit. Berikut adalah pengolahan secara tradisional tumbuhan sirih dalam mengobati suatu penyakit.

Borok
Giling satu atau dua lembar daun sirih lalu tempelkan pada bagian borok

Jerawat
Tumbuk halus sejumlah 7-10 lembar daun sirih lalu seduh dengan dua gelas air panas. Air seduhannya gunakan untuk mencuci muka 2-3 kali sehari

Mimisan (keluar darah dari hidung)
Memarkan dan gulung daun sirih muda kemudian sumbatkan pada hidung yang berdarah

Batuk
Rebus beberapa lembar daun sirih hingga mendidih dan setelah dingin minum sebanyak dua gelas sehari.

Mengurangi ASI berlebih
Bagi ibu yang baru melahirkan dan memiliki ASI berlebih dapat mengkonsumi sirih agar volumenya berkurang. Adapun caranya adalah dengan mencuci bersih beberapa helai daun sirih lalu mengolesi permukaannya dengan minyak kelapa. Kemudian hangatkan dekat perapian sampai hangat dan layu lalu tempel di seputar payudara.

Bau badan
Beberapa lembar daun sirih direndam dalam satu gelas air panas. Setelah hangat campur dengan satu sendok teh gula lalu diminum.

Bau ketiak
Selembar daun sirih dicampur kapur, remas-remas lalu oleskan pada ketiak agar baunya hilang.

Bau mulut
Beberapa lembar daun sirih dicuci bersih lalu diremas dan kemudian celupkan ke air hangat untuk berkumur.

Luka bakar
Cuci, peras, dan tumbuk beberapa helai daun sirih lalu tempelkan pada luka.

Barusuh/Sariawan
Cuci bersih daun sirih lalu kunyah sampai lumat dan buang ampasnya setelah selesai

Keputihan
Sejumlah10-12 helai daun sirih direbus dalam 2,5 liter air hingga mendidih. Apabila telah hangat, air rebusannya gunakan untuk mencuci vagina.

Mata gatal dan merah
Cuci bersih 5-6 helai daun sirih muda lalu rebus dengan dua gelas air sampai mendidih. Selanjutnya, diamkan hingga menjadi dingin dan gunakan untuk mencuci mata sejumlah tiga kali dalam satu hari pada pagi, sore, dan malam hari.

Koreng
Rebus 10-20 helai daun sirih hingga mendidih dan ketika telah menjadi hangat gunakan untuk membasuh koreng.

Gusi berdarah
Rebus beberapa helai daun sirih dalam dua gelas air lalu gunakan untuk berkumur.

Katarak
Seduh daun sirih dengan air panas dan setelah dingin teteskan pada mata.

Merapatkan daerah kewanitaan
Beberapa lembar daun sirih direbus dengan 2-4 gelas air hingga tinggal 1,5 gelas saja. Setelah agak hangat, saring rebusan sirih tersebut dan minum pada pagi hari sebelum sarapan.

Gatal-gatal
Tumbuk halus tujuh helai daun sirih, jukut bau, apu, kimanila, dan pucuk peuteuy lalu balurkan pada bagian yang gatal.

Foto: https://www.essentialoilscompany.com/products/betel-leaf-oil?variant=32065555651
Cara Pasang Tali Layangan agar Manteng di Udara
Topeng Monyet
Keraton Surosowan

Archive