Ceprus

Ubi kayu atau biasa disebut singkong merupakan salah satu makanan pokok penghasil karbohidrat yang bagian umbinya berwarna putih kekuningan dengan diameter antara 2-3 centimeter dan panjang sekitar 40-80 centimeter. Tanaman dengan nama latin manihot esculenta ini pertama kali dikembangkan di wilayah Amerika Selatan sekitar 10 ribu tahun lalu. Di Indonesia sendiri singkong mulai ditanam secara komersial pada masa kolonial sekitar tahun 1810. Namun, baru pada permulaan abad ke-20 dibudidayakan secara luas karena konsumsinya meningkat. Singkong pun menjadi sumber pangan utama setelah padi-padian dan jagung.

Singkong diolah dengan berbagai macam cara dan digunakan pada berbagai macam masakan. Di daerah Garut Setalan misalnya, singkong diolah sedemikian rupa dengan cara dibakar menjadi penganan yang dinamakan cepres. Adapun cara membuatnya diawali mencuci bersih umbi singkong lalu dibakar. Setelah harum singkong dibersihkan lagi, dipotong-potong, dan kukus hingga matang. Bila telah matang, masukkan dalam larutan gula pasir, gula merah (kawung/aren), garam serta daun pandan lalu direbus hingga rata dan meresap. Terakhir, angkat dan sajikan dalam keadaan hangat.

Gedung Gabungan Koperasi RI

Gedung Gabungan Koperasi RI berada tepat di belokan Jalan Dalem Kaum menuju Jalan Lengkong Besar. Bangunan yang masuk dalam daftar cagar budaya ini mulai digunakan pada 20 Juli 1959 setelah diresmikan oleh Raden Hasan Natapermana. Tujuan pembangunan gedung adalah sebagai kantor baru bagi Gabungan Koperasi Pegawai Republik Indonesia (GKPRI) yang sebelumnya menempati ruangan di Kantor Pekerjaan Umum Provinsi Jawa Barat di Jalan Asia Afrika Nomor 79.

Adapun perancang bangunannya adalah Presiden pertama RI Ir. Soekarno bersama Roosseno dengan gaya arsitektur art deco streamline (salah satu sisi bangunan berbentuk melengkung). Gedung ini memiliki dua lantai dan satu balkon dengan lantai yang sekarang sebagian telah diganti menjadi keramik. Hal lain yang masih dipertahankan hingga kini adalah jarak antara langit-langit dengan lantai yang mencapai sekitar 10 meter berhias beberapa tiang penyangga besar di dalam gedung sehingga terkesan megah. Khusus pada bagian atap, Soekarno merancang menyerupai sebuah bahtera. Adapun tujuannya adalah agar ketika berada di balkon atau di lantai paling atas dapat menikmati seluruh Kota Bandung di segala penjuru, termasuk kawasan Gunung Manglayang.

Setelah sekian lama menjadi kantor GKPRI, pada tahun 2006 gedung berpindah ke tangan pemilik baru yaitu Yose Rizal yang kemudian mengalihfungsikan sebagai hotel dengan nama Hotel Lengkong. Untuk menarik pengunjung, ada sejumlah penambahan di bagian belakang tanpa mengubah struktur bangunan utama serta pemberian warna baru (kombinasi krem-merah dan hijau-merah) pada beberapa tempat. Untuk bagian dalam gedung ditambah sejumlah perabotan baru, lukisan serta foto-foto bangunan-bangunan tempo dulu yang ada di seputar Kota Bandung.

Foto: https://situsbudaya.id/hotel-lengkong-tempati-gedung-rancangan-presiden-i-ri-soekarno/

Kecamatan Lengkong

Letak dan Keadaan Alam
Lengkong merupakan salah satu dari dua puluh sembilah kecamatan yang secara administratif termasuk dalam Kota Bandung dengan batas geografis sebelah utara dengan Kecamatan Sumur Bandung, sebelah timur dengan Kecamatan Batununggal, sebelah selatan dengan Kecamatan Bandung Kidul, dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Regol. Kecamatan yang luas wilayahnya sekitar 575 ha dengan titik koordinat 107°37'21" Bujur Timur dan 6°56'2" Lintang Selatan ini terdiri dari 7 kelurahan, 65 Rukun Warga, dan 431 Rukun tetangga dengan jumlah penduduk. Ke-7 kelurahan itu Cikawao seluas 37,5 Ha, Paledang seluas 32,5 Ha, Lingkar Selatan seluas 118 Ha, Burangrang seluas 51 Ha, Turangga seluas 166 Ha, Malabar seluas 67 HA, dan Cijagra dengan luas 102 Ha.

Topografi Kecamatan Lengkong sebagian besar berada pada dataran dengan ketinggian antara 680 hingga 700 meter di atas permukaan air laut. Adapun iklum yang menyelimutinya sama seperti daerah lainnya di Indonesia, yaitu tropis yang ditandai oleh adanya dua musim, penghujan dan kemarau. Musim penghujan biasanya dimulai pada Oktober-Maret, sedangkan musim kemarau biasanya pada bulan April--September. Curah hujannya rata-rata 66 milimeter perbulan yang ditampung dalam dua buah sungai besar (Cikapundung dan Cikapundung Kolot) serta tiga buah anak sungainya (Cikarees, Cibalong Montok, dan Anak Kali Cikapundung). Temperaturnya rata-rata berkisar 20,0-29,2 Celcius. Tekanan udara sekitar 1.009,5 mb dan kelembaban udara rata-rata 79,3 persen.

Organisasi Pemerintahan
Struktur organisasi pemerintahan tertinggi di Kecamatan Lengkong dipegang oleh seorang Camat (Tb Agus Mulyadi). Dalam menjalankan tugasnya Camat dibantu oleh Wakil Camat, Sekretaris Kecamatan (Dra. Hj Sri Kurniasih), Sub Bagian Umum dan Kepegawaian (Susi Rochaesuci,S.Pd., M.Si.), Sub Bagian Program & Keuangan (Hj.Lia Marlia, S.Ip,Mm),Kelompok Jabatan Fungsional, Seksi Pemerintahan (Dra.Nur Hidayah Azhari, M.Si.), Seksi Pelayanan Kecamatan (Arie Astuti Pr, S.Ip.,M.Ap), Seksi Kemas & Pend (Asep Nunuh Hermawan, S.Sos), Seksi Ekbang & LH (H. Agoes Suprijanto), Seksi Trantib (Dedi Djunaedi, S.Sos), Seksi Pemerintahan (Nanang Suherman), Seksi Pelayanan (Bagus Pribadi, Se.), Seksi Kemasyarakatan (Masayu Elly Indrawati Saleh), Seksi Pemerintahan (Slamet Riyanto, S.Sos), Pelaksana Kecamatan (Wawan Setiawan, S.Sos), Lurah Malabar (Roaida Thalib, Se.,M.Ap.), Lurah Lingkar Selatan (Dikun, S.Sos), Lurah Turangga (Supriatna, S.Sos.), Lurah Paledang (Gun Gun Ginanjar S.Sos), Lurah Cikawao (Jajang Afipudin, S.Sos., M.Si), Lurah Cijagra (Maulana Fatahuddin, S.STP,M.Si), Lurah Burangrang (Japar Solihin, S.Sos, M.Si), dan Lurah Bambu Apus. Untuk melaksanakan tugasnya, bagian sekretariat dibantu lagi oleh Sub Bagian Umum, Sub Bagian Keuangan, serta Sub Bagian Program dan Anggaran.

Para aparatur kecamatan tersebut bekerja dalam satu kerangka visi dan misi yang sama untuk kemajuan Kecamatan Lengkong. Visi tersebut adalah mewujudkan "Kecamatan Lengkong BERSEMANGAT (BERsih, Sejahtera, Maju, Nyaman, Giat, Aman, dan Tertib)”. visi itu dijadikan sebuah misi yang harus dilaksanakan atau diemban agar seluruh anggota organisasi dan pihak yang berwenang dapat mengetahui dan mengenal keberadaan serta peran Kecamatan Lengkong dalam menyelenggarakan Pemerintahan. Adapun misi dari kecamatan ini adalah: (a) Memperkuat kapasitas kelembagaan Kecamatan dan Kelurahan sebagai institusi terdepan dalam pelayanan kepada masyarakat; (b) Meningkatkan kualitas dan kuantitas SDM aparatur kewilayahan di Kecamatan Lengkong; (c) Meningkatkan koordinasi penyelenggaraan pemerintahan di wilayah kecamatan; (d) Meningkatkan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat dalam berbagai sektor pembangunan; (e) Meningkatkan pembinaan ketentraman dan ketertiban umum; (f) Peningkatan kenyamanan; dan (g) Meningkatkan sarana dan prasarana bagi terselenggaranya manajemen perkantoran (portal.bandung.go.id).

Kependudukan
Penduduk Kecamatan Lengkong berjumlah 71.333 jiwa, dengan jumlah Kepala Keluarga (KK) 16.065. Jika dilihat berdasarkan jenis kelaminnya, maka jumlah penduduk laki-lakinya mencapai 32.169 jiwa dan penduduk berjenis kelamin perempuan mencapai 32.375 jiwa. Para penduduk ini tersebar di 7 kelurahan, yaitu Cijagra dihuni oleh 11.255 jiwa (15,78%), Turangga dihuni oleh 14.547 jiwa (20,39%), Lingkar Selatan 11.019 jiwa (15,45%), Malabar 8.206 jiwa (11,50%), Burangrang 10.367 jiwa (14,53%), Cikawao 9.483 jiwa (13,29%), dan Kelurahan Paledang dihuni oleh 6.456 jiwa (9,05%) (BPS Kota Bandung, 2017).

Jika dilihat berdasarkan golongan usia, penduduk yang berusia 0-4 tahun ada 5.914 jiwa, kemudian yang berusia 5-9 tahun ada 6.456 jiwa, berusia 10-14 tahun ada 6.342 jiwa, berusia 15-19 tahun ada 7.083 jiwa, berusia 20-24 tahun ada 7.250 jiwa, berusia 25-29 tahun ada 2.710 jiwa, berusia 30-34 tahun ada 4.892 jiwa, berusia 35-39 tahun ada 4.558 jiwa, berusia 40-44 tahun ada 4.313 jiwa, berusia 45-49 tahun ada 4.204 jiwa, berusia 50-54 tahun ada 3.656 jiwa, berusia 55-59 tahun ada 3.750 jiwa, berusia 60-64 tahun ada 2.873 jiwa, dan yang berusia 65 tahun ke atas ada 2.340 jiwa. Ini menunjukkan bahwa penduduk Kecamatan Lengkong sebagian besar berusia produktif.

Perekonomian
Letak Kecamatan Lengkong yang menjadi bagian dari Kota Bandung membuatnya mengalami kemajuan relatif pesat karena adanya perkembangan dalam bidang industri, terutama industri pariwisata, perdagangan, hotel, dan restoran. Hal ini membuat mata pencaharian penduduknya pun semakin beragam, di antaranya adalah pegawai negeri di berbagai instansi pemerintah, (kelurahan, kecamatan, pemerintah daerah, perguruan tinggi, dan lain sebagainya) sejumlah 7.737 orang, TNI/Polri 1.360 orang, karyawan swasta 8.239 orang, pedagang 6.516 orang, pensiunan 3.219 orang, petani 41 orang, dan lain sebagainya 11.187 orang.

Sarana Pendidikan dan Kesehatan
Sebagai sebuah kecamatan yang berada dalam wilayah pusat pemerintahan Provinsi Jawa Barat, tentu saja Lengkong memiliki sarana pendidikan dan kesehatan yang memadai bagi penduduknya. Adapun sarana pendidikan yang terdapat di kabupaten ini, diantaranya adalah: 21 buah taman kanak-kanak dengan jumlah siswa sebanyak 947 orang dan 90 tenaga pengajar; 20 buah RA dengan jumlah siswa sebanyak 322 orang dan 20 tenaga pengajar, 14 buah Sekolah Dasar Negeri dengan jumlah siswa sebanyak 5.045 orang dan 199 orang tenaga pengajar; 10 buah Sekolah Dasar swasta dengan jumlah siswa sebanyak 2.313 orang dan 150 orang tenaga pengajar, 12 buah Sekolah Menengah Pertama dengan jumlah siswa sebanyak 5.296 orang dan 318 tenaga pengajar; 10 buah sekolah menengah atas dengan jumlah siswa sebanyak 8.227 orang dan 282 tenaga pengajar; 14 buah Sekolah Menengah Kejuruan dengan jumlah siswa sebanyak 7.675 orang dan 382 tenaga pengajar; sebuah Perguruan Tinggi Negeri, dan 8 buah perguruan tinggi swasta dengan jumlah mahasiswa sebanyak 4.202 orang dan 68 tenaga pengajar.

Sementara untuk sarana kesehatan Kecamatan Lengkong memiliki 1 buah rumah sakit umum, 6 buah rumah sakit bersalin, 4 buah puskesmas, 31 buah apotek, 10 buah klinik/balai pengobatan, dan 67 buah posyandu dengan tenaga medis sebanyak 111 orang, terdiri atas: 40 orang dokter umum, 16 orang dokter gigi, 49 orang bidan, 69 apoteker (BPS Kota Bandung 2017).

Agama dan Kepercayaan
Agama yang dianut oleh Masyarakat Kecamatan Lengkong sangat beragam, yaitu: Islam 56.100 jiwa, Kristen 4.548 jiwa, Katolik 2.942 jiwa, Hindu 272 jiwa, Budha 672 jiwa, dan Konghucu 10 jiwa. Ada korelasi positif antara jumlah pemeluk suatu agama dengan jumlah sarana peribadatan. Hal itu tercermin dari banyaknya sarana peribadatan yang berkaitan dengan agama Islam (mesjid, musholla atau langar). Berdasarkan data yang tertera pada Badan Pusat Statistik Kota Bandung, jumlah masjid yang ada di sana mencapai 71 buah dan musholla/langgar/surau mencapai 30 buah. Sarana peribadatan yang berkenaan dengan penganut agama Kristen dan Katolik mencapai 13 buah, sementara data yang berkaitan dengan sarana peribadatan agama Hindu, Budha, maupun penganut aliran kepercayaan belum tersedia.

Sumber:
BPS Kota Bandung. 2017. Kecamatan Lengkong Dalam Angka 2017. Jakarta, Badan Pusat Statistik Kota Bandung.

"Kecamatan Lengkong", diakses dari https://portal.bandung.go.id/pemerintahan/kecamatan/KA xa/kecamatan-lengkong, tanggal 3 Maret 2019.

Nasi Gadung Merah Delima

Bahan
¼ kg gadung
200 gram kacang tolo
Garam secukupnya

Cara membuat
1 ½ kg gadung dikupas. Lalu diparut kasar dan dicuci bersih. Kemudian direndam dengan air abu selama 24 jam, setelah itu dicuci bersih lagi lalu ditiriskan. Direndam air mengalir selama 3 atau 4 hari. 200 gram kacang tolo juga direndam selama ± 2 jam, sebelum dimasak direbus dulu ± ½ jam supaya agak lemah. Baru dikukus bersama-sama gadung yang telah ditiriskan tadi.

Sambal Inkung

Sambal ingkung adalah sambal yang terdiri dari campuran utama belut, kelapa dan kacang tanah. Bahannya terdiri dari 50 gram belut kering, 60 gram kelapa parut dan 50 gram kacang tanah

Bumbu-bumbunya terdiri dari 3 siung bawang merah; 1 siung bawang putih; ketumbar secukupnya; jintan secukupnya; Gula, garam, daun salam secukupnya

Cara membuatnya, belut kering dipotong kecil sebesar dadu lalu digoreng. Kacang tanah digoreng. Bumbu tumis, masukkan kelapa dan masukkan belut yang sudah digoreng, aduk-aduk sampai masak.

Nasi Goreng Pisang Komplit

Bahan
1 sisir pisang kapok (lilin)
Minyak secukupnya
1 ikat sawi
2 butir telur
Kecap manis secukupnya
Garam secukupnya

Bumbu
Cabe merah 5 batang
Bawang putih 2 siung
Bawang merah 3 siung

Cara membuat
Pisang dikupas lalu dicuci bersih, baru disawot dan dikukus selama 30 menit lalu diangkat, didingingkan. Kemudian digiling halus, ditumis baru dimasukkan sawinya, dan telur dicampur dengan pisang + kecap, diaduk sampai masak.

Cumi Isi

Bahan
300 gram cumi
25 gram udang kupas
1 buah cabe hijau
1 ruas wortel
2 siung bawang merah
2 siung bawang putih
Garam, lada dan tomat.

Cara membuat
Dicincang cabai hijau, wotel, bawang putih, udang setelah dicuci beri garam dan lada secukupnya. Cumi dibersihkan (pisahkan dulu bagian kepalanya). Kemudian isi cumi dan tutup dengan bumbu-bumbu tersebut dan tutup kembali dengan kepala cumi. Selanjutnya digoreng sampai matang. Siap dihidangkan bersama saos.
Cara Pasang Tali Layangan agar Manteng di Udara
Topeng Monyet
Keraton Surosowan

Archive