Makam adalah bangunan dari tanah, bata, batu atau kayu untuk memberi tanda di tempat itu ada jenazah di kubur di bawahnya. Pembuatan bangunan makam atau pemakaman hanyalah salah satu proses dari upacara penghormatan manusia, kepada almarhum atau si mati. Selain upacara pemakaman ada pula upacara selamatan. Adapun tata cara pemakaman itu sendiri ada aturannya dan hal ini juga disebut di dalam naskah Babad Tanah Jawi, Hikayat Banjar, dan Bustanus Salatin.
Di Indonesia, khususnya bentuk maesannya, dapat dibagi ke dalam empat pusat persebaran. Kajian mengenai bentuk makam Islam ini telah ditulis sebagai disertasi oleh Hasan Muarif Ambary pada tahun 1984 di Paris dengan judul : L’art funeraire musulman en Indonesie des originaux aur IX secle (Seni Pemakaman Islam di Indonesia sejak awal hingga abad XIX).
Tipe-tipe Makam
Di atas telah disebutkan adanya empat pusat persebaran menurut tipe atau bentuknya. Bentuk makam yang menjadi pusat persebaran tersebut ialah:
1. Bentuk makam Aceh
Maesan dari makam Aceh ini berpangkal pada bentuk batu nisan dari makam Malikul Shaleh (wafat 1293 M) sebagai nisan tertua yang ditemukan di Aceh. Bentuk pangkal ini dengan variasinya tersebar ke Sumatera Utara (makam Kalumpang di Barus), Sumatera Barat, Semenanjung Malaysia, Lampung, Banten dan Jakarta. Persebaran ini terjadi karena kontak dagang dan aliansi politik.
2. Bentuk Makam Demak Troloyo
Demak ada di Jawa Tengah, sedangkan Troloyo ada di Jawa Timur, tetapi pola bentuk makam di dua tempat itu bermiripan. Bentuk maesan di dua tempat itu menyebar hampir ke seluruh Pulau Jawa hingga ke Kalimantan Selatan dan Lombok.
3. Bentuk Makam Bugis-Makassar
Maesan di komplek makam raja-raja Goa dan Bone di Talamate. Soppeng dan Watang Lamuru mempunyai bentuk khusus. Bentuk khusus ini ditiru dan menyebar ke Bima, Sulawesi Tengah dan Kalimantan Timur. Persebaran makam ke Sulawesi Tengah ini karena migrasi sedangkan persebaran ke Bima karena ada aliansi politik antara Goa dan Bima pada abad XVII – XVIII M.
4. Bentuk “lokal”
Bentuk lokal ini tidak meniru tiga tipe maesan di atas. Contoh bentuk lokal ini ditemukan di komplek makam Ternate – Tidore, di Jeneponto dan di beberapa situs makam lainnya.
Deskripsi Maesan
1. Maesan Aceh
Jika bentuk dasar maesan digambarkan sebagai segi-empat panjang, maka maesan Aceh ini pada bahu kanan dan kiri melebar seperti tanduk lembu dan puncak maesannya meninggi seperti kuncup bunga melati. Di tengah badan maesan dihias dengan kaligrafi Islam disertai keterangan nama orang yang dikuburkannya. Bentuk maesan Aceh ini juga berkembang dan mempunyai beberapa variasi.
2. Maesan Dema-Troloyo
Puncak maesan berbentuk angkolade dengan sisi-sisinya bergerigi atau berombak. Bahu badannya tidak menonjol, jadi rata. Badan maesan ini diberi hiasan sederhana ada yang tepinya diberi bingkai, tengahnya bergambar matahari atau dua layar terkembang. Hiasan ini khususnya untuk makam di daerah Demak.
Adapun hiasan pada maesan Troloyo sedikit berbeda. Bahu badan tidak menonjol, tetapi diberi hiasan pahatan yang memberi kesan bahwa bahu badan ini menonjol keluar. Bagian puncak maesan dibuat lebih runcing. Hiasan pada badan maesan berupa garis lengkung dengan sedikit gaya spiral serta ada bulatan seperti mata kucing. Sebuah maesan lainnya berisi pahatan sebuah badik menghadap ke atas.
3. Maesan Bugis-Makassar
Bentuk maesan ini banyak ditemukan di Sulawesi Selatan. Contoh yang ditampilkan di sini berasal dari kompleks pemakaman raja-raja Pasir Balengkong (abad XIX M) di Kabupaten Psir, Kalimantan Timur. Nisan ini terbuat dari kayu. Badan maesan lonjong seperti guci/tempayan. Atapnya berbentuk gunungan dan lainnya berbentuk susunan dua mangkuk ditambah kuncup melati. Badan maesan dihias dengan medalion yang disangga oleh tangkal bunga. Medalionnya ada yang dihias dengan bunga matahari yang dililit oleh tali bersimpul 8. Yang lainnya medalionnya diberi tulisan Arab, mungkin menyebut nama orang yang dimakamkan.
4. Maesan “Lokal”
Maesan lokal umumnya sederhana, ada yang berbentuk tongkat, gada, tugu batu, batu pipih dan lain-lain. Kalau ada hiasannya juga sangat sederhana. Maesan yang berbentuk tugu atau batu pipih dapat diberi tulisan yang menyebut nama si mati dan beberapa keterangan lainnya.
Nisan kubur atau maesan ini jelas merupakan bukti nyata dari kebudayaan Islam yang pernah menyebar luas di wilayah Indonesia. Penjelasan makna maesan dapat diperoleh dari kaligrafi atau inskripsi yang tertulis atau terpahat di atasnya. Maesan dan kaligrafinya dapat memberikan cerita yang panjang tentang salah satu aspek budaya Islam di bidang tata cara penghormatan manusia kepada leluhurnya yang sudah meninggal dunia. Apapun yang terjadi, inilah tinggalan etika Islam yang kita warisi dan patut dikaji sebagai salah satu mata rantai jatidiri bangsa Indonesia.
Sumber:
Tim Koordinasi Siaran Direktorat Jenderal Kebudayaan. 1995. Aneka Ragam Khasanah Budaya Nusantara VI. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Di Indonesia, khususnya bentuk maesannya, dapat dibagi ke dalam empat pusat persebaran. Kajian mengenai bentuk makam Islam ini telah ditulis sebagai disertasi oleh Hasan Muarif Ambary pada tahun 1984 di Paris dengan judul : L’art funeraire musulman en Indonesie des originaux aur IX secle (Seni Pemakaman Islam di Indonesia sejak awal hingga abad XIX).
Tipe-tipe Makam
Di atas telah disebutkan adanya empat pusat persebaran menurut tipe atau bentuknya. Bentuk makam yang menjadi pusat persebaran tersebut ialah:
1. Bentuk makam Aceh
Maesan dari makam Aceh ini berpangkal pada bentuk batu nisan dari makam Malikul Shaleh (wafat 1293 M) sebagai nisan tertua yang ditemukan di Aceh. Bentuk pangkal ini dengan variasinya tersebar ke Sumatera Utara (makam Kalumpang di Barus), Sumatera Barat, Semenanjung Malaysia, Lampung, Banten dan Jakarta. Persebaran ini terjadi karena kontak dagang dan aliansi politik.
2. Bentuk Makam Demak Troloyo
Demak ada di Jawa Tengah, sedangkan Troloyo ada di Jawa Timur, tetapi pola bentuk makam di dua tempat itu bermiripan. Bentuk maesan di dua tempat itu menyebar hampir ke seluruh Pulau Jawa hingga ke Kalimantan Selatan dan Lombok.
3. Bentuk Makam Bugis-Makassar
Maesan di komplek makam raja-raja Goa dan Bone di Talamate. Soppeng dan Watang Lamuru mempunyai bentuk khusus. Bentuk khusus ini ditiru dan menyebar ke Bima, Sulawesi Tengah dan Kalimantan Timur. Persebaran makam ke Sulawesi Tengah ini karena migrasi sedangkan persebaran ke Bima karena ada aliansi politik antara Goa dan Bima pada abad XVII – XVIII M.
4. Bentuk “lokal”
Bentuk lokal ini tidak meniru tiga tipe maesan di atas. Contoh bentuk lokal ini ditemukan di komplek makam Ternate – Tidore, di Jeneponto dan di beberapa situs makam lainnya.
Deskripsi Maesan
1. Maesan Aceh
Jika bentuk dasar maesan digambarkan sebagai segi-empat panjang, maka maesan Aceh ini pada bahu kanan dan kiri melebar seperti tanduk lembu dan puncak maesannya meninggi seperti kuncup bunga melati. Di tengah badan maesan dihias dengan kaligrafi Islam disertai keterangan nama orang yang dikuburkannya. Bentuk maesan Aceh ini juga berkembang dan mempunyai beberapa variasi.
2. Maesan Dema-Troloyo
Puncak maesan berbentuk angkolade dengan sisi-sisinya bergerigi atau berombak. Bahu badannya tidak menonjol, jadi rata. Badan maesan ini diberi hiasan sederhana ada yang tepinya diberi bingkai, tengahnya bergambar matahari atau dua layar terkembang. Hiasan ini khususnya untuk makam di daerah Demak.
Adapun hiasan pada maesan Troloyo sedikit berbeda. Bahu badan tidak menonjol, tetapi diberi hiasan pahatan yang memberi kesan bahwa bahu badan ini menonjol keluar. Bagian puncak maesan dibuat lebih runcing. Hiasan pada badan maesan berupa garis lengkung dengan sedikit gaya spiral serta ada bulatan seperti mata kucing. Sebuah maesan lainnya berisi pahatan sebuah badik menghadap ke atas.
3. Maesan Bugis-Makassar
Bentuk maesan ini banyak ditemukan di Sulawesi Selatan. Contoh yang ditampilkan di sini berasal dari kompleks pemakaman raja-raja Pasir Balengkong (abad XIX M) di Kabupaten Psir, Kalimantan Timur. Nisan ini terbuat dari kayu. Badan maesan lonjong seperti guci/tempayan. Atapnya berbentuk gunungan dan lainnya berbentuk susunan dua mangkuk ditambah kuncup melati. Badan maesan dihias dengan medalion yang disangga oleh tangkal bunga. Medalionnya ada yang dihias dengan bunga matahari yang dililit oleh tali bersimpul 8. Yang lainnya medalionnya diberi tulisan Arab, mungkin menyebut nama orang yang dimakamkan.
4. Maesan “Lokal”
Maesan lokal umumnya sederhana, ada yang berbentuk tongkat, gada, tugu batu, batu pipih dan lain-lain. Kalau ada hiasannya juga sangat sederhana. Maesan yang berbentuk tugu atau batu pipih dapat diberi tulisan yang menyebut nama si mati dan beberapa keterangan lainnya.
Nisan kubur atau maesan ini jelas merupakan bukti nyata dari kebudayaan Islam yang pernah menyebar luas di wilayah Indonesia. Penjelasan makna maesan dapat diperoleh dari kaligrafi atau inskripsi yang tertulis atau terpahat di atasnya. Maesan dan kaligrafinya dapat memberikan cerita yang panjang tentang salah satu aspek budaya Islam di bidang tata cara penghormatan manusia kepada leluhurnya yang sudah meninggal dunia. Apapun yang terjadi, inilah tinggalan etika Islam yang kita warisi dan patut dikaji sebagai salah satu mata rantai jatidiri bangsa Indonesia.
Sumber:
Tim Koordinasi Siaran Direktorat Jenderal Kebudayaan. 1995. Aneka Ragam Khasanah Budaya Nusantara VI. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.