Bahan
- Tepung beras
- Kelapa
- Telur
Bumbu
- Garam
- Minyak goreng
- Gula merah
- Gula putih
Putu mayang adalah nama sejenis makanan khas daerah Melayu yang sangat digemari oleh masyarakat Pulau Penyengat. Pada saat ini jarang dijumpai putu mayang di daerah setempat. Begitu pula makanan tradisional ini tidak dijual di pasar, warung, ataupun toko-toko kue di Tanjungpinang. Namun demikian pada acara bazaar yang selalu diadakan di daerah tersebut pada waktu upacara Maulid Nabi Muhammad maupun 1 Muharram, putu mayang dijajakan sebagai barang dagangan bagi para pembeli.
Peralatan Masak
Adapun peralatan yang digunakan untuk membuat putu mayang adalah baskom, dandang, sendok kue, parutan kelapa, saringan santan, loyang atau tutup panci, dan cetakan putu mayang. Cetakan putu mayang ada yang terbuat dari tembaga dan ada pula yang terbuat dari kayu. Yang disebutkan terakhir ini adalah cetakan putu mayang model lama yang sekarang jarang dijumpai. Cetakan yang terbuat dari tembaga modelnya bulat memanjang dengan diberi pegangan di atasnya untuk menekan lalu memutar adonan agar keluar dari cetakan. Adonan jadi yang sudah dicetak, akan berupa mie. Cetakan tersebut harus diolesi minyak goreng dahulu agar adonan tidak lengket dan hasilnya bagus. Cetakannya terdiri atas berbagai ukuran yang berupa lempengan tembaga yang diberi lubang-lubang kecil. Lempengan itu sendiri dapat diganti-ganti, para pembuat putu mayang tinggal memilih lubang yang mana yang sesuai dengan selera.
Cara Membuat
Pembuatannya adalah dengan membuat putu mayang terlebih dahulu, yaitu tepung beras diberi sedikit garam dimasukkan ke dalam baskom lalu disiram dengan air panas. Diaduk-aduk atau diuli sampai adonan tidak lengket. Kemudian adonan dicetak memakai cetakan putu mayang lalu dibentuk bulat-bulat. Kemudian dikukus memakai tutup panci yang tengahnya berlubang. Lubang tersebut gunanya untuk mempercepat penguapan sehingga kue cepat matang. Tutup panci yang dipergukanan, sebelumnya diolesi minyak goreng dahulu agar putu mayang tidak lengket.
Setelah putu mayang siap, kemudian dibuatlah sarikaya yaitu, gula merah dihaluskan, kemudian dicampurkan dengan gula putih dan telur dimasak memakai air santan sampai mendidih dan santal menjadi kental. Setelah sarikaya masak, diangkat dan didinginkan sebentar kemudian disaring dahulu agar kotoran yang berasal dari gula merah tersaring, sehingga didapat sarikaya yang bersih.
Penyajian
Cara menyantap putu mayang ini adalah menyendokkan sarikaya pada putu mayang yang diambil satu atau dua sesuai selera, atau mencoelkan putu mayang pada sarikaya yang sudah ditempatkan dalam wadah kecil, banyaknya sesuai yang dikehendaki. Selain menyantap putu mayang dengan sarikaya, ada pula yang menyantapanya memakai kelapa parut yang sudah dicampur dengan sedikit gula putih. Cara menghidangkannya yaitu kelapa parut tadi ditaburkan di atas putu mayang.
Nilai Budaya
Nilai yang terkandung dalam makanan tradisional putu mayang adalah nilai budaya dari masyarakat yang sudah mengenal putu mayang secara turun-temurun. Selain itu juga nilai ekonomi terkandung dalam makanan tradisional karena dapat dijual di pasar atau di toko-toko kue.
Sumber:
Setiati. Dwi. 2000. Tata Saji Hidangan Melayu Pada Peringatan Hari-Hari Besar Islam Di Pulau Penyengat. Tanjungpinang: Balai Kajian Sejarah Dan Nilai Tradisional Tanjungpinang.
- Tepung beras
- Kelapa
- Telur
Bumbu
- Garam
- Minyak goreng
- Gula merah
- Gula putih
Putu mayang adalah nama sejenis makanan khas daerah Melayu yang sangat digemari oleh masyarakat Pulau Penyengat. Pada saat ini jarang dijumpai putu mayang di daerah setempat. Begitu pula makanan tradisional ini tidak dijual di pasar, warung, ataupun toko-toko kue di Tanjungpinang. Namun demikian pada acara bazaar yang selalu diadakan di daerah tersebut pada waktu upacara Maulid Nabi Muhammad maupun 1 Muharram, putu mayang dijajakan sebagai barang dagangan bagi para pembeli.
Peralatan Masak
Adapun peralatan yang digunakan untuk membuat putu mayang adalah baskom, dandang, sendok kue, parutan kelapa, saringan santan, loyang atau tutup panci, dan cetakan putu mayang. Cetakan putu mayang ada yang terbuat dari tembaga dan ada pula yang terbuat dari kayu. Yang disebutkan terakhir ini adalah cetakan putu mayang model lama yang sekarang jarang dijumpai. Cetakan yang terbuat dari tembaga modelnya bulat memanjang dengan diberi pegangan di atasnya untuk menekan lalu memutar adonan agar keluar dari cetakan. Adonan jadi yang sudah dicetak, akan berupa mie. Cetakan tersebut harus diolesi minyak goreng dahulu agar adonan tidak lengket dan hasilnya bagus. Cetakannya terdiri atas berbagai ukuran yang berupa lempengan tembaga yang diberi lubang-lubang kecil. Lempengan itu sendiri dapat diganti-ganti, para pembuat putu mayang tinggal memilih lubang yang mana yang sesuai dengan selera.
Cara Membuat
Pembuatannya adalah dengan membuat putu mayang terlebih dahulu, yaitu tepung beras diberi sedikit garam dimasukkan ke dalam baskom lalu disiram dengan air panas. Diaduk-aduk atau diuli sampai adonan tidak lengket. Kemudian adonan dicetak memakai cetakan putu mayang lalu dibentuk bulat-bulat. Kemudian dikukus memakai tutup panci yang tengahnya berlubang. Lubang tersebut gunanya untuk mempercepat penguapan sehingga kue cepat matang. Tutup panci yang dipergukanan, sebelumnya diolesi minyak goreng dahulu agar putu mayang tidak lengket.
Setelah putu mayang siap, kemudian dibuatlah sarikaya yaitu, gula merah dihaluskan, kemudian dicampurkan dengan gula putih dan telur dimasak memakai air santan sampai mendidih dan santal menjadi kental. Setelah sarikaya masak, diangkat dan didinginkan sebentar kemudian disaring dahulu agar kotoran yang berasal dari gula merah tersaring, sehingga didapat sarikaya yang bersih.
Penyajian
Cara menyantap putu mayang ini adalah menyendokkan sarikaya pada putu mayang yang diambil satu atau dua sesuai selera, atau mencoelkan putu mayang pada sarikaya yang sudah ditempatkan dalam wadah kecil, banyaknya sesuai yang dikehendaki. Selain menyantap putu mayang dengan sarikaya, ada pula yang menyantapanya memakai kelapa parut yang sudah dicampur dengan sedikit gula putih. Cara menghidangkannya yaitu kelapa parut tadi ditaburkan di atas putu mayang.
Nilai Budaya
Nilai yang terkandung dalam makanan tradisional putu mayang adalah nilai budaya dari masyarakat yang sudah mengenal putu mayang secara turun-temurun. Selain itu juga nilai ekonomi terkandung dalam makanan tradisional karena dapat dijual di pasar atau di toko-toko kue.
Sumber:
Setiati. Dwi. 2000. Tata Saji Hidangan Melayu Pada Peringatan Hari-Hari Besar Islam Di Pulau Penyengat. Tanjungpinang: Balai Kajian Sejarah Dan Nilai Tradisional Tanjungpinang.