Permainan glatikan dapat dilakukan secara perorangan atau beregu. Permainan ini menggunakan alat yang terbuat dari dua bilah kayu, yang panjangnya sepuluh centimeter dan limapuluh centimeter. Tongkat yang panjang dijadikan pemukul dan yang pendek menjadi benda yang dipukulnya.
Penentuan anggota regu dilakukan dengan cara gambreng atau sut. Adapun penentuan siapa yang pertama main dan siapa yang menjaga ditentukan dengan jalan sut.
Setelah ditentukan regu yang jaga dan yang bermain, maka permainan dapat dimulai dengan cara salah seorang menyimpan bilah kayu yang pendek di antara dua buah potongan bata merah, kemudian dilepar pelan dan harus dipukul pelan sebanyak tiga kali kemudian dipukul keras biar bilah kayu yang pendek tadi terlempar jauh. Pemain dianggap lasut (berhenti bermain) jika dia tidak dapat memukul kayu dengan benar atau lemparan kayu dapat ditangkap oleh regu lawan. Dan permainan diberikan kepada kawannya sampai habis. Kemudian mereka harus berganti posisi bermain dan jaga.
Permainan glatikan ini dibagi menjadi tiga tahapan. Tahap pertama dinamakan cukit, kemudian pilar, dan seterusnya tugel. Cukil adalah kayu dipukul sekuatnya dan harus ditangkap oleh lawan. Pilar, kayu yang dilepar harus ditangkap lawan kemudian dilemparkan ke arah pemukul yang diletakkan di atas dua buah bata merah dan harus mengenai. Adapun tugel merupakan tahapan yang ketiga dimana si pemain memukul kayu di atas bata merah dengan posisi jongkok dan kayu dipukul ke bekalang, kayu yang terlempar terus dipukul dengan cara seperti tadi, sampai si pemain lasut. Di atas terakhir si penjaga harus menggendong si pemain atau ia harus berjalan dengan kaki sebelah diangkat ke belakang. Si pemain digendong sampai pada tempat awal permainan, letak sepasang bata merah.
Sumber:
Purnama, Yuzar, dkk,. 2004. Budaya Tradisional pada Masyarakat Indramayu. Bandung: Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung.
Penentuan anggota regu dilakukan dengan cara gambreng atau sut. Adapun penentuan siapa yang pertama main dan siapa yang menjaga ditentukan dengan jalan sut.
Setelah ditentukan regu yang jaga dan yang bermain, maka permainan dapat dimulai dengan cara salah seorang menyimpan bilah kayu yang pendek di antara dua buah potongan bata merah, kemudian dilepar pelan dan harus dipukul pelan sebanyak tiga kali kemudian dipukul keras biar bilah kayu yang pendek tadi terlempar jauh. Pemain dianggap lasut (berhenti bermain) jika dia tidak dapat memukul kayu dengan benar atau lemparan kayu dapat ditangkap oleh regu lawan. Dan permainan diberikan kepada kawannya sampai habis. Kemudian mereka harus berganti posisi bermain dan jaga.
Permainan glatikan ini dibagi menjadi tiga tahapan. Tahap pertama dinamakan cukit, kemudian pilar, dan seterusnya tugel. Cukil adalah kayu dipukul sekuatnya dan harus ditangkap oleh lawan. Pilar, kayu yang dilepar harus ditangkap lawan kemudian dilemparkan ke arah pemukul yang diletakkan di atas dua buah bata merah dan harus mengenai. Adapun tugel merupakan tahapan yang ketiga dimana si pemain memukul kayu di atas bata merah dengan posisi jongkok dan kayu dipukul ke bekalang, kayu yang terlempar terus dipukul dengan cara seperti tadi, sampai si pemain lasut. Di atas terakhir si penjaga harus menggendong si pemain atau ia harus berjalan dengan kaki sebelah diangkat ke belakang. Si pemain digendong sampai pada tempat awal permainan, letak sepasang bata merah.
Sumber:
Purnama, Yuzar, dkk,. 2004. Budaya Tradisional pada Masyarakat Indramayu. Bandung: Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung.