Curug Citambur adalah sebuah obyek wisata alam yang berupa air terjun. Obyek wisata yang terletak di Desa Karang Jaya, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat ini tingginya mencapai sekitar 100 meter. Ada dua versi mengenai asal usul nama air terjun ini. Versi pertama menyatakan bahwa air terjun atau curug ini dinamakan citambur oleh penduduk setempat karena jatuhnya air mirip seperti suara tambur atau gendang. Sedangkan, versi lainnya didasarkan pada legenda yang hidup di masyarakat sekitar mengenai seorang raja yang bernama Prabu Tanjung Anginan. Prabu Tanjung Anginan adalah raja Kerajaan Tanjung Anginan yang letaknya di sekitar daerah Pasirkuda[1], yang kini termasuk wilayah Desa Simpang dan Karang Jaya, Kecamatan Pagelaran. Oleh karena letak kerajaan yang tidak begitu jauh dari curug, maka setiap hari curug itu digunakan oleh raja untuk membersihkan diri atau mandi. Setiap raja akan membersihkan dirinya ke curug selalu diiringi oleh para pengawalnya sambil membunyikan tambur yang suaranya terdengar hingga ke desa-desa di sekitarnya. Dan, karena terlalu sering mendengar suara tambur, maka warga sekitar menamakan curug tersebut Citambur.
Lepas dari penamaan tersebut, yang jelas Curug Citambur sudah tidak lagi mengeluarkan bunyi seperti tambur karena debit airnya sudah jauh berkurang. Walaupun begitu, curug yang berlokasi di selatan Ciwidey ini dapat dijadikan sebagai obyek wisata alam yang cukup menarik. Panorama alamnya yang masih asri, gemericik air yang jatuh, udara yang menyejukkan dan terkadang diselimuti oleh kabut tipis, serta kicauan burung yang bertengger di atas pepohonan menjadikan lokasi di sekitar air terjun ini sangat indah untuk dinikmati.
Sumber:
[1] Pasirkuda dalam bahasa Sunda berarti “bukit kuda” atau “bukit yang berbentuk menyerupai seekor kuda”. Di bukit ini terdapat sebuah batu yang bentuknya menyerupai kursi yang oleh penduduk sekitar diyakini sebagai tempat bertahtanya Prabu Tanjung Anginan.