Di pesisir selatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, terdapat sekitar 13 obyek wisata pantai yang sering dikunjungi wisatawan. Dari sekian banyak obyek wisata pantai tersebut yang paling banyak dikunjungi adalah Pantai Parangtritis. Untuk menuju lokasi pantai yang jaraknya sekitar 27 kilometer dari Kota Yogyakarta ini, dapat dicapai melalui dua rute (menggunakan angkutan umum). Rute pertama, dari terminal Umbulharjo menuju Pojok Beteng Wetan dan terus lurus ke selatan. Sedangkan, rute kedua dari terminal Umbulharjo melalui Imogiri dan Desa Suluk hingga sampai ke Parangtritis. Rute kedua jaraknya sekitar 10 kilometer lebih jauh dibandingkan dengan rute yang pertama. Namun, rute kedua yang melewati Desa Suluk ini banyak menawarkan pemandangan yang indah berupa sungai dan bukit-bukit karang.
Konon, Parangtritis adalah nama yang diberikan oleh Dipokusumo, seorang pelarian dari Kerajaan Majapahit. Sewaktu melarikan diri dari kerajaan Majapahit, entah karena apa, ia sampai di pantai selatan dan bersemedi pada salah satu gua yang ada di sana. Saat bersemedi itu, ia mendengar suara tetesan air yang keluar dari celah batu karang. Selanjutnya, ia pun menamai tempat itu Parangtritis, yang berasal dari kata parang (batu) dan tumaritis (tetesan air).
Parangtritis adalah sebuah pantai yang relatif landai dan berpasir putih dengan diselang-selingi oleh bukit-bukit berbatu. Untuk dapat menikmati pemandangan alam di pantai ini, seseorang dapat berjalan kaki dari arah timur ke barat. Namun, apabila malas untuk berjalan kaki, maka dapat menyewa jasa pengantar pengunjung berkeliling pantai menggunakan dokar wisata atau menunggang kuda.
Selain sebagai tempat wisata, oleh sebagian masyarakat Yogyakarta, Parangtritis masih dianggap sebagai suatu poros imajiner (Laut Selatan-keraton-Gunung Merapi) dan merupakan kekuatan spiritual bagi Keraton Yogyakarta. Konon, pantai Parangtritis merupakan tempat berdirinya kerajaan Pantai Selatan yang dipimpin oleh Kanjeng Ratu Kidul atau lebih dikenal dengan nama Nyi Roro Kidul. Oleh sebab itu, di pantai ini juga sering digunakan orang, baik untuk bersemedi maupun menyelenggarakan berbagai macam upacara seperti Peh Cun1, Labuhan, Pisungsung dan lain sebagainya.
Oleh karena adanya mitos tentang Kerajaan Laut Selatan itu, maka ada pantangan-pantangan tertentu bagi orang yang akan mengunjungi Parangtritis. Pantangan tersebut diantaranya adalah: dilarang mengenakan baju yang berwarna hijau muda dan berenang hingga ke tengah laut. Apabila ada orang yang mengenakan baju berwarna hijau muda yang merupakan warna “favorit” Kanjeng Ratu Kidul, maka dipercaya akan mendatangkan suatu malapetaka bagi dirinya. Sedangkan, apabila berenang terlalu jauh dari bibir pantai, maka orang tersebut kemungkinan besar akan terseret arus. Hal ini disebabkan karena, disamping pantai Parangtritis mempunyai arus bawah yang sangat kuat, juga ada suatu kepercayaan bahwa apabila sewaktu-waktu Kanjeng Ratu Kidul “berkehendak”, orang yang sedang berenang di pantai akan “diambil” olehnya.
Kompleks Wisata Parangtritis
Di samping pantai, masih ada beberapa obyek wisata lain di sekitar Parangtritis. Obyek-obyek wisata tersebut diantaranya adalah:
Gua Langse
Gua Langse terletak sekitar 3 kilometer ke arah timur dari pantai Parangtritis. Gua yang oleh Dr. Hermanus Johannes de Graf disebut Gua Kanjeng Ratu Kidul ini dahulu merupakan tempat tetirah para raja Mataram. Di dalam Gua Langse terdapat sebuah bilik untuk mandi yang airnya berasal dari mata air yang keluar dari dalam gua. Air ini banyak digunakan oleh para pengunjung untuk mandi sebelum bersemedi di Gua Lanse. Untuk dapat mencapai Gua Langse harus melalui sisi tebing yang nyaris tegak lurus dengan tinggi sekitar 400 meter. Sebagai catatan, untuk memasuki gua ini harus dilakukan pada saat air sedang surut, sebab pada saat air laut pasang, mulut gua akan tertutup oleh air laut.
Makam Syekh Belabelu
Di jalan menuju pantai, tepatnya di sekitar bukit Pemancingan, terdapat makam Syekh Belabelu. Nama asli Syekh Belabelu adalah Raden Jaka Bandem. Ia adalah salah seorang putera Raja Majapahit (Prabu Brawijaya terakhir) yang melarikan diri karena tidak mau di-Islamkan. Namun, setelah tertarik mendengar penjelasan dari Syekh Maulana Mahgribi, akhirnya ia bersama para pengikutnya memeluk agama Islam. Makam Syekh ini banyak dikunjungi peziarah, khususnya pada malam Selasa dan Jumat Kliwon.
Pemandian Parang Wedang
Parang Wedang adalah suatu tempat pemandian air panas yang kaya akan mineral (Na, Cl, dan Mg). Uniknya, air di pemandian yang konon dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit kulit ini, tidak ditemukan unsur belerang sebagaimana lazimnya sumber mata air panas.
Dataran Tinggi Gumbirowati
Dataran tinggi Gumbirowati merupakan suatu tempat yang cocok untuk melihat pantai Parangtritis dari ketinggian. Selain itu, di tempat ini terdapat Bukit Gapit, yang sering digunakan oleh para pecinta layang gantung (gantole) sebagai tempat untuk meloncat. Untuk menuju ke dataran tinggi ini dapat menyusuri jalan dari Parangtritis menuju Goa Langse.
Parangkusumo
Di seluruh kompleks Parangtritis ada satu tempat yang dianggap paling sakral, yaitu Parangkusumo. Menurut kepercayaan sebagian masyarakat Yogyakarta, Parangkusumo adalah tempat pertemuan antara raja Yogyakarta dengan Kanjeng Ratu Kidul. Tempat pertemuan itu tepatnya di bebatuan yang diberi nama Watu Gilang.
Selain Watu Gilang, di Parangkusumo banyak terdapat hamparan pasir yang berbukit-bukit yang disebut gumuk (sand dunes). Gumuk yang ada di kawasan ini merupakan suatu hal yang langka bagi daerah tropis basah. Tipe-tipe gumuk yang ada di Parangtritis diantaranya adalah: barchan dune (sabit), parablic dune (berbentuk parabola), comb dune (berbentuk sisir), dan longitudinal dune (bukit yang memanjang).
Obyek wisata Pantai Parangtritis yang dikelola oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Bantul ini dilengkapi pula dengan fasilitas khas (tempat rekreasi) seperti: rumah makan, penginapan, bumi perkemahan, pertokoan yang menjual cindera mata khas laut, tempat peribadatan, hingga biro wisata. Untuk dapat memasuki kawasan obyek wisata Parangtritis, pengunjung hanya dikenakan biasa sebesar Rp2.000,00 apabila menggunakan sepeda motor, dan Rp3.000,00 apabila menggunakan mobil. (gufron)
Konon, Parangtritis adalah nama yang diberikan oleh Dipokusumo, seorang pelarian dari Kerajaan Majapahit. Sewaktu melarikan diri dari kerajaan Majapahit, entah karena apa, ia sampai di pantai selatan dan bersemedi pada salah satu gua yang ada di sana. Saat bersemedi itu, ia mendengar suara tetesan air yang keluar dari celah batu karang. Selanjutnya, ia pun menamai tempat itu Parangtritis, yang berasal dari kata parang (batu) dan tumaritis (tetesan air).
Parangtritis adalah sebuah pantai yang relatif landai dan berpasir putih dengan diselang-selingi oleh bukit-bukit berbatu. Untuk dapat menikmati pemandangan alam di pantai ini, seseorang dapat berjalan kaki dari arah timur ke barat. Namun, apabila malas untuk berjalan kaki, maka dapat menyewa jasa pengantar pengunjung berkeliling pantai menggunakan dokar wisata atau menunggang kuda.
Selain sebagai tempat wisata, oleh sebagian masyarakat Yogyakarta, Parangtritis masih dianggap sebagai suatu poros imajiner (Laut Selatan-keraton-Gunung Merapi) dan merupakan kekuatan spiritual bagi Keraton Yogyakarta. Konon, pantai Parangtritis merupakan tempat berdirinya kerajaan Pantai Selatan yang dipimpin oleh Kanjeng Ratu Kidul atau lebih dikenal dengan nama Nyi Roro Kidul. Oleh sebab itu, di pantai ini juga sering digunakan orang, baik untuk bersemedi maupun menyelenggarakan berbagai macam upacara seperti Peh Cun1, Labuhan, Pisungsung dan lain sebagainya.
Oleh karena adanya mitos tentang Kerajaan Laut Selatan itu, maka ada pantangan-pantangan tertentu bagi orang yang akan mengunjungi Parangtritis. Pantangan tersebut diantaranya adalah: dilarang mengenakan baju yang berwarna hijau muda dan berenang hingga ke tengah laut. Apabila ada orang yang mengenakan baju berwarna hijau muda yang merupakan warna “favorit” Kanjeng Ratu Kidul, maka dipercaya akan mendatangkan suatu malapetaka bagi dirinya. Sedangkan, apabila berenang terlalu jauh dari bibir pantai, maka orang tersebut kemungkinan besar akan terseret arus. Hal ini disebabkan karena, disamping pantai Parangtritis mempunyai arus bawah yang sangat kuat, juga ada suatu kepercayaan bahwa apabila sewaktu-waktu Kanjeng Ratu Kidul “berkehendak”, orang yang sedang berenang di pantai akan “diambil” olehnya.
Kompleks Wisata Parangtritis
Di samping pantai, masih ada beberapa obyek wisata lain di sekitar Parangtritis. Obyek-obyek wisata tersebut diantaranya adalah:
Gua Langse
Gua Langse terletak sekitar 3 kilometer ke arah timur dari pantai Parangtritis. Gua yang oleh Dr. Hermanus Johannes de Graf disebut Gua Kanjeng Ratu Kidul ini dahulu merupakan tempat tetirah para raja Mataram. Di dalam Gua Langse terdapat sebuah bilik untuk mandi yang airnya berasal dari mata air yang keluar dari dalam gua. Air ini banyak digunakan oleh para pengunjung untuk mandi sebelum bersemedi di Gua Lanse. Untuk dapat mencapai Gua Langse harus melalui sisi tebing yang nyaris tegak lurus dengan tinggi sekitar 400 meter. Sebagai catatan, untuk memasuki gua ini harus dilakukan pada saat air sedang surut, sebab pada saat air laut pasang, mulut gua akan tertutup oleh air laut.
Makam Syekh Belabelu
Di jalan menuju pantai, tepatnya di sekitar bukit Pemancingan, terdapat makam Syekh Belabelu. Nama asli Syekh Belabelu adalah Raden Jaka Bandem. Ia adalah salah seorang putera Raja Majapahit (Prabu Brawijaya terakhir) yang melarikan diri karena tidak mau di-Islamkan. Namun, setelah tertarik mendengar penjelasan dari Syekh Maulana Mahgribi, akhirnya ia bersama para pengikutnya memeluk agama Islam. Makam Syekh ini banyak dikunjungi peziarah, khususnya pada malam Selasa dan Jumat Kliwon.
Pemandian Parang Wedang
Parang Wedang adalah suatu tempat pemandian air panas yang kaya akan mineral (Na, Cl, dan Mg). Uniknya, air di pemandian yang konon dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit kulit ini, tidak ditemukan unsur belerang sebagaimana lazimnya sumber mata air panas.
Dataran Tinggi Gumbirowati
Dataran tinggi Gumbirowati merupakan suatu tempat yang cocok untuk melihat pantai Parangtritis dari ketinggian. Selain itu, di tempat ini terdapat Bukit Gapit, yang sering digunakan oleh para pecinta layang gantung (gantole) sebagai tempat untuk meloncat. Untuk menuju ke dataran tinggi ini dapat menyusuri jalan dari Parangtritis menuju Goa Langse.
Parangkusumo
Di seluruh kompleks Parangtritis ada satu tempat yang dianggap paling sakral, yaitu Parangkusumo. Menurut kepercayaan sebagian masyarakat Yogyakarta, Parangkusumo adalah tempat pertemuan antara raja Yogyakarta dengan Kanjeng Ratu Kidul. Tempat pertemuan itu tepatnya di bebatuan yang diberi nama Watu Gilang.
Selain Watu Gilang, di Parangkusumo banyak terdapat hamparan pasir yang berbukit-bukit yang disebut gumuk (sand dunes). Gumuk yang ada di kawasan ini merupakan suatu hal yang langka bagi daerah tropis basah. Tipe-tipe gumuk yang ada di Parangtritis diantaranya adalah: barchan dune (sabit), parablic dune (berbentuk parabola), comb dune (berbentuk sisir), dan longitudinal dune (bukit yang memanjang).
Obyek wisata Pantai Parangtritis yang dikelola oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Bantul ini dilengkapi pula dengan fasilitas khas (tempat rekreasi) seperti: rumah makan, penginapan, bumi perkemahan, pertokoan yang menjual cindera mata khas laut, tempat peribadatan, hingga biro wisata. Untuk dapat memasuki kawasan obyek wisata Parangtritis, pengunjung hanya dikenakan biasa sebesar Rp2.000,00 apabila menggunakan sepeda motor, dan Rp3.000,00 apabila menggunakan mobil. (gufron)
Foto: http://bantulbiz.com/