Asal Mula Kecamatan Sepatan

(Cerita Rakyat Daerah Tangerang, Banten)

Kecamatan Sepatan yang kini dimekarkan menjadi Sepatan dan Sepatan Timur memiliki sebuah kisah unik yang melatar belakangi penamaannya. Dahulu sebelum menjadi kecamatan di Kabupaten Tangerang daerah ini didiami oleh orang-orang yang tidak kembali lagi ke Banten setelah melakukan penyerbuan ke Jayakarta.

Lambat laun tidak hanya orang Banten saja yang menetap, melainkan juga mereka yang berasal dari beberapa etnis (Betawi, Sunda, Jawa) di daerah Jayakarta, Jawa Barat dan Jawa Tengah. Etnis Betawi di Jayakarta mulai datang dan menetap sekitar tahun 1600an. Adapun sebab kepindahan mereka ada yang menyatakan karena kedatangan Kompeni Belanda secara masif ke Jayakarta dan ada pula yang mengatakan karena wilayah Jayakarta waktu itu sering dilanda banjir.

Sementara etnis Sunda yang menetap sebagian besar berasal dari daerah Sumedang dan sisanya dari daerah Jasinga serta Lebak. Kedatangan orang-orang Sumedang ini mulai membanjir pasca penyerbuan pasukan Kerajaan Mataram ke Jayakarta antara tahun 1628 sampai 1929. Sedangkan pendatang dari Jawa adalah para pengikut Fatahilah dari Demak yang menguasai Banten sekitar tahun 1526. Selain itu ada juga kelompok-kelompok kecil sisa pasukan Mataram yang gagal mengepung Jayakarta.

Ketiga kelompok etnis tadi semakin hari mulai terdesak setelah Kompeni melarang orang-orang Tionghoa menetap di Jayakarta. Bahkan jumlah mereka semakin bertambah tatkala terjadi pemberontakan orang Tionghoa di Jayakarta yang telah berubah nama menjadi Batavia. Kompeni melarang mereka tinggal di Batavia dan hanya diperbolehkan menetap di daerah-daerah pinggiran.

Oleh karena sebagian orang Tionghoa memiliki modal besar, mereka kemudian menjadi tuan-tuan tanah di Tangerang. Akibatnya, penduduk yang datang sebelumnya (Betawi, Sunda, dan Jawa) menjadi terpinggirkan. Mereka kalah dalam hal penguasaan lahan partikelir karena tidak didukung oleh kekuatan finansial yang memadai.

Dan, untuk mencegah semakin meluasnya ekspansi orang-orang Tionghoa, mereka lantas mengerahkan orang-orang sakti membuat sebuah pembatas gaib yang diseput sepatan atau sipatan. Sepatan ini dibuat untuk membatasi wilayah para tuan tanah Tionghoa di sisi timur muara Sungai Cisadane dan wilayah pendatang sebelumnya di sisi sebelah barat. Hasilnya, konon, orang-orang Tionghoa tidak dapat melewati batas maya tersebut sehingga tidak bisa melakukan ekspansi ke sisi sebelah barat Sungai Cisadane.

Lambat laun seiring bertambahnya jumlah penduduk dengan etnis yang lebih beragam, sepatan tidak lagi menjadi pembatas gaib melainkan telah berupa populasi penduduk dalam sebuah kecamatan yang bernama sama dengan batas-batas: sebelah utara dengan Kecamatan Sukadiri dan Kecamatan Pakuhaji, sebelah timur dengan Kecamatan Sepatan Timur (hasil pemekaran Kecamatan Sepatan), sebelah selatan dengan Kota Tangerang, dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Rajeg serta Kecamatan Pasar Kemis. Di dalamnya terdapat sejumlah desa dan kelurahan, yaitu: Sepatan Pisangan Jaya, Kayu Bongkok, Karet, Mekar Jaya, Sarakan, Kayuagung, dan Pondok Jaya. (gufron)
Cara Pasang Tali Layangan agar Manteng di Udara
Topeng Monyet
Pocong Gemoy

Archive