(Cerita Rakyat Daerah Lampung)
Alkisah, ada seorang gadis cantik dan gemoy bernama Aminah sedang mencuci di Sungai Tulang Bawang. Saat sibuk menggosok pakaian dengan sabun, tanpa sadar ada sepasang mata yang mengawasi. Dia adalah Buaya Perompak, sang penunggu sungai yang terkenal sangat ganas. Sudah banyak manusia hilang begitu saat akibat dimangsa oleh Buaya Perompak.
Tidak lama berselang, mata itu telah berada dekat sekali dengan Aminah lalu muncul di permukaan memperlihatkan tubunya yang luar biasa besar disertai dengan gigi-gigi yang runcing dan tajam. Penampakan mengerikan itu tentu membuat Aminah terkejut bukan kepalang dan jatuh pingsan seketika.
Tubuh Aminah yang terkulai tak berdaya lalu dibawa oleh Buaya Perompak menuju sarangnya. Dia tidak langsung memakannya sebagaimana yang dilakukan terhadap orang lain yang kebetulan sedang berada di sungai. Sang buaya meletakkan tubuh Aminah pada sebuah batu datar yang berada di dalam sarang.
Beberapa jam kemudian Aminah pun siuman. Ketika bangkit tiba-tiba Sang buaya sudah ada di hadapannya. Dia menjelaskan bahwa Aminah berada di gua kediamannya yang berada jauh di dasar sungai. Sang buaya menyatakan dirinya tidak akan memakan Aminah karena dianggapnya sangat cantik jelita dan juga gemoy. Oleh karena itu, dia berniat menjadikannya sebagai istri.
Sebagai iming-iming, Buaya Perompak akan memberikan perhiasan berupa emas, berlian, dan permata kepada Aminah apabila bersedia menjadi istrinya. Tetapi apabila tidak bersedia, tentu saja dia akan menjadi makanan lezat bagi Buaya Perompak. Daging Aminah yang gemoy tentulah empuk dan lezat bila dijadikan makanan.
Perkataan Buaya Perompak tentu membuat kaget sekaligus bingung Aminah. Pikirnya, jika menolak dia akan menjadi santapan lezat bagi Sang Buaya. Namun apabila menerima, maka dia akan memiliki suami raksasa sangar mengerikan yang harus didampinginya seumur hidup.
Setelah meminta waktu beberapa hari, akhirnya Aminah menerima pinangan Buaya Perompak. Mereka pun menikah. Aminah hidup dalam kemewahan karena selalu dihadiahi emas dan permata. Buaya Perompak sangat memanjakannya hingga apapun yang diminta akan selalu dituruti, kecuali permintaan untuk keluar dari gua di dasar sungai.
Beberapa bulan kemudian, walau hampir setiap hari dihadiahi barang-barang mewah, Aminah mulai merasa bosan. Dia berpikir sudah saatnya pulang kembali pada orang tuanya. Namun hal itu sulit dilakukan karena Buaya Perompak belum pernah sekalipun memberitahu bagaimana cara keluar gua yang menjadi sarangnya.
Agar dapat keluar Aminah berusaha mengorek keterangan dari Buaya Perompak. Dia pura-pura bertanya bagaimana Buaya Perompak dapat dengan mudah memberinya perhiasan. Padahal, di sekitar gua tidak terdapat apa-apa keluali bebatuan stalaktit dan stalaknit yang terbentuk karena proses alam.
Tanpa berpikir panjang Buaya Perompak menceritakan bahwa emas itu adalah hasil rampasannya pada setiap kapal mewah yang melewati sungai. Selain itu, dia juga menceritakan bahwa dirinya bernama asli Somad, seorang perompak masyur pada zamannya. Akibat dari pekerjaan jahatnya itu, dia dikutuk menjadi seekor buaya jadi-jadian.
Setiap bulan purnama dia mengaku pada Aminah kalau akan berubah wujud menjadi manusia seperti sedia kala. Kesempatan itu digunakannya pergi ke pasar untuk menukarkan sebagian hasil rompakannya dengan bahan makanan mewah yang dipersembahkannya bagi Aminah.
Tergoda untuk mengorek informasi lebih lanjut, Aminah lalu menanyakan bagaimana Buaya Perompak keluar dari dalam gua saat dirinya kembali berwujud sebagai manusia. Pertanyaan ini dilontarkan Aminah sebab dia sendiri bingung bagaimana bisa seorang manusia keluar dari dasar sungai yang dalam melewati arus deras hingga mencapai daratan.
Buaya perompak menjawab apabila masih dalam wujud seekor buaya tentu hal itu sangatlah mudah dilakukan. Dia tinggal berenang dari dasar menuju permukaan sungai. Namun, apabila wujudnya berubah menjadi manusia, maka sulit dilakukan karena sebelum sampai permukaan akan kehabisan napas. Oleh karena itu, dia membangun terowongan yang langsung terhubung dengan desa di dekati pasar. Dengan demikian, Sang Buaya Perompak dapat dengan mudah mencapai daratan sambil membawa perhiasan sebagai alat barter.
Sang Buaya tidak sadar kalau seluruh penjelasannya dijadikan sebagai acuan bagi Aminah untuk melarikan diri. Suatu hari, saat Sang Buaya tengah tertidur pulas karena kelelahan hingga lupa menutup terowongan, Aminah diam-diam menyelinap. Selama beberapa jam dia menyusuri lorong terowongan yang gelap gulita hingga melihat setitik cahaya yang merupakan ujung terowongan.
Dan benar saja, setelah berada di mulut terowongan ada sebuah desa di tepi Sungai Tulang Bawang. Tanpa menoleh ke belakang dia langsung berlari menuju desa mencari bantuan. Oleh warga Aminah kemudian diantar ke rumahnya yang berada di desa lain. Sampai di rumah dia disambut oleh kedua orang tua dengan linangan air mata. Anak yang selama ini dikira telah tewas diterkam buaya ternyata masih hidup dan kembali pulang ke rumah.
Diceritakan kembali oleh ali gufron