Permainan ini biasanya dilakukan oleh anak-anak seusia sekolah dasar, dapat di lapangan terbuka atau jalanan. Untuk menentukan regu biasanya dengan jalan sut atau mereka memilih sendiri siapa pasangannya dan dengan siapa harus berhadapan. Jumlah personel tiap regu tidak ditetapkan secara pasti hanya biasanya lebih dari tiga orang.
Tiap regu harus berada di tempatnya masing-masing, yaitu sebuah gawang yang lebarnya lebih kurang satu sampai dua meter, setiap ujunga dibatasi dengan onggokan batu atau genting. Jadi dalam permainan ini ada dua gawang yang saling berhadapan dengan jarak lebih kurang sepuluh sampai duapuluh lima meter.
Setelah berdiri di tempat regunya masing-masing, permainan diawali dengan berlarinya seseorang dari salah satu regu kemudian dikejar oleh regu lawan. Jika kena maka harus berdiri di pinggri gawang lawan dengan salah satu kakinya menginjak onggokan batu (genting) dan tangannya direntangkan. Maksud dengan direntangkan adalah jika kemudian dapat dipegang oleh kawannya ia akan terbebeas dan boleh bermain lagi atau ia dapat menginjak unggukan batu sambil berteriak “boooonn”, yang menandakan permainan dimenangkan oleh regunya.
Mereka terus saling kejar-mengejar, yang kena harus jaga dan yang tersisa berusaha untuk mengalahkan lawannya dengan cara paling dahulu menginjak gawang lawannya. Sekali menginjak gawang lawan dengan meneriakkan “booonn” menandakan satu point atau satu kali menang. Pemainan diakhiri jika mereka sepakat menghentikan karena kelelahan dan pemenangnya dipegang oleh regu yang paling banyak mendapatkan point.
Sumber:
Purnama, Yuzar, dkk,. 2004. Budaya Tradisional pada Masyarakat Indramayu. Bandung: Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung.
Tiap regu harus berada di tempatnya masing-masing, yaitu sebuah gawang yang lebarnya lebih kurang satu sampai dua meter, setiap ujunga dibatasi dengan onggokan batu atau genting. Jadi dalam permainan ini ada dua gawang yang saling berhadapan dengan jarak lebih kurang sepuluh sampai duapuluh lima meter.
Setelah berdiri di tempat regunya masing-masing, permainan diawali dengan berlarinya seseorang dari salah satu regu kemudian dikejar oleh regu lawan. Jika kena maka harus berdiri di pinggri gawang lawan dengan salah satu kakinya menginjak onggokan batu (genting) dan tangannya direntangkan. Maksud dengan direntangkan adalah jika kemudian dapat dipegang oleh kawannya ia akan terbebeas dan boleh bermain lagi atau ia dapat menginjak unggukan batu sambil berteriak “boooonn”, yang menandakan permainan dimenangkan oleh regunya.
Mereka terus saling kejar-mengejar, yang kena harus jaga dan yang tersisa berusaha untuk mengalahkan lawannya dengan cara paling dahulu menginjak gawang lawannya. Sekali menginjak gawang lawan dengan meneriakkan “booonn” menandakan satu point atau satu kali menang. Pemainan diakhiri jika mereka sepakat menghentikan karena kelelahan dan pemenangnya dipegang oleh regu yang paling banyak mendapatkan point.
Sumber:
Purnama, Yuzar, dkk,. 2004. Budaya Tradisional pada Masyarakat Indramayu. Bandung: Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung.