Pudong adalah sebutan masyarakat Bangka-Belitung bagi sebuah senjata lempar yang terbuat dari anyaman tali untuk melontarkan batu sebagai pelurunya. Senjata yang juga ada di daerah Sumatera Selatan (Musi rawas dam Lahat) dan dinamakan gendi ini sekarang sudah jarang ditemui karena telah tergantikan oleh senjata atau peralatan lain yang lebih praktis dan modern.
Struktur Pudong
Bahan baku pudong terbuat dari serat pohon terap yang dianyam atau dijalin sedemikian rupa hingga membentuk sebuah tali yang kasar namun sangat kuat sepanjang kira-kira 50 sentimeter. Pada salah satu ujung tali tersebut dibuat sebuah simpul berbuhul yang nantinya akan diikatkan pada pergelangan tangan pemakainya. Sementara bagian tengah tali dibuat agak lebih lebar dengan ukuran sekitar 25x15 sentimeter untuk meletakkan batu (pelurunya).
Sedangkan cara menggunakannya adalah sebagai berikut. Pertama-tama ujung pudong yang bersimpul diikatkan di salah satu pergelangan tangan agar tidak terlepas ketika melemparkan pelurunya. Kemudian, batu yang akan dijadikan peluru diletakkan pada anyaman yang lebih lebar pada pertengahan tali. Setelah batu berada di tengah tali, maka ujung tali yang satunya lagi dipegang agar batu tidak terjatuh.
Untuk melemparkan batu ke arah sasaran, pudong itu diputar ayun sesuai dengan putaran jarum jam sebanyak 5 hingga 6 kali. Dan, saat putaran mengarah ke depan, tali yang tidak berbuhul dilepaskan agar batu meluncur ke arah sasaran. Semakin kuat putaran yang dilakukan oleh seseorang, maka semakin cepat pula batu meluncur.
Nilai Budaya
Pudong sebagai hasil budaya anak negeri, jika dicermati secara seksama, di dalamnya mengandung nilai-nilai yang pada gilirannya dapat dijadikan sebagai acuan dalam kehidupan sehari-hari bagi masyarakat pendukungnya. Nilai-nilai itu antara lain: keindahan (seni), ketekunan, ketelitian, dan kesabaran. Nilai keindahan tercermin dari bentuk pudong yang dibuat sedemikian rupa, sehingga memancarkan keindahan. Sedangkan, nilai ketekunan, ketelitian, dan kesabaran tercermin dari proses pembuatannya yang memerlukan ketekunan, ketelitian, dan kesabaran. Tanpa nilai-nilai tersebut tidak mungkin akan terwujud sebuah pudong yang indah dan sarat makna. (pepeng)
Sumber:
Indones, Noor, dkk,. 1992. Senjata Tradisional Daerah Sumatera Selatan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Struktur Pudong
Bahan baku pudong terbuat dari serat pohon terap yang dianyam atau dijalin sedemikian rupa hingga membentuk sebuah tali yang kasar namun sangat kuat sepanjang kira-kira 50 sentimeter. Pada salah satu ujung tali tersebut dibuat sebuah simpul berbuhul yang nantinya akan diikatkan pada pergelangan tangan pemakainya. Sementara bagian tengah tali dibuat agak lebih lebar dengan ukuran sekitar 25x15 sentimeter untuk meletakkan batu (pelurunya).
Sedangkan cara menggunakannya adalah sebagai berikut. Pertama-tama ujung pudong yang bersimpul diikatkan di salah satu pergelangan tangan agar tidak terlepas ketika melemparkan pelurunya. Kemudian, batu yang akan dijadikan peluru diletakkan pada anyaman yang lebih lebar pada pertengahan tali. Setelah batu berada di tengah tali, maka ujung tali yang satunya lagi dipegang agar batu tidak terjatuh.
Untuk melemparkan batu ke arah sasaran, pudong itu diputar ayun sesuai dengan putaran jarum jam sebanyak 5 hingga 6 kali. Dan, saat putaran mengarah ke depan, tali yang tidak berbuhul dilepaskan agar batu meluncur ke arah sasaran. Semakin kuat putaran yang dilakukan oleh seseorang, maka semakin cepat pula batu meluncur.
Nilai Budaya
Pudong sebagai hasil budaya anak negeri, jika dicermati secara seksama, di dalamnya mengandung nilai-nilai yang pada gilirannya dapat dijadikan sebagai acuan dalam kehidupan sehari-hari bagi masyarakat pendukungnya. Nilai-nilai itu antara lain: keindahan (seni), ketekunan, ketelitian, dan kesabaran. Nilai keindahan tercermin dari bentuk pudong yang dibuat sedemikian rupa, sehingga memancarkan keindahan. Sedangkan, nilai ketekunan, ketelitian, dan kesabaran tercermin dari proses pembuatannya yang memerlukan ketekunan, ketelitian, dan kesabaran. Tanpa nilai-nilai tersebut tidak mungkin akan terwujud sebuah pudong yang indah dan sarat makna. (pepeng)
Sumber:
Indones, Noor, dkk,. 1992. Senjata Tradisional Daerah Sumatera Selatan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.