Pemberian Nama pada Masyarakat Suku Bangsa Jawa

Masyarakat Indonesia adalah majemuk. Kemajemukan itu, tidak hanya ditandai oleh adanya berbagai macam adat-istiadat dan agama, tetapi juga sukubangsa yang satu dengan lainnya mengembangkan kebudayaan yang berbeda. Jawa adalah nama salah satu suku bangsa yang dari segi jumlah merupakan terbesar dibandingkan suku bangsa-suku bangsa lainnya. Daerah asal mereka adalah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Di kalangan mereka ada tradisi yang berkenaan dengan pemberian nama. Tradisi inilah yang pada gilirannya membuat nama tidak hanya sekedar sebagai tanda pengenal saja, tetapi juga mengandung arti tertentu agar si pemilik nama selamat-sentosa dalam menjalani kehidupannya. Menurut kepercayaan sebagian masyarakat Jawa, pemberian nama yang tidak tepat kepada seorang anak akan mengakibatkan anak yang bersangkutan selalu sakit atau bernasib sial. Pemberian nama pada masyarakat Jawa umumnya bertepatan dengan upacara selamatan sepasaran si anak yang baru dilahirkan. Pemberian tersebut dapat dilakukan oleh ayah, ibu, nenek, atau boleh juga orang lain (misalnya kyai, dukun bayi atau lurah) dengan persetujuan orang tua si bayi.

Dasar-dasar Pemberian Nama
Adapun dasar-dasar yang dipakai dalam pemberian nama bagi orang Jawa antara lain adalah: hari kelahiran, bulan kelahiran, neptu, nomor urut anak dalam keluarga, harapan atau cita-cita orang tua, peristiwa penting, pewayangan, gabungan ayah dan ibu, rasul/para sahabatnya, dan Al-Quran.

1. Hari Kelahiran (Weton)
Seperti kita ketahui orang Jawa pada umumnya menganggap bahwa hari kelahiran (weton) merupakan peristiwa penting yang tidak boleh dilupakan sepanjang hidup. Menurut kepercayaan orang Jawa weton dianggap dapat menentukan nasib seseorang dalam segala hal. Dan, salah satu jalan untuk selalu mengingatnya, maka hari kelahiran itu dipakai sebagai dasar untuk memberi nama bayi yang bersangkutan.

Weton atau hari kelahiran terdiri dari dino (Senen, Selasa, Rebo, Kemis, Jemuah, Setu, Ngahat) dan pasaran (Legi, Pahing, Pon, Wage, Kliwon). Oleh karena itu, nama-nama sebagian orang Jawa juga didasarkan pada dino, pasaran atau gabungan dari keduanya.

Contoh nama-nama yang memakai dasar dino, sebagai berikut:
- Senan, Saniman, Saniah, diberikan kepada anak yang lahir pada hari Senin.
- Lasa, Lasiman, Lasiah, Lasmini, Lasman, diberikan kepada anak-anak yang lahir pada hari Selasa.
- Rebi, Rubinah, Rubiyo, diberikan kepada anak yang lahir pada hari Rabu.
- Kemis, Misman, Misiah, Kemin, diberikan kepada anak yang lahir pada hari Kamis.
- Jumidi, Jumali, Jumini, Juminah, Jumiyo, diberikan kepada anak yang lahir pada hari Jumat.
- Setu, Saptini, Sabeni, diberikan kepada anak yang lahir pada hari Sabtu.
- Ngadinah, Ngatiman, Ngatemi, Ngatino, diberikan kepada anak yang lahir pada hari Ngahat (Minggu).

Contoh nama-nama yang memakai dasar pasaran adalah sebagai berikut:
- Legimin, Gino, Gito, Leginah, Ginah, diberikan kepada anak yang lahir pada pasaran Legi.
- Paino, Painem, Paimah, Paijo, Paimin, diberikan kepada anak yang lahir pada pasaran Paing.
- Ponirah, Poniman, Poinah, Ponijan, diberikan kepada anak yang lahir pada pasaran Pon.
- Wagino, Wagiman, Waginah, Wagini, diberikan kepada anak yang lahir pada pasaran Wage.
- Kliman, Klimin, Kliwon, diberikan kepada anak yang lahir pada pasaran Kliwon.
- Tugino, Tuginah, Tugimin, Tugiman, diberikan kepada anak yang dilahirkan pada hari Sabtu Legi.

Contoh nama-nama yang memakai dasar gabungan antara dino dan pasaran adalah:
- Tugino, Tuginah, Tugimin, Tugiman, diberikan kepada anak yang dilahirkan pada hari Sabtu Legi.

2. Bulan Kelahiran Masyarakat Jawa pada umumnya, mengenal bulan Jawa (Suro, Sapar, Mulud, Bakda Mulud, Jumadilawal, Jumadilakir, Rejeb, Ruwah, Poso, Sawal, Dulkangidah, Besar) dan bulan nasional (Januari, Februari, Maret, April, Mei, Juni, Juli, Agustus, September, Oktober, November, Desember).

Sebagai catatan, tidak semua bulan (Jawa maupun nasional) dipakai sebagai dasar pemberian nama. Untuk nama-nama bulan Jawa hanya beberapa saja yang secara umum dipakai antara lain: Suro, Sapar, Maulud, Jumadilawal, Jumadilakir, Sawal, Besar. Sedangkan untuk bulan nasional yang umum dipakai adalah bulan Januari, Maret, April, Mei, Juni, Juli, Agustus, September dan November.

Contoh nama-nama yang memakai dasar bulan Jawa adalah:
- Surati, Suratmi, Suratinah, Suratmin, Suratman, diberikan kepada anak yang lahir pada bulan Suro.
- Sapariah, Suparmi, Supardi, Suparno, diberikan kepada anak yang lahir pada bulan Sapar.
- Mulyati, Mulyani, Mulyadi, Mulyono, diberikan kepada anak yang lahir pada bulan Mulud.
- Jumadi, Jumali, Juminah, Juminem, diberikan kepada anak yang lahir pada bulan Jumadilawal dan Jumadilakir.
- Waljinah, Waluyo, Walgito, Walimin, Waluyan, diberikan kepada anak yang lahir pada bulan Sawal.
- Besar, Sarjana, Saryanto, Saryanto, Sartini, Sarmini, Sarmina, Saryati, diberikan kepada anak yang lahir pada bulan Besar.

Contoh nama-nama yang memakai dasar bulan nasional adalah:
- Aryani, Aryana, diberikan kepada anak yang lahir pada bulan Januari.
- Maryati, Maryani, Maryono, Maryoto, Margono, diberikan kepada anak yang lahir pada bulan Maret.
- Apriati, Priatmi, Priono, Pribadi, diberikan kepada anak yang lahir pada bulan April.
- Mei Hastuti, Meilani, diberikan kepada anak yang lahir pada bulan Mei.
- Yuni, Yunawati, Yuniarti, diberikan kepada anak yang lahir pada bulan Juni.
- Yuli Setyawati, Yuli Astuti, Yulianto, Yuliana, diberikan kepada anak yang lahir pada bulan Juli.
- Agustin, Agustinah, Agus, diberikan kepada anak yang lahir pada bulan Agustus.
- Septiani, Septianingsih, Saptoto, diberikan kepada anak yang lahir pada bulan September.
- Nofianto, Novianti, diberikan kepada anak yang lahir pada bulan November.

3. Neptu
Seperti telah disebutkan di atas, orang Jawa pada umumnya mengenal dino dan pasaran. Dino pitu dan pasaran limo itu masing-masing mempunyai nilai yang disebut neptu. Neptu dino: Senen (4), Selasa (3), Rebo (7), Kemis (8), Jemuah (6), Setu (9), Ngahat (5) dan neptu pasaran: Legi (5), Pahing (9), Pon (7), Wage (4), Kliwon (8). Jumlah neptu dino dan pasaran tersebut nantinya akan dikaitkan atau disamakan dengan nomor urut huruf Jawa yang jumlahnya 20 (ha, na, ca, ra, ka, da, ta, sa, wa, la, pa, dha, ja, ya, ma, ga, ba, tha, nga).

Contoh: anak yang lahir pada hari Sabtu Legi. Sabtu Legi berneptu 14 yaitu berasal dari Sabtu berneptu 9 dan Legi berneptu 5. Sedang huruf Jawa yang ke 14 adalah “ya”. Jadi nama anak tersebut akan memakai huruf “ya”, misalnya Yata, Yana, Yani, Yati.

4. Nomor Urut Anak dalam Keluarga Untuk mengingat nomur anaknya, maka orang tua anak itu memakai nomor urut anak tersebut (dari yang paling tua hingga termuda) sebagai dasar untuk memberi nama.

Contohnya:
- Nama yang memakai Eko diberikan kepada anak nomor satu. Misalnya: Eko Pratiwi, Ekorini, Ekasari, Eko Budi Santoso.
- Nama yang memakai Dwi, diberikan kepada anak nomor dua. Misalnya: Dwi Asih, Dwi Anto, Dwi Cahyono.
- Nama yang memakai Tri diberikan kepada anak nomor tiga. Misalnya Triono, Trianah, Tri Puji Astuti.
- Nama yang memakai Catur diberikan kepada anak nomor empat. Misalnya Catur Wikansari, Catur Putranto, Caturini, dan seterusnya.

5. Haparan atau Cita-cita Orang Tua
Pemberian nama yang berdasarkan harapan atau cita-cita orang tua adalah:
- Nama: Slamet, Widodo, Mulyono, Rahayu, mengandung harapan supaya anak itu selamat.
- Nama: Prakoso, Santoso, Kuwato, mengandung harapan supaya anak itu kuat atau perkasa.
- Nama: Margono, Sugiharto, Hartati, Hartini, Sri Rejeki mengandung harapan supaya anak itu banyak rezekinya atau menjadi orang kaya.
- Nama: Sabar, Trimo, Bariah, Sabarti, mengandung harapan supaya anak itu menjadi orang sabar.
- Nama: Cahyono, Cahyadi, Kartikasari, Fajarini, mengandung harapan agar anak itu cemerlang dalam hidupnya.

6. Peristiwa Penting
Pemberian nama berdasarkan suatu peristiwa penting pada saat anak dilahirkan contohnya adalah:
- Nama: Merdekawati, Mardikani, Mardikoyuwono, diberikan karena anak itu lahir pada saat kemerdekaan (tahun 1945).
- Nama: Linggarjati, karena anak itu lahir pada saat terjadi perjanjian Linggarjati.
- Nama: Hariadi, Fitriani, karena anak itu lahir pada hari Raya Idul Fitri.
- Irianto, Irawati, iriani, anak itu dilahirkan pada waktu pengusiran Belanda dari Irian Barat.
- Prihatin, Suprihati, Prih Martini, karena anak itu ketika dilahirkan keadaan orang tuanya sedang dalam kesulitan (dalam keadaan prihatin).

7. Pewayangan
Pemberian nama berdasarkan nama-nama tokoh dalam pewayangan. Maksudnya agar anak itu berjiwa dan berbudi luhur seperti para tokoh pewayangan tersebut. Contohnya: Kunto Wibisono, Bimo Arioteja, Harjuno, Endang Suprobowati, Siti Sundari, Sri Sukesi, Sri Lestari, Sintawati dan lain sebagainya.

8. Gabungan Ayah dan Ibu Pemberian nama berdasarkan gabungan nama ayah dan ibu anak itu. Contohnya: Seorang suami bernama Maryono dan isteri bernama Sundari, setelah punya anak diberi nama Rinawati atau Daryono.

9. Rasul/Para Sahabatnya
Pemberian nama berdasar nama-nama Nabi/Rasul atau para sahabat, mengandung harapan supaya anak-anak yang diberi nama itu berjiwa besar seperti Nabi/Rasul atau para sahabat tersebut. Contohnya: Dawut, Ibrahim, Muhammad, Yusuf, Sulaiman, Yunus dan lain sebagainya.

10. Al-Quran
Pemberian nama berdasarkan ayat suci Al Quran. Contohnya: Rachmat, Taufik, Hasanah, Umi Kulsum, Nurjanah, Siai Aisyah, Hamidah dan lain sebagainya.

Sumber:
Koentjaraningrat. 1971. Masyarakat Desa di Indonesia Masa Kini. Jakarta: Yayasan BP Fakultas Ekonomi Indonesia.

Kartohadikusumo. 1953. Desa. Jogjakarta

Mustopo, Habib. Dkk. 1984. Upacara Tradisional Daerah Jawa Timur. Surabaya: Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Cara Pasang Tali Layangan agar Manteng di Udara
Topeng Monyet
Keraton Surosowan

Archive