(Cerita Rakyat Daerah Tangerang, Banten)
Di Jalan Cituis, Kelurahan Keramat, Kecamatan Pakuhaji, Kabupaten Tangerang, ada sebuah makam keramat. Penduduk setempat menamainya sebagai Makam Keramat Panjang sebab berukuran panjang sembilan meter dan lebar satu setengah meter. Ia dikeramatkan dan diziarahi banyak orang karena dianggap membawa karomah bagi keberkahan hidup.
Ada beberapa versi cerita yang berkembang di kalangan masyarakat Pakuhaji mengenai orang yang makamnya dikeramatkan itu. Versi pertama mengatakan bahwa jasad yang dimakamkan bernama Al-Habib Abdullah bin Ali Al-Uraidhi dari Hadramaut, Yaman Selatan.Nama ini terpampang di atas pintu masjid bersebelahan dengan Keramat Panjang. Al-Habib Abdullah bin Ali Al-Uraidhi dipercaya memiliki nasab (silsilah) keturunan langsung Nabi Muhammad SAW garis Sayyidina Husein.
Sang Habib bersama istri (Aminah Khan) datang ke wilayah Pakuhaji setelah menyebarkan ajaran Islam di Aceh, Palembang, Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku. Keduanya berlabuh di sekitar Pantai Pakuhaji untuk memperbaiki perahu yang mengalami kerusakan. Di sela-sela perbaikan perahu Al-Habib rupanya menyempatkan diri mengawini gadis setempat bernama Siti Sulaiha dan memutuskan menetap hingga akhir hayatnya.
Versi kedua mengatakan pemilik jasad Keramat Panjang adalah orang Persia bernama Syekh Daud bin Ami bin Ismail. Sedangkan versi lainnya mengatakan bahwa pemilik jasad tidak pernah menyebutkan namanya. Dia berasal dari Madinah yang menyebarkan syariat Islam ke Yaman, Turki, India, dan Indonesia.
Saat hendak bersyiar Islam di tanah Jawa perahu yang ditumpanginya mengalam kerusakan berat sehingga harus berlabuh di perairan sekitar daerah Mauk. Selama masa perbaikan dia mengisi waktu dengan menyebarkan ajaran Islam kepada masyarakat setempat. Selesai perahu diperbaiki dia berangkat lagi menuju Palembang dan Aceh.
Berbulan-bulan kemudian, entah dari mana, tiba-tiba dia terdampar di pesisir Pantai Mauk dalam kondisi sudah tidak bernyawa. Para warga yang menemukan segera membawa jasadnya untuk dikuburkan di dekat sebuah sumur tua. Konon, karena ukuran tubuhnya yang tinggi besar, maka makam pun dibuat panjang dan lebar.
Untuk menghormati jasanya sebagai penyebar ajaran Islam, warga membangun sebuah masjid di area makam. Lambat-laun, mungkin karena air sumur disamping makam memiliki karomah tertentu yang dapat digunakan untuk lebih mendekatkan diri pada Sang Pencipta, masyarakat kemudian mengkeramatkannya. Makam itu lantas dinamai Keramat Panjang sesuai dengan ukurannya yang sangat panjang melebihi manusia pada umumnya.
Selain area makam yang diberi nama, warga sekitar juga menamai kampung tempat tinggal mereka sebagai Keramat Panjang. Adapun tujuannya juga sama, yaitu menghormati jasa Sang pensyiar agama Islam yang tidak diketahui namanya hingga akhir hayat. Sang pensyiar dianggap sebagai wali Allah yang senantiasa meneruskan perjuangan Nabi Muhammad SAW dan air sumur dijadikan sebagai bukti bahwa dirinya selalu tetap istiqomah di jalan Allah.
Saat ini, Keramat Panjang selalu didatangi peziarah khususnya pada hari Kamis dan Jumat. Mereka membacakan tahlil di depan makam sambil membuka tudung kain berwarna hijau yang membentang sepanjang sembilan meter. Selesai tahlil peziarah akan mengambil air dari sumur karomah untuk dibawa pulang sebagai berkah. (ali gufron)
Di Jalan Cituis, Kelurahan Keramat, Kecamatan Pakuhaji, Kabupaten Tangerang, ada sebuah makam keramat. Penduduk setempat menamainya sebagai Makam Keramat Panjang sebab berukuran panjang sembilan meter dan lebar satu setengah meter. Ia dikeramatkan dan diziarahi banyak orang karena dianggap membawa karomah bagi keberkahan hidup.
Ada beberapa versi cerita yang berkembang di kalangan masyarakat Pakuhaji mengenai orang yang makamnya dikeramatkan itu. Versi pertama mengatakan bahwa jasad yang dimakamkan bernama Al-Habib Abdullah bin Ali Al-Uraidhi dari Hadramaut, Yaman Selatan.Nama ini terpampang di atas pintu masjid bersebelahan dengan Keramat Panjang. Al-Habib Abdullah bin Ali Al-Uraidhi dipercaya memiliki nasab (silsilah) keturunan langsung Nabi Muhammad SAW garis Sayyidina Husein.
Sang Habib bersama istri (Aminah Khan) datang ke wilayah Pakuhaji setelah menyebarkan ajaran Islam di Aceh, Palembang, Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku. Keduanya berlabuh di sekitar Pantai Pakuhaji untuk memperbaiki perahu yang mengalami kerusakan. Di sela-sela perbaikan perahu Al-Habib rupanya menyempatkan diri mengawini gadis setempat bernama Siti Sulaiha dan memutuskan menetap hingga akhir hayatnya.
Versi kedua mengatakan pemilik jasad Keramat Panjang adalah orang Persia bernama Syekh Daud bin Ami bin Ismail. Sedangkan versi lainnya mengatakan bahwa pemilik jasad tidak pernah menyebutkan namanya. Dia berasal dari Madinah yang menyebarkan syariat Islam ke Yaman, Turki, India, dan Indonesia.
Saat hendak bersyiar Islam di tanah Jawa perahu yang ditumpanginya mengalam kerusakan berat sehingga harus berlabuh di perairan sekitar daerah Mauk. Selama masa perbaikan dia mengisi waktu dengan menyebarkan ajaran Islam kepada masyarakat setempat. Selesai perahu diperbaiki dia berangkat lagi menuju Palembang dan Aceh.
Berbulan-bulan kemudian, entah dari mana, tiba-tiba dia terdampar di pesisir Pantai Mauk dalam kondisi sudah tidak bernyawa. Para warga yang menemukan segera membawa jasadnya untuk dikuburkan di dekat sebuah sumur tua. Konon, karena ukuran tubuhnya yang tinggi besar, maka makam pun dibuat panjang dan lebar.
Untuk menghormati jasanya sebagai penyebar ajaran Islam, warga membangun sebuah masjid di area makam. Lambat-laun, mungkin karena air sumur disamping makam memiliki karomah tertentu yang dapat digunakan untuk lebih mendekatkan diri pada Sang Pencipta, masyarakat kemudian mengkeramatkannya. Makam itu lantas dinamai Keramat Panjang sesuai dengan ukurannya yang sangat panjang melebihi manusia pada umumnya.
Selain area makam yang diberi nama, warga sekitar juga menamai kampung tempat tinggal mereka sebagai Keramat Panjang. Adapun tujuannya juga sama, yaitu menghormati jasa Sang pensyiar agama Islam yang tidak diketahui namanya hingga akhir hayat. Sang pensyiar dianggap sebagai wali Allah yang senantiasa meneruskan perjuangan Nabi Muhammad SAW dan air sumur dijadikan sebagai bukti bahwa dirinya selalu tetap istiqomah di jalan Allah.
Saat ini, Keramat Panjang selalu didatangi peziarah khususnya pada hari Kamis dan Jumat. Mereka membacakan tahlil di depan makam sambil membuka tudung kain berwarna hijau yang membentang sepanjang sembilan meter. Selesai tahlil peziarah akan mengambil air dari sumur karomah untuk dibawa pulang sebagai berkah. (ali gufron)