Saronen adalah sebutan orang Madura bagi sebuah alat musik tiup. Oleh karena alat musik ini bunyinya demikian khas, maka organisasi kesenian (orkes) yang memainkannya disebut sebagai “saronen”. Saronen, konon berasal dari Timur Tengah dengan berbagai sebutan (nama), seperti: sirnai, sarune, dan shanai. Di Madura sendiri juga tidak hanya dikenal dengan nama saronen, tetapi juga selompret, serompet, dan serunen. Alat ini terbuat dari kayu jati, dengan bentuk kerucut dan ada 6 lobang yang berderet (di depan) ditambah dengan sebuah lubang yang ada di bagian belakang. Apabila berada dalam sebuah orkes, Saronen “ditemani” oleh seperangkat musik yang terdiri atas: (1) tabbhuwan raja (gong besar), (2) tabbhuwan kene (gong kecil), (3) pendong (gong kecil) beserta kennong pemanga, (4) kolkol yang ditaruh di lantai, (5) ghendang raja, yaitu gendang besar, (6) gendhang kene (gendang kecil), (7) saronen, dan (8) kerca-kerca (sepasang simbal kecil).
Sebagai sebuah seni pertunjukan, saronen dapat dipergelarkan pada acara kerapan sapi, dan juga acara-acara yang berkaitan dengan ritual keluarga. Apabila dipergelarkan dalam kerapan sapi, para pemain berjalan mengikuti iring-iringan sapi (menyerupai arak-arakan). Akan tetapi, dalam ritual kekuarga, musiknya tidak lagi berfungsi sebagai pengiring arak-arakan. Peningkatan tempo dilakukan secara bertahap. Mula-mula untuk semua alat musik. Lalu, jika diperlukan, penutup dilakukan dalam tempo yang tinggi (cepat). Gung, kempul, dan kennong raja juga temponya dipercepat.