Sintung

Sintung adalah salah satu kesenian yang ada di kalangan masyarakat Desa Tamba Agung Barat, Kecamatan Ambunten, Kabupaten Sumenep. Kesenian ini merupakan modifikasi dari kesenian hadrah, samman, rudat, dan gambus. Secara historis sintung berasal dari Asia Tengah. Konon, kesenian sintung dibawa oleh para pedagang Gujarat (India) yang sekaligus mempunyai misi menyebarkan agama Islam. Dari Aceh mereka menuju ke arah timur Pulau Jawa dan akhirnya sampai di Pulau Madura. Sekitar abad ke-18 di Kampung Prompong, Kecamatan Rubaru berdiri sebuah pesantren. Di pesantren inilah kesenian sintung dijarkan kepada para santrinya. Diantara para santri tersebut ada yang berasal dari Desa Tamba Agung Barat. Pada waktu itu ada dua tokoh penata gerak yang terkenal, yaitu K. Ridwan dan K. Talibin. Beliau berdualah yang meletakkan dasar-dasar tarian dan nyanyian (selawat dan barzanji) yang hanya ditujukan kepada zat yang menguasai alam semesta (Sang Khalik).

Peralatan musik kesenian Sintung terdiri atas: jodor terbuat dari batang pohon besar, gendang, dan tong-tong yang terbuat dari buah siwalan. Setiap pementasan jumlah penarinya minimal 25 orang yang kesemuanya laki-laki. Mereka diiringi 5 pemusik yang terdiri atas: seorang penabuh jidor, dua orang penabuh gendang, dan dua orang penabuh rebana. Adapun tata rias serta aksesoris yang digunakan dalam setiap penampilan terdiri atas: kain sarung, kemeja taqwa, dan ikat kepala. Ragam gerak tariannya ditujukan kepada ke Sang Pencipta. Kesenian ini dipentaskan dalam kegiatan upacara di lingkaran hidup individu (perkawinan dan khitanan) dan hari-hari besar Agama Islam.
Cara Pasang Tali Layangan agar Manteng di Udara
Topeng Monyet
Pocong Gemoy

Archive