Taman Nasional Gunung Palung

Taman Nasional Gunung Palung secara administratif terletak di Kabupaten Kayong Utara dan Kabupaten Ketapang, Provinsi Kalimantan Barat. Secara geografis kawasan hutan ini terletak antara 01° 00' - 00° 20' LS dan 109° 00' - 110° 25' BT dengan batas-batas: sebelah utara berbatasan dengan Sungai Air Merah, Sungai Matan, Sungai Batu Barat, Jalan Eks PT. Perkasa Tani Sejati (Matan-Kubing), dan Sungai Kubing; sebelah selatan berbatasan dengan Selat Karimata, Sungai Melinsum, Desa Riam Berasap Jaya, Desa Laman Satong, Sungai Siduk, Hutan Lindung Gunung Tarak, Desa Pangkalan Teluk, dan Sungai Lekahan; sebelah barat berbatasan dengan Selat Karimata, Desa Gunung Sembilan, Desa Sutera, Desa Pangkalan Buton, Desa Pampang Harapan, Desa Sejahtera, Desa Benawi Agung, Desa Sedahan Jaya, dan Desa Harapan Mulia; dan sebelah timur berbatasan dengan Sungai Laur, Desa Sempurna, dan Desa Teluk Bayur (gunungpalung.net)

Menurut sejarahnya, Taman Nasional Gunung Palung awalnya dijadikan sebagai Suaka Margasatwa oleh Pemerintah Belanda melalui Staat Blaat No.4/13IB/1937 pada tanggal 29 April 1937 dengan luas keseluruhan sekitar 30.000 hektar. Setelah Bangsa Indonesia merdeka, pada tanggal 10 Desember 1981 melalui Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 101 A/Kpts/VIII/12/1981 ditetapkan lagi sebagai Suaka Margasatwa dengan nama Suaka Margasatwa Gunung Palung dengan luas bertambah menjadi sekitar 90.000 hektar, meliputi kawasan Gunung Kepayang, Gunung Seberuang, Sei Lekahan, dan Labuhan Batu. Tujuannya, adalah untuk meningkatkan perlindungan terhadap hutan hujan tropis Pulau Kalimantan beserta kekayaan alam hayati yang dimilikinya.

Selanjutnya, pada acara Pekan Konservasi Alam Nasional II di Bali tanggal 24 Maret 1990 Suaka Marga Satwa Gunung Palung diganti lagi namanya menjadi Taman Nasional Gunung Palung berdasarkan Pernyataan Menteri Kehutanan Nomor: 448/Menhut-VI/1990 tanggal 6 Maret 1990. Dan Terakhir, menjadi Balai Besar Taman Nasional Gunung Palung berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No.6186/Kpts-II/2002 tanggal 10 Juni 2002 (dephut.go.id).

Kondisi Taman Nasional Gunung Palung
Taman Nasional Gunung Palung secara umum memiliki kondisi topografi yang bergelombang, berbukit dan bergunung-gunung dengan variasi mulai dari dataran rendah sampai dengan ketinggian + 1.116 meter di atas permukaan air laut (Gunung Palung). Sedangkan iklimnya berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Ferguson, pada bagian barat termasuk tipe A (9 bulan basah/tahun) dengan curah hujan antara 2.500-3.000 mm/tahun dan bagian timur termasuk tipe B (7 bulan basah/tahun) dengan curah hujan antara 3.000-4.000 mm/tahun dengan temperatur udara 25.5° - 35°C.

Kondisi topografis yang bervariasi tersebut menjadikan kawasan taman nasional ini memiliki formasi vegetasi yang cukup lengkap, yaitu vegetasi hutan hujan sub Alpine, hutan hujan pegunungan, hutan hujan tropika dataran rendah, hutan tanah aluvial, hutan gambut, hutan rawa, hutan mangrove, dan vegetasi rheofite. Jenis-jenis tumbuhan yang banyak dijumpai di dalam vegetasi ini diantaranya adalah jelutung (Dyera costulata), ramin (Gonistylus bancamus), damar (Agathis berneensis), pulai (Alstonia scholaris), rengas (Gluta renghas), ulin (Eusideroxylon zwageri), bakau (Rhizopora sp.), kedeka (Bruguiera sp.), meranti (Shorea sp.), keruing (Dipterocarpus sp.), gaharu (Aquilaria malaccensis)1, kantong semar (Nephentes sp.), bunga bangkai (Amorphophallus bomeensiis), anggrek hitam (Coelogyne pandurata), belian (Eusideroxylon zwageri), dungun (heritiera littoralis), putat (Barringtonia acutangula), damar (Eugenia lepidocarpa), Syzygium sp., Litsea sp., Shorea sp., dan sekitar 3.500-4.000 jenis vegetasi berkayu, termasuk di dalamnya 70 jenis family Diptecocarpaceae, dan lain sebagainya.

Tetumbuhan tersebut tersebar di seluruh kawasan TNGP dari mulai ketinggian 0 hingga lebih dari 1000 meter di atas ketinggian air laut (mdpl). Pada ketinggian antara 0-900 mdpl diisi oleh tetumbuhan dari genus Shorea, Syzygium dan Fordia splendidissima; ketinggian dibawah 300 mdpl diisi oleh tetumbuhan dari genus Shorea, Dipterocarpus, dan Palaquium; ketinggian 300-600 mdpl didominasi oleh genus Syzygium dan Shorea; ketinggian 600-900 mdpl didominasi oleh kayu maang (Hopea ferriginea), pakit tengkuang (Shorea sp.), Agathis beccarii, genus Syzgium, dan Polyaltia; ketinggian 900-1.000 mdpl didominasi oleh tumbuhan lumut, genus Shorea, Syzygium, dan Litsea, dan: pada ketinggian di atas 1.000 mdpl didominasi oleh pepohonan dari medang, ubah besi, bintangor (Callophyllum grandifloris), genus Palaquium sp., Syzgium sp., nepenthes ssp., dan Litsea sp. (dephut.go.id).

Vegetasi-vegetasi yang ada di TNGP tersebut sampai saat ini kondisinya relatif masih lengkap dan asli, sehingga memungkinkan beraneka ragam jenis fauna hidup dan berkembang di dalamnya. Jenis-jenis satwa yang hidup di TNGP diantaranya adalah: monyet ekor panjang (Macaca fasicularis), owa/klempiau (Hylobathes agilis)2, kelasi (hylobathes frontata), orangutan (Pongo pygmaeus wurmbii), bekantan (Nasalis larvatus), beruang madu (Helarctos malayanus malayanus), beruk (Macaca nemestrina nemestrina), klampiau (Hylobates muelleri), kukang (Nyticebus coucang borneanus), kijang (Muntiacus muntjak pleiharicus), kancil (Tragulus napu borneanus), bajing tanah bergaris empat (Lariscus hosei), ayam hutan (Gallus gallus), rangkong badak (Buceros rhinoceros borneoensis), enggang gading (Rhinoplax vigil), kura-kura gading (Orlitia borneensis), penyu tempayan (Caretta caretta), buaya siam (Crocodylus siamensis), tupai kenari (Rhiethrosciurus macrotis), krabuku ingkat (Tarsius bancanus)3, 71 spesies mamalia kecil (termasuk 35% ordo Rodentia (pengerat) dan 8% ordo Chiroptera (kelelawar)), sekitar 178-263 spesies burung, dan lain sebagainya (kehutanan.kalbarprov.go.id).

Khusus untuk orangutan, Taman Nasional Gunung Palung memiliki sekitar 2.200 ekor yang tersebar di areal yang banyak ditumbuhi tanaman dari family Dipterocarpaceae. Mereka umumnya tinggal di dalam sarang berdiameter antara 1-2,5 meter pada ketinggian antara 10-30 meter di atas permukaan tanah. Orangutan hidup berkelompok dengan anggota tidak lebih dari lima individu. Orangutan jantan lebih bersifat soliter, sedangkan orang utan betina biasanya berkelompok dengan kerabat yang masih satu keturunan.

Untuk melindungi keberadaan orangutan di Taman Nasional Gunung Palung, pada tahun 2003 masyarakat setempat membentuk sebuah organisasi bernama Orangutan Protection & Monitoring Units (OPMU). Tujuannya untuk ikut membantu pemerintah mengamankan dan melindungi orangutan dan habitatnya.

Selain kaya akan flora dan fauna, di Taman Nasional Gunung Palung juga terdapat beberapa area yang dapat dijadikan sebagai obyek wisata, yaitu: (1) Air Terjun Riam Berasap berketinggian sekitar 10 meter dan lebar 5 meter. Air terjun yang namanya diambil dari percikannya yang seakan-akan menyerupai kepulan asap ini mengalir pada bagian hilir Sungai Siduk dengan jatuhan air membentuk sebuah kolam seluas sekitar 300 meter persegi; (2) Riam Bekinjil yang merupakan salah satu riam di aliran Sungai Siduk; (3) Riam Kurung Pelandu juga berada di aliran Sungai Siduk; (4) Puncak Gunung Panti (1050 mdpl) yang merupakan tipe ekosistem sub-alpine dengan didominasi oleh tumbuhan lumut. Untuk mencapai puncak Gunung Panti, dari camp Penelitian Cabang Panti dapat melalui dua jalur pendakian sederhana dengan waktu tempuh sekitar 6 jam; (5) Air Terjun Panti; (6) Pantai Pulau Datok; (7) Bukit Lubang Tedong; (8) Sungai Mantan dan Sungai Simpang; dan (9) Kampung Baru yang merupakan pusat pengamatan satwa bekantan.

Sementara khusus untuk kegiatan penelitian, pihak Taman Nasional Gunung Palung juga menyediakan sebuah Stasiun Riset Cabang Panti yang dilengkapi dengan shelter, camp/wisma peneliti, sarana komunikasi, sarana transportasi darat dan air, laboratorium, pondok jaga, pos jaga, menara pandang/pengamatan, tempat tinggal pengelola dan perpustakaan. Apabila ingin lebih “menyatu” dengan alam, para peneliti atau wisatawan dapat menyewa rumah penduduk setempat sebagai tempat tinggal (local home-stay) atau mendirikan kemah di lahan perkemahan. Dan, bagi peneliti atau wisatawan yang ingin menjelajahi taman nasional ini, tersedia juga jasa pemandu yang siap mengantarkan ke tempat-tempat yang ingin dituju.

Sebagai catatan, untuk menuju lokasi Taman Nasional Gunung Palung dapat ditempuh melalui beberapa rute (menggunakan angkutan umum). Rute pertama, dari Pontianak menuju Ketapang menggunakan pesawat udara dengan waktu tempuh sekitar 30 menit atau dengan Express Boat dengan waktu tempuh sekitar 6 jam. Dari Ketapang perjalanan diteruskan menuju ke Teluk Melano menggunakan minibus dengan waktu tempuh sekitar 2 jam lalu dilanjutkan menggunakan Long Boat sekitar 6 jam perjalanan. Sedangkan rute lainnya dari Pontianak menuju Teluk Batang menggunakan Expres Boat dengan waktu tempuh sekitar 4 jam. Selanjutnya, dari Teluk Batang menuju Teluk Melano menggunakan minibus dengan waktu tempuh sekitar 1 jam dan baru diteruskan dengan Long Boat menuju Taman Nasional Gunung Palung. (gufron)
____________________________
[1] Gaharu atau Aquilaria malaccensis adalah pohon dengan ciri-ciri fisik seperti: daun tunggal dan menyebar, pertualangan sekunder tidak jelas, ujung daun melancip, permukaan bawah daun mengkilat dan berwarna hijau pucat.
[2] Klempiau adalah kera berlengan panjang yang hidup dalam kelompok-kelompok kecil terdiri dari 1 jantan dewasa, 1 betina dewasa, dan 1 hingga 3 anak. Tiap kelompok biasanya memiliki areal pencarian makanan seluas 20-30 hektar pada hutan dipterocarpaceae yang banyak ditumbuhi buah-buahan berdaging masak, dedaunan muda, dan serangga kecil.
[3] Karbuku ingkat adalah salah satu primata terkecil di dunia dengan berat tubuh hanya sekitar 10 gram. Binatang ini termasuk nokturnal yang hidup atau aktif hanya pada malam hari dalam hutan yang banyak ditumbuhi jahe liar dan pepohonan kecil lainnya. Makanan utamanya adalah serangga, seperti: semut, ulat, belalang, dan kecoa.

Foto: http://parkofindonesia.blogspot.com/2012/10/gunung-palung.html
Sumber:
“Taman Nasional Gunung Palung”. http://kehutanan.kalbarprov.go.id/joomla15/index.php?option=com_content&view=article&id=109:balai-tn-gunung-palung&catid=79:upt-kehutanan&Itemid=47. Diakses 20 September 2013

“Tentang Gunung Palung”. http://gunungpalung.net/index.php?title=Tentang_Gunung_Palung. Diakses 20 September 2013.

Taman Nasional Gunung Palung”. http://www.dephut.go.id/alus_assets/INFORMASI/TN%20INDO-ENGLISH/tn_palung.htm. DIakses 21 September 2013.
Cara Pasang Tali Layangan agar Manteng di Udara
Topeng Monyet
Keraton Surosowan

Archive