(Cerita Rakyat Daerah Banten)
Alkisah, dahulu ada seorang perempuan pejuang bernama Nyi Wangi. Walau begitu, raut wajahnya sangatlah cantik dengan rambut panjang bak mayang terurai. Rambut inilah yang menjadi sumber kekuatan sekaligus kesaktiannya. Selain berjuang, dia juga diberi mandat oleh Sultan Banten untuk menyebarkan ajaram Islam.
Suatu hari, saat berpatroli bersama prajuritnya, Nyi Wangi bertemu dengan seorang laki-laki yang penampilannya mencurigakan. Mereka kemudian menginterogasinya. Jawab laki-laki yang bernama Ki Mandala itu sangatlah tidak tegas. Sambil memasang kuda-kuda, dia mengatakan hanya melihat-lihat pemandangan alam sekitar.
Aksi kuda-kuda ini tentu menyulut kemarahan Nyi Wangi sehingga terjadilah perkelahian di antara keduanya. Dia menyangka kalau Ki Mandala merupakan mata-mata Belanda yang kebetulan terpergok pasukannya. Namun, karena keduanya memiliki ilmu kanuragan dengan level sama, maka perkelahian berlangsung seimbang. Oleh karena tidak ada yang kalah, Nyi Wangi dan Ki Mandala sepakat mengakhiri perkelahian. Rombongan Nyi Wangi membiarkan Ki Mandala berlalu dari hadapan. Mereka melanjutkan patroli menuju wilayah Banten Selatan.
Tiba di Banten Selatan, mereka menuju ke pemandian Cihunjuran guna beristirahat melepas lelah. Belum sempat menghela napas di tempat itu, tiba-tiba ada seekor kerbau mengamuk menuju arah mereka. Melihat kedatangan sang kerbau, Nyi Wangi langsung berdiri menghadang. Dan, dengan rambutnya yang sakti, dia melilit sang kerbau hingga berhenti seketika. Usai menambatkan kerbau pada sebuah pohon, rombongan Nyi Wangi melanjutkan perjalanan.
Setelah berbulan-bulan berkeliling Banten, akhirnya Nyi Wangi pulang ke rumah. Beberapa hari di rumah, dia mulai berpikir untuk mencari pasangan hidup mengingat usianya yang sudah tidak muda lagi. Namun, karena kesaktiannya yang sangat tinggi, dia tidak sembarangan memilik laki-laki. Sang calon suami haruslah lebih sakti darinya. Adapun caranya adalah dengan mengadakan sayembara yang berisi tantangan bagi kaum lelaki untuk memotong rambutnya. Apabila ada yang berhasil, maka dia akan dijadikan sebagai pendamping hidup.
Tidak lama setelah sayembara disebarkan, banyak jawara datang dan mencoba memotong rambut Nyi Wangi. Walau tiap orang diberi kesempatan sejumlah tiga kali, namun satu per satu undur diri karena tidak ada yang berhasil. Di saat sudah tidak ada orang lagi yang mencoba, tiba-tiba saja datang Ki Mandala ikut sayembara.
Oleh karena berbulan-bulan bertarung dengan berbagai macam orang, Nyi Wangi rupanya sudah tidak ingat lagi kalau Ki Mandala pernah bertarung dengannya. Dia mempersilahkan Ki Mandala memotong rambutnya. Pada usaha pertama menggunakan golok tajam ternyata tidak berhasil. Selanjutnya dengan menggunakan sebilah keris sakti juga tidak berhasil. Dan, baru pada usaha ketiga Ki Mandala berhasil memotong rambut Nyi Wangi. Dia menggunakan senjata pamungkas berbentuk menyeruapi sebuah paku yang dinamai sebagai Almada.
Ketika rambut telah terpotong, sesuai dengan janjinya, Nyi Wangi kemudian menjadikan Ki Mandala sebagai pendamping hidup. Beberapa hari setelah menikah, ada berita yang menyatakan bahwa Belanda datang dan menyerang Banten. Berita ini tentu membuat rakyat menjadi panik dan sebagian ada yang menyelamatkan diri ke hutan atau daerah lain yang dianggap aman.
Nyi Wangi dan Ki Mandala tidak ikut melarikan diri. Mereka malah mendatangi pasukan Belanda untuk mengadakan perundingan. Dalam perundingan, Nyi Wangi memberi sebuah tantangan pada pemimpin pasukan Belanda, yaitu apabila berhasil memotong rambutnya maka dia tidak akan melakukan perlawanan. Sebaliknya, apabila tidak berhasil Belanda harus angkat kaki dari Banten.
Tantangan tersebut disetujui pihak Belanda dengan memerintahkan salah seorang pasukannya yang ahli senjata tajam guna memotong rambut Nyi Wangi. Namun, karena yang digunakan hanyalah senjata biasa, rambut Nyi Wangi tetap utuh tanpa tergores sedikit pun. Belanda akhirnya menarik pasukannya dari Banten.
Penarikan pasukan Belanda rupanya hanya sebuah tipu muslihat. Mereka mengumpulkan informasi tentang Nyi Wangi guna mengetahui kelemahannya. Setelah informasi terkumpul bahwa Nyi Wangi pernah mengadakan sayembara mencari calon suami, Belanda kemudian mengumpulkan para jawara yang tidak berhasil memotong rambutnya. Mereka dibujuk agar mau membinasakan Nyi Wangi.
Bujukan itu mengena. Para jawara yang telah sakit hati kemudian berkumpul dan sepakat melakukan sesuatu. Namun, rupanya ada salah persepsi antara para jawara dengan Belanda. Mereka bukan sepakat mencelakai Nyi Wangi melainkan sang suami karena telah berhasil memenangkan sayembara. Mereka pikir, kalau Ki Mandala dienyahkan akan ada kesempatan untuk mengawini jandanya.
Singkat cerita, ketika sedang mencari kayu bakar di hutan, Ki Mandala dikepung dan dikeroyong beramai-ramai. Walhasil, dia pun kewalahan dan akhirnya tewas bersimbah darah. Kematian Ki Mandala tentu membuat marah Nyi Wangi. Dia kemudian menuntut balas pada orang-orang yang telah menewaskan Sang Suami. Selanjutnya dia kembali berjuang hingga akhir hayatnya. Dan sebagai penghormatan atas jasa keduanya, oleh masyarakat setempat wilayah mereka tinggal kemudian dinamakan sebagai Mandalawangi.
Diceritakan kembali oleh Gufron