H Madinah

H Madinah adalah Pimpinan Pondok Pesantren Miftahul Madaniyah, Ketua Tanfidhiyah Pengurus Cabang Nahdhatul Ulama (PCNU) Kota Bekasi, dan sekaligus juga menjabat sebagai Kepala Kantor Urusan Agama Bekasi Barat, Kota Bekasi. Seabreg jabatan tersebut tidak lepas dari perjuangan serta pengalaman hidup yang ditempuhnya selama ini yang mulai dirintis dari bawah.

Laki-laki kelahiran Bekasi tersebut memiliki latar belakang pendidikan agama yang agak dominan. Dia mengawalinya dengan bersekolah di Madrasah Ibtidaiyah Al Hidayah (1977) lalu melanjutkan ke Madrasah Tsanawiyah Agus Salim (1981). Lulus dari MTS Agus Salim, Madihan melanjutkan ke Sekolah Pendidikan Guru Negeri Lubang Buaya (1984). Kemudian hijrah ke Bandung untuk menempuh pendidikan tinggi di IAIN (sekarang UIN) Sunan Gunungjati (1996), Uninus Bandung (1997), dan Akta IV di Unisma 45 (1999). Terakhir dia mendapatkan ijazah S2-nya di Jakarta pada tahun 2008 (tentangbekasi.com).

Selama menempuh pendidikan formal keseharian Madinah tidak melulu belajar dan belajar. Di sela-sela waktu, berbekal sepeda onthel dia pernah menjadi loper koran, tukang dekor hajatan, penjual petasan,hingga berjualan es mambo dari daerah Jatiasih sampai ke Halim. Selain berdagang, dia juga menyempatkan diri belajar agama pada beberapa orang berpengaruh, seperti: KH Musryid Kamil, KH Latif Kamil (DR Syafie Kamiel), KH Mir’an Syamsuri, KH Jamaksari, KH Noer Ali, KH Muhazirin, KH Sirojil Munir, KH Dawam, dan DR KH Ali Mustofa Yakub.

Pada saat bersekolah di SPGN Lubang Buaya, pada tahun 1982 Madinah pernah menjadi menjadi guru honorer di salah satu sekolah di daerah Bekasi. Waktu itu, honor pertama yang diterima hanya sebesar Rp.5.000,00 per bulan. Namun seiring waktu meningkat menjadi Rp.12.000,00 dan di tahun 1996 menjadi RP.50.000,00 per bulan. Walaupun honorarium relatif kecil Madinah tetap menjalaninya, sebab dia beranggapan bahwa mengajar merupakan sebuah pengabdian bagi sesama sekaligus sebagai ibadah mencari ridlo Illahi.

Pengalaman hidup inilah yang kemudian membuat Madinah dapat lebih menghargai setiap kejadian. Dia berpendapat bahwa hidup haruslah cerdas dan jangan menjadi orang bodoh. Orang harus bersungguh-sungguh dalam menjalani hidup dan dapat mengambil hikmah sehingga dapat memperoleh hasil yang maksimal. Selain itu, juga menjaga “lima masa sebelum datang lima masa berikutnya”. Menurut poskotanews.com, masa-masa tersebut adalah masa muda sebelum masa tua, masa kaya sebelum miskin, masa sehat sebelum sakit, masa luang sebelum sibuk, dan masa hidup sebelum kematian.

Atas dasar prinsip hidup tersebut, Madinah bersama sejumlah tokoh ulama Bekasi kemudian mendirikan sebuah pondok pesantren yang diberi nama Miftahul Madaniyah. Pendirian pondok pesantren bertujuan agar generasi penerus bangsa memiliki akhlak baik di tengah masyarakat yang norma-norama aturannya sudah mulai bergeser. Adapun peresmiannya sendiri dilakukan pada tahun 2014 oleh Walikota Bekasi Rahmat Efeendi yang juga dihadiri pula oleh KH Ali Mustofa Yakub dan H Roma Irama.

Saat ini, di sela-sela kesibukan sebagai pimpinan pondok pesantren dan kepala KUA Bekasi Barat, Madinah juga menjabat sebagai Ketua Tanfidhiyah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Bekasi menggantikan KH Abdul Majid yang telah usai masa kepengurusannya. Pemilihan Madinah sebagai pengurus PCNU berlangsung dalam Konferensi Cabang IV Nahdlatul Ulama Kota Bekasi di Islamic Center. Madinah sebagai figur panutan di Bekasi dianggap mampu merangkul semua elemen dan potensi NU dalam mengembangkan peran dan manfaat kepada masyarakat (poskotanews.com).

Sumber:
“Tokoh Asli Jatiasih jadi Ketua NU Kota Bekasi”, diakses dari http://poskotanews.com/2018/12/19/tokoh-asli-jatiasih-jadi-ketua-nu-kota-bekasi/, tanggal 3 Juli 2019.

“Madinah: Jadikan Pengalaman Hidup sebagai Pembelajaran”, diakses dari http://www.tentangbekasi.com/2017/09/22/madinah-jadikan-pengalaman-hidup-sebagai-pembelajaran/, tanggal 2 Juli 2019.

“Kepala KUA Ini Pernah Jadi Loper Koran Pos Kota”, diakses dari http://poskotanews.com/2017/04/01/kepala-kua-ini-pernah-jadi-loper-koran-pos-kota/, tanggal 3 Juli 2019.
Cara Pasang Tali Layangan agar Manteng di Udara
Topeng Monyet
Keraton Surosowan

Archive