Permainan Punggah

Punggah adalah suatu permainan memasukkan biji-biji pada lubang-lubang yang disediakan diatas sebuah papan. Permainan yang hampir ada di seluruh wilayah Indonesia ini memiliki nama yang bermacam-macam. Misalnya, di daerah Jawa permainan ini dinamakan dakon, Sumatera dinamakan congklak, di Sulawesi dinamakan maggalenceng atau aggalenceng, sedangkan di DKI Jakarta ada yang menyebutnya punggah dan ada pula yang menyebutnya congklak.

Pemain
Permainan punggah dapat dilakukan oleh anak-anak dan orang dewasa laki-laki maupun perempuan. Namun saat ini, secara umum punggah dimainkan oleh kaum perempuan, terutama anak-anak yang berusia 6--12 tahun. Kaum laki-laki sangat jarang memainkannya karena dianggap kurang menantang dan tidak membutuhkan tenaga yang besar. Jumlah pemainnya bergantung dari jumlah papan punggah yang tersedia. Untuk satu papan permainan hanya dapat dimainkan oleh dua orang.

Tempat dan Peralatan Permainan
Permainan punggah dapat dimainkan di mana saja dan kapan saja karena tidak memerlukan tempat yang khusus. Jadi, bisa di dalam rumah, di beranda rumah, atau di balai-balai rumah adat (bisa pagi, siang, sore, atau malam hari). Sedangkan peralatan yang digunakan adalah sebuah papan yang terbuat dari kayu yang tebalnya kurang lebih 10 cm, lebar 20 cm dan panjang 50 cm. Kayu tersebut diberi lubang-lubang (bundar) dengan kedalaman kurang lebih 5 cm. Jumlah lubang seluruhnya adalah 12 buah, dengan rincian 10 lubang dibuat dua jejer (masing-masing jejer 5 lubang), kemudian dua lubang yang agak besar di setiap ujungnya (gedong). Selain papan kayu yang saat ini mulai tergantikan dengan plastik, permainan ini juga menggunakan cangkang-cangkang kerang kecil atau bête (pecahan genting) yang jumlahnya antara 50-70 biji untuk mengisi lubang yang tersedia. Biji-biji tersebut nantinya akan dibagi dua untuk masing-masing pemain.

Jalannya Permainan
Jalannya permainan dimulai dengan memasukkan biji-biji ke dalam lubang-lubang yang ada di dalam papan permainan, kecuali dua buah lubang besar saja yang berada di ujung (gedong). Kedua lubang ini tidak boleh diisi. Jumlah biji pada setiap lubang adalah sama. Jika jumlah seluruh biji yang disepakati adalah 70 biji, maka setiap lubang akan diisi oleh 7 biji. Kemudian salah satu pemain yang mendapat kesempatan pertama akan mengambil semua biji dari lubang paling ujung yang ada di daerahnya sendiri. Biji-biji tersebut kemudian akan diedarkan satu persatu dengan arah yang berlawanan jarum jam ke setiap lubang yang ada di papan permainan, kecuali satu lubang besar di ujung papan yang menjadi “milik” lawan. Apabila biji masuk ke lubang yang paling besar (miliknya sendiri), maka biji tersebut merupakan nilai bagi pemain yang bersangkutan. Namun, jika biji yang terakhir jatuh ke lubang yang masih ada bijinya, maka pemain mengambil biji-biji tersebut untuk diedarkan kembali. Demikian seterusnya hingga suatu saat biji terakhir jatuh pada lubang yang kosong. Jika itu terjadi, maka pemain yang lain (lawan mainnya) akan menggantikannya. Permainan akan berlangsung terus hingga biji-biji yang berada di lubang-lubang kecil seluruhnya masuk ke dua buah lubang besar di ujung papan permainan milik kedua pemain. Bagi pemain yang mendapatkan biji terbanyak akan menjadi pemenangnya.

Sumber:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1980. Permainan Rakyat Suku Bugis Makasar di Sulawesi Selatan. Ujung Pandang: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
http://ms.wikipedia.org/
Cara Pasang Tali Layangan agar Manteng di Udara
Topeng Monyet
Keraton Surosowan

Archive