Coban Rondo adalah sebuah obyek wisata alam berupa air terjun (coban) yang terletak di Desa Pandansari, Kecamatan Pujon, sekitar 12 kilometer dari Kota Batu, Malang, Jawa Timur. Untuk mencapai obyek wisata ini, dari kota Surabaya dapat ditempuh dengan menggunakan bus jurusan Malang-Surabaya dengan tarif sekitar Rp.12.000,00 hingga ke terminal Arjosari, Malang. Kemudian dari terminal Arjosari dilanjutkan dengan menggunakan bemo hingga ke Landungsari dengan tarif sebesar Rp.1.500,00. Dan, dari Landungsari naik bus lagi jurusan Kediri atau Jombang dengan tarif sebesar Rp.2.500,00 hingga turun di patung sapi yang merupakan pintu gerbang Wanawisata Coban Rondo.
Konon, penamaan air terjun yang berada pada ketinggian sekitar 1135 meter di atas permukaan air laut ini berasal dari sebuah legenda romantis tentang sepasang pengantin baru yang bernama Dewi Anjarwati yang berasal dari Gunung Kawi dengan Raden Baron Kusuma dari Gunung Anjasmoro. Waktu itu, setelah pernikahan mereka berjalan selapan (35 hari), Dewi Anjarwati meminta suaminya untuk berkunjung ke Gunung Anjasmoro. Perjalanan ke Gunung Anjasmoro ini sebenarnya dilarang oleh orangtua Sang Dewi, namun karena pengantin baru tersebut bersikeras untuk tetap melakukan perjalanan, maka orangtuanya pun terpaksa merelakannya.
Saat berada dalam perjalanan menuju Gunung Anjasmoro, mereka bertemu dengan seorang pemuda yang bernama Joko Lelono. Melihat kecantikan Dewi Ajarwati, Joko Lelono terpikat dan langsung jatuh cinta pada pandangan pertama. Ia kemudian berusaha merebutnya dari tangan Baron Kusuma, yang tentu saja akan mempertahankan isterinya itu.
Akhirnya perkelahian pun tidak dapat terhindarkan. Namun sebelumnya, Baron Kusuma telah meminta para ponakawan (pelayan) yang menyertainya untuk menyembunyikan Dewi Anjarwati ke suatu tempat yang ada coban-nya (air terjun). Pikirnya, setelah mengalahkan Joko Lelono ia akan segera menyusul isteri beserta para punokawannya ke tempat persembunyian mereka.
Akan tetapi, ternyata dalam perkelahian itu mereka berdua mati bersama. Dewi Anjarwati pun akhirnya menjadi rondo (janda). Dan, sejak saat itu tempat persembunyian Sang Dewi beserta ponakawannya dinamakan sebagai Coban Rondo (Air Terjun Janda). Konon, batu besar yang terletak di dasar coban itu merupakan tempat Dewi Anjarwati duduk sambil menantikan sang suami yang tidak kunjung tiba.
Kondisi Coban Rondo
Coban Rondo yang merupakan bagian dari wilayah Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Perum Perhutani Malang ini mempunyai ketinggian sekitar 84 meter. Airnya berasal dari sumber di Cemoro Dudo dengan debit sekitar 150 liter per detik pada musim hujan dan 90 liter per detik di musim kemarau. Oleh karena berada di dataran tinggi (1135 meter dpl), maka udara di sekitar coban cukup sejuk, sekitar 22 derajat Celcius.
Kawasan Coban Rondo mulai dibangun untuk dijadikan sebagai wanawisata oleh pemerintah Kabupaten Malang pada sekitar tahun 1980. Selanjutnya, mengingat kegiatan pertanian baik berupa sayur mayur, buah-buahan maupun tanaman hias yang dikembangkan oleh penduduk sekitar dapat dijadikan sebagai usaha produktif dan komersial, maka kawasan Coban Rondo juga ditetapkan sebagai agrowisata dan agroekowisata.
Sebagai catatan, di areal wanawisata ini juga terdapat Goa Saru dan Tapan yang letaknya berada di sebelah kanan-kiri air terjun. Selain itu, di atas Coban Rondo pada ketinggian sekitar 1.300 meter dpl terdapat sebuah coban lagi yang dinamakan Coban Manten yang berupa dua buah air terjun setinggi 85 meter yang berdiri sejajar layaknya sepasang pengantin. Namun, air terjun ini biasanya hanya dikunjungi oleh para pendaki gunung karena jalannya sulit, menanjak dan melewati semak belukar.
Fasilitas
Fasilitas penunjang obyek wisata Coban Rondo tergolong lengkap. Misalnya, jalan menuju lokasi coban mulai dari pintu gerbang hingga ke areal parkir sudah beraspal, sehingga memudahkan wisatawan apabila ingin berkunjung. Di sepanjang jalan yang membentang di atas punggung bukit itu pengunjung dapat menikmati rindangnya pepohonan atau indahnya pemandangan ke arah lembah dan ngarai yang ada di bawahnya, termasuk perkampungan penduduk di wilayah Batu.
Bagi pengunjung yang ingin berkemah sambil menikmati belaian alam raya yang menenteramkan, tidak jauh dari air terjun terdapat sebuah area terbuka yang diperuntukkan bagi bumi perkemahan. Sementara, bagi pengunjung yang membawa buah hatinya, di kawasan wanawisata Coban Rondo juga terdapat taman bermain anak dan kebun binatang mini yang dapat dijadikan sebagai sarana alternatif lain di samping air terjun.
Selain berbagai fasilitas di atas, masih ada berbagai fasilitas penunjang lainnya yang membuat kawasan wisata Coban Rondo banyak dikunjungi para wisatawan. Fasilitas-fasilitas tersebut diantaranya adalah: lapangan parkir yang cukup luas, kios-kios penjual cinderamata, warung-warung makan, penginapan, mushola, dan lain sebagainya. Sebagai catatan, untuk dapat memasuki kawasan obyek wisata Coban Rondo pihak pengelola mematok harga tiket bagi pengunjung sebesar Rp.2.900,00 per orang dan bagi yang membawa kendaraan dikenakan biaya parkir sebesar Rp.1.000,00 per kendaraan. (pepeng)
Foto: http://ngebolang.wordpress.com/2009/07/09/malang-kota-bunga-kota-pelajar-list-tempat-wisata/
Konon, penamaan air terjun yang berada pada ketinggian sekitar 1135 meter di atas permukaan air laut ini berasal dari sebuah legenda romantis tentang sepasang pengantin baru yang bernama Dewi Anjarwati yang berasal dari Gunung Kawi dengan Raden Baron Kusuma dari Gunung Anjasmoro. Waktu itu, setelah pernikahan mereka berjalan selapan (35 hari), Dewi Anjarwati meminta suaminya untuk berkunjung ke Gunung Anjasmoro. Perjalanan ke Gunung Anjasmoro ini sebenarnya dilarang oleh orangtua Sang Dewi, namun karena pengantin baru tersebut bersikeras untuk tetap melakukan perjalanan, maka orangtuanya pun terpaksa merelakannya.
Saat berada dalam perjalanan menuju Gunung Anjasmoro, mereka bertemu dengan seorang pemuda yang bernama Joko Lelono. Melihat kecantikan Dewi Ajarwati, Joko Lelono terpikat dan langsung jatuh cinta pada pandangan pertama. Ia kemudian berusaha merebutnya dari tangan Baron Kusuma, yang tentu saja akan mempertahankan isterinya itu.
Akhirnya perkelahian pun tidak dapat terhindarkan. Namun sebelumnya, Baron Kusuma telah meminta para ponakawan (pelayan) yang menyertainya untuk menyembunyikan Dewi Anjarwati ke suatu tempat yang ada coban-nya (air terjun). Pikirnya, setelah mengalahkan Joko Lelono ia akan segera menyusul isteri beserta para punokawannya ke tempat persembunyian mereka.
Akan tetapi, ternyata dalam perkelahian itu mereka berdua mati bersama. Dewi Anjarwati pun akhirnya menjadi rondo (janda). Dan, sejak saat itu tempat persembunyian Sang Dewi beserta ponakawannya dinamakan sebagai Coban Rondo (Air Terjun Janda). Konon, batu besar yang terletak di dasar coban itu merupakan tempat Dewi Anjarwati duduk sambil menantikan sang suami yang tidak kunjung tiba.
Kondisi Coban Rondo
Coban Rondo yang merupakan bagian dari wilayah Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Perum Perhutani Malang ini mempunyai ketinggian sekitar 84 meter. Airnya berasal dari sumber di Cemoro Dudo dengan debit sekitar 150 liter per detik pada musim hujan dan 90 liter per detik di musim kemarau. Oleh karena berada di dataran tinggi (1135 meter dpl), maka udara di sekitar coban cukup sejuk, sekitar 22 derajat Celcius.
Kawasan Coban Rondo mulai dibangun untuk dijadikan sebagai wanawisata oleh pemerintah Kabupaten Malang pada sekitar tahun 1980. Selanjutnya, mengingat kegiatan pertanian baik berupa sayur mayur, buah-buahan maupun tanaman hias yang dikembangkan oleh penduduk sekitar dapat dijadikan sebagai usaha produktif dan komersial, maka kawasan Coban Rondo juga ditetapkan sebagai agrowisata dan agroekowisata.
Sebagai catatan, di areal wanawisata ini juga terdapat Goa Saru dan Tapan yang letaknya berada di sebelah kanan-kiri air terjun. Selain itu, di atas Coban Rondo pada ketinggian sekitar 1.300 meter dpl terdapat sebuah coban lagi yang dinamakan Coban Manten yang berupa dua buah air terjun setinggi 85 meter yang berdiri sejajar layaknya sepasang pengantin. Namun, air terjun ini biasanya hanya dikunjungi oleh para pendaki gunung karena jalannya sulit, menanjak dan melewati semak belukar.
Fasilitas
Fasilitas penunjang obyek wisata Coban Rondo tergolong lengkap. Misalnya, jalan menuju lokasi coban mulai dari pintu gerbang hingga ke areal parkir sudah beraspal, sehingga memudahkan wisatawan apabila ingin berkunjung. Di sepanjang jalan yang membentang di atas punggung bukit itu pengunjung dapat menikmati rindangnya pepohonan atau indahnya pemandangan ke arah lembah dan ngarai yang ada di bawahnya, termasuk perkampungan penduduk di wilayah Batu.
Bagi pengunjung yang ingin berkemah sambil menikmati belaian alam raya yang menenteramkan, tidak jauh dari air terjun terdapat sebuah area terbuka yang diperuntukkan bagi bumi perkemahan. Sementara, bagi pengunjung yang membawa buah hatinya, di kawasan wanawisata Coban Rondo juga terdapat taman bermain anak dan kebun binatang mini yang dapat dijadikan sebagai sarana alternatif lain di samping air terjun.
Selain berbagai fasilitas di atas, masih ada berbagai fasilitas penunjang lainnya yang membuat kawasan wisata Coban Rondo banyak dikunjungi para wisatawan. Fasilitas-fasilitas tersebut diantaranya adalah: lapangan parkir yang cukup luas, kios-kios penjual cinderamata, warung-warung makan, penginapan, mushola, dan lain sebagainya. Sebagai catatan, untuk dapat memasuki kawasan obyek wisata Coban Rondo pihak pengelola mematok harga tiket bagi pengunjung sebesar Rp.2.900,00 per orang dan bagi yang membawa kendaraan dikenakan biaya parkir sebesar Rp.1.000,00 per kendaraan. (pepeng)
Foto: http://ngebolang.wordpress.com/2009/07/09/malang-kota-bunga-kota-pelajar-list-tempat-wisata/