Pengantar
Kabupaten Klungkung merupakan kabupaten yang paling kecil dari 8 kabupaten yang ada di Provinsi Bali. Kabupaten yang terletak diantara 115 derajat 21’28” – 115 derajat 37’43” Bujur Timur dan 8 derajat 27’37” – 8 derajat 49’00” Lintang Selatan ini sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Hindia, sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Bangli, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Karangasen, dan di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Gianyar. Secara fisik luas wilayahnya sekitar 315 km2. Dari luas itu sepertiganya (112,16 Km2) terletak di daratan Pulau Bali dan sisanya (202, 84 km2) berada di Pulau Nusa Penida, Nusa Lembongan dan Nusa Ceningan. Sedangkan, secara administratif, Kabupaten Klungkung terbagi menjadi 4 kecamatan, 59 desa/keluarahan dan 241 dusun. Selain desa/kelurahan, di kabupaten ini terdapat juga 87 desa adat dan 391 banjar desa.
Di kabupaten Klungkung terdapat sekitar 18 obyek wisata, baik wisata: alam, sejarah, maupun budaya. Salah satu di antara sekian banyak objek wisata tersebut adalah Desa Kamasan yang berada di Kecamatan Klungkung. Dari Kota Denpasar jaraknya sekitar 43 km ke arah barat. Desa tersebut dijadikan sebagai daerah objek wisata oleh Kabupaten Klungkung karena daerah ini merupakan pusat kerajinan lukisan maupun ukiran tradisional yang mempunyai gaya (style) tersendiri yang disebut gaya Kamasan yang didominasi oleh karakter-karakter tokoh wayang dalam epos Mahabarata, Ramayana, Kekawin Arjuna dan Suthasoma. Gaya Kamasan ini, menurut kesan para kolektor internasional, masih sangat halus, bersih, tidak banyak detail yang tidak penting dan sangat jelas pesan ceritanya. Lukisan dan ukiran yang bertema tokoh-tokoh pewayangan itulah yang membawa daya tarik tersendiri bagi para wisatawan yang berkunjung ke Desa Kamasan.
Asal Usul
Konon, komunitas para perajin di Desa Kamasan sudah ada sejak masa neolitikum (+ 2000 SM). Hal ini dibuktikan dengan adanya data temuan arkeologis pada tahun 1976 dan 1977 di Desa Kamasan, Gelgel dan Tojan yang berupa tahta-tahta batu, arca menhir, palungan batu, monolit yang berbentuk silinder, batu dakon, dan lorong-lorong jalan yang dilapisi batu kali.
Tradisi dari zaman neolitik ini oleh para pande di Kamasan semakin ditingkatkan lagi pada masa Raja Ida Dalem memerintah di Kerajaan Gelgel (1380-1651). Produk seni ukir logam emas atau perak para pande ini yang berwujud bokor, dulang dan lain sebagainya dijadikan sebagai barang-barang perhiasan Keraton Suweca Linggaarsa Pura Gelgel. Pada waktu itu, selain seni ukir, berkembang pula seni lukis wayang dan hiasan di atas kain berupa bendera (kober, umbul-umbul, lelontek), kain hiasan (ider-ider dan parba) yang digunakan sebagai pelengkap dekorasi untuk tempat-tempat suci (pura) dan bangunan keraton.
Pada saat Dalem Waturenggong berkuasa di Kerajaan Gelgel, di daerah Kamasan, terutama di Banjar Sangging dan Banjar Pande Mas menjadi pusat kerajinan ukiran dan lukisan di Klungkung. Kedua banjar ini dapat dikatakan menjadi Banjar Gilda karena seluruh penduduknya berprofesi sebagai perajin dan bekerja atau mengabdi kepada raja. Kedua banjar di Desa Kamasan ini tetap dipertahankan sebagai Banjar Gilda walaupun Kerajaan Gelgel pada tahun 1686 dipindahkan oleh Dewa Agung Jambe ke Klungkung.
Perkembangan Saat Ini
Walaupun Klungkung telah berubah menjadi salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Bali dan Banjar Sangging maupun Banjar Pande Mas bukan lagi Banjar Gilda dari raja Klungkung, para seniman dan perajin di Desa Kamasan masih tetap menghasilkan lukisan dan ukiran gaya Kamasan. Bahkan, saat ini produk yang dihasilkan pun semakin beragam, tidak hanya terbatas pada ukiran emas dan perak tetapi muncul pula seni ukir yang berbahan tembaga, kuningan dan selongsong peluru.
Sejalan dengan berkembangnya sektor pariwisata di Bali, produk seni lukis dan ukiran khas Kamasan ini banyak diminati oleh para wisatawan lokal maupun asing. Dan, untuk memasarkan hasil karyanya ini, para seniman di Kamasan tidak hanya membuka galeri seni di desanya, melainkan juga memasarkannya ke toko-toko souvenir dan seni di Klungkung, pasar seni Gianyar dan hotel-hotel yang ada di daerah Denpasar.
Sumber:
http://www.geocities.com