Legenda Batu Kuda

Batu Kuda adalah nama sebuah obyek wisata yang berada di puncak Gunung Manglayang, Kabupaten Bandung. Pemberian nama itu ada kaitannya dengan batu yang bentuknya menyerupai seekor kuda. Kuncen yang bertugas di tempat itu mengatakan bahwa batu yang menyerupai kuda itu adalah kuda yang ditunggangi oleh Prabu Layang Kusuma beserta permaisurinya (Prabu Layang Sari). Menurut penuturannya, konon di zaman dahulu ada seorang raja dari salah satu kerajaan di Jawa Barat. Namanya Prabu Layang Kusuma. Suatu hari Sang Prabu bersama permaisurinya (Prabu Layang Sari), dengan berkuda, lewat Gunung Manglayang. Namun, ketika sampai di puncak tiba-tiba kuda yang ditungganginya terperosok ke dalam lumpur. Begitu dalamnya kuda itu terperosok hingga hanya separuh badannya yang kelihatan. Secara tiba-tiba pula kuda itu berubah menjadi batu. Oleh karena kuda yang ditunggangi menjadi batu, mau tidak mau Sang Prabu beserta Sang Permaisuri dan para pengawalnya menghentikan perjalanannya. Kemudian, Sang Prabu melihat-lihat keadaan sekelilingnya. Hasilnya adalah bahwa tempat itu sangat cocok untuk bertapa. Sehubungan dengan itu, Sang Prabu memutuskan untuk mendirikan tempat peristirahatan yang letaknya tidak jauh dari tempat perpelosoknya kuda. Di tempat peristirahatan itulah Sang Prabu bertapa dan tidak meneruskan perjalanannya hingga akhir hayatnya. Demikian juga Sang Permaisuri dan para pengawalnya.

Keadaan alam yang indah, nyaman, dan berhawa sejuk ditambah legenda yang ada, pada gilirannya membuat daerah di sekitar Batu Kuda (sesungguhnya tidak hanya semata karena ada Batu Kuda melainkan juga ada batu berbentuk gunung yang diberi nama Batu Gunung yang tingginya mencapai 15 meter) dan makam Sang Raja, banyak dikunjungi orang dengan tujuan yang berbeda-beda. Ada yang hanya sekedar menikmati keindahan alamnya yang penuh dengan pohon cemara; ada yang hanya berziarah; dan ada pula yang berziarah sambil menikmati keindahan alam. Para pengunjung yang tujuannya hanya sekedar rekreasi (menikmati keindahan alamnya) biasanya datang pada hari-hari libur (Sabtu dan Minggu). Sementara, para pengunjung yang tujuannya berziarah dan atau berziarah sambil menikmati keindahan alamnya tidak terbatas pada hari-hari libur.

Para peziarah meyakini bahwa Batu Kuda dan Batu Gunung yang mencengangkan serta makam Sang Raja berkeramat, sehingga mempunyai kekuatan gaib. Oleh karena itu, dibalik berziarah punya keinginan-keinginan tertentu, seperti ingin cepat memperoleh jodoh, usaha lancar, dan naik pangkat (memperoleh jabatan). Untuk itu, sebelumnya mereka mesti berhubungan dengan Sang Kuncen karena ada pantangan-pantangan yang harus diperhatikan. Malahan, seringkali para peziarah minta bantuan atau memanfaatkan jasa Sang Kuncen untuk mencapai apa yang diinginkan karena Sang Kuncen sangat menguasai prosesi upacara perziarahan beserta perlengkapannya. Jadi, para peziarah mesti menyediakan sesaji yang berupa: telor, gula, kopi, rujak asem, rujak kelapa, cerutu, kelapa muda, sirih, gambir, dan kapur pinangan. Selain itu, uang (bergantung kemampuan dan keihklasan peziarah) sebagai tanda terima kasih. Berkenaan dengan ziarah ini ada pantangan-pantangan yang mesti dipatuhi, yakni: (1) Dilarang berziarah pada Senin dan Kamis; (2) Tidak boleh berbuat sembarangan seperti: menaiki, mencoret-coret, memotret Batu Kuda, Batu Gunung, dan pemakaman; dan (3) Tidak boleh berbicara sembarangan di sekitar areal Batu Kuda. Pantangan-pantangan itu jika dilanggar dapat menyebabkan si pelanggar mengalami sesuatu yang tidak diinginkan (musibah).

Perilaku nyekar ke makam yang dianggap keramat yang ada Desa Cibiru Wetan terletak di sekitar hutan lindung yang juga merupakan sebuah objek wisata yang bernama "Batu Kuda". (gufron)
Cara Pasang Tali Layangan agar Manteng di Udara
Topeng Monyet
Pijat Susu

Archive