Cikaputrian

(Cerita Rakyat Daerah Banten)

Alkisah, hidup seorang putri raja yang memiliki paras cantik rupawan. Sayangnya, di balik kecantikan yang luar biasa tersebut tersimpan perangai yang bertolak belakang. Dia dikenal sebagai seorang pemalas yang setiap hari hanya berhias serta mengagumi kecantikannya sendiri. Akibatnya dia menjadi sombong dan merasa sebagai perempuan sempurna di seantero jagat. Dan, karena berstatus sebagai seorang putri raja, segala permintaan harus selalu dituruti. Apabila tidak, maka akan merajuk dan marah-marah.

Sifat terakhir inilah yang membuat Sang raja terpaksa membangun sebuah puri indah dan megah di kaki sebuah gunung atas permintaan putrinya. Puri yang berada di tepian danau itu dilengkapi dengan sebuah taman bunga yang cukup luas dan asri. Sang putri sering memanfaatkan danau untuk mandi dan berkaca mengagumi diri sendiri. Dia tidak memperkenankan siapa pun memanfaatkan danau tanpa seizinnya.

Hal ini terjadi ketika suatu hari ada seorang perempuan tua datang ke danau. Melihat danau “miliknya” didatangi orang asing berpakaian lusuh layaknya seorang pengemis tentu saja dia menjadi murka. Sambil menyombongkan diri dan bertolak pinggang dia menghardik sang perempuan tua agar segera meninggalkan danau.

Hardikan Sang putri rupanya tidak dihiraukan oleh perempuan tua itu. Dia hanya berdiri mematung sambil menatapnya dengan muka bingung sekaligus heran. Hal ini tentu saja membuat Sang putri bertambah marah. Segala sumpah serapah pun mulai keluar dari mulutnya hingga sang perempuan tua menjadi risih. Dia lalu berkata bahwa tidak sepantasnya seorang putri raja berkata demikian. Hanya ular hitam berbisalah yang biasanya bermulut seperti itu.

Sejurus setelahnya, entah mengapa, langit tiba-tiba menjadi gelap oleh gumpalan awan hitam yang disusul kilat menyambar-nyambar. Seiring sambaran kilat, secara ajaib tubuh Sang putri menjelma menjadi seekor ular hitam berbisa. Rupanya dia telah terkena kutukan dari Sang perempuan tua akibat ulahnya sendiri.

Sang putri hanya bisa mendesis seolah meminta maaf atas perlakuan buruknya pada Sang perempuan tua. Namun, nasi telah menjadi bubur. Dia tidak dapat kembali lagi ke wujud semula. Dia lalu pergi ke area danau yang sunyi untuk bersembunyi karena malu telah menjadi seekor ular. Dan, sejak saat itu masyarakat setempat menamai danau sebagai Cikaputrian yang berarti tempat Sang putri mandi.

Diceritakan kembali oleh Gufron
Cara Pasang Tali Layangan agar Manteng di Udara
Topeng Monyet
Pijat Susu

Archive