Magawa, Tikus Ajaib Pendeteksi Ranjau Darat

Tikus dikategorikan sebagai hewan pengerat yang berasal dari ordo Rodentia. Adapun jenisnya paling sedikit ada enam, yaitu: mencit (Mus sp.), tikus got (Rattur norvegicus), tikus rumah (Rattus rattus), tikus wirok (Bandicota sp.), Celurut (sherw), dan tikus sawah (Rattur argentiventer).

Hewan ini hampir ditemukan di seluruh belahan dunia, kecuali Antartika dan pulau-pulau kecil di tengah samudera. Ia dapat hidup di dalam tanah (fossorial), pepohonan (arboreal), semiakuatik, dan di atas tanah. Adapun makanannya mulai dari cacing tanah, jamur, serangga air, invertebrata kecil, tanaman dan lain sebagainya. Bervariasi jenis makanan inilah yang membuat tikus dianggap sebagai hama merugikan sehingga banyak cara dilakukan untuk mengendalikan jumlah populasinya.

Namun, ada seekor tikus yang dapat mendobrak stigma itu (sebagai hama). Dia bernama Magawa, seekor tikus Afrika raksasa berkantung. Lahir di Universitas Pertanian Sokoine Tanzania pada November 2013 melalui pengawasan APOPO (organisasi nirlaba asal Belgia), Magawa kemudian dilatih menemukan bahan peledak menggunakan indra penciumannya.

Setelah dianggap cakap, tiga tahun kemudian dia dibawa ke Siem Reap, Kamboja, guna menjadi pendeteksi aroma bahan kimia peledak yang terdapat pada ranjau darat. Magawa dianggap cocok membersihkan ranjau darat karena ukuran tubuhnya memungkinkan berjalan melintasi ladang ranjau tanpa memicu bahan peledak. Selain itu, cara kerjanya juga lebih cepat daripada manusia.

Walau hanya mendapat upah berupa pisang atau kacang, selama lima tahun bertugas dia telah berhasil menyisir lahan seluas 141.000 meter persegi dan menemukan sejumlah 71 buah ranjau darat serta 38 buah persenjataan yang belum meledak. Keberhasilan menemukan bahan peledak itu membuatnya memenangkan medali emas dari badan amal veteriner Inggris, People’s Dispensary for Sick Animals 2020, sebuah penghargaan sipil tertinggi badan amal Inggris untuk keberanian hewan.

Satu tahun setelah menang medali Magawa pensiun pada Juni 2021 karena kinerjanya mulai melambat dimakan usia. Selanjutnya, hari-hari diisi dengan tidur dan bermain kotak pasir serta roda lari. Begitu seterusnya hingga sekitar seminggu sebelum kematian Magawa mulai menunjukkan minat yang berkurang terhadap makanan. Magawa pun akhirnya mati pada usia delapan tahun. Sebuah kematian yang tidak sia-sia karena berkatnya rakyat Kamboja dapat hidup, bekerja, dan bermain tanpa takut kehilangan nyawa atau anggota tubuh.

Foto: https://www.kompas.com/global/read/2022/01/12/140000470/magawa-tikus-pahlawan-kamboja-mati-nyawa-yang-terselamatkan-jadi-warisan?page=all
Cara Pasang Tali Layangan agar Manteng di Udara
Topeng Monyet
Pocong Gemoy

Archive