Jajangkungan

Jajangkungan adalah istilah orang Sunda untuk menyebut sebuah permainan keseimbangan menggunakan bambu sebagai penyangga tubuh. Di sejumlah daerah di Indonesia permainan ini dikenal dengan nama Egrang. Istilah jajangkungan sendiri konon berasal dari kata “jangkung” yang berarti “tinggi”. Jadi, apabila sedang beraksi, pemain akan menjadi tinggi dengan bambu sebagai pijakannya. Dari mana permainan ini berasal sudah tidak diketahui lagi karena penyebarannya hampir merata di seluruh Indonesia, terutama di daerah-daerah yang masih memiliki banyak pepohonan bambu.

Pemain
Permainan jajangkungan dapat dilakukan oleh laki-laki maupun perempuan dari kanak-kanak hingga orang dewasa. Jumlah pemainnya bergantung dari jumlah bambu yang tersedia. Seorang pemain menggunakan dua bilah bambu sebagai pengganti kaki ketika berjalan.

Tempat Permainan
Jajangkungan tidak membutuhkan tempat (lapangan) khusus. Ia dapat dimainkan di mana saja, asalkan di tanah. Jadi, dapat di tanah lapang, halaman rumah, atau di jalanan sepi. Bentuknya memanjang karena selama permainan berlangsung akan digunakan sebagai arena berlari.

Peralatan Permainan
Peralatan yang digunakan dalam permainan adalah sepasang bambu yang dibuat sedemikian rupa agar dapat dinaiki. Adapun bambu yang biasa dipakai berjenis tali, hejo, atau hideung. Pemilihan ketiga jenis bambu ini sebagai bahan baku karena dianggap cepat kering, tidak mudah retak, dan tidak merekah ketika disambungkan.

Setelah bambu dipilih dan dikeringkan, tahap selanjutnya adalah memotongnya menjadi dua bagian masing-masing sepanjang 2,5-3 meter atau lebih dengan diameter seukuran pegangan tangan. Terakhir, pada bagian bawah bambu (sekitar 30-60 centimeter dari pangkal) dilubangi untuk memasang ruas bambu lain sebagai pijakan kaki. Panjang bambu pijakan disesuaikan dengan ukuran kaki penggunanya.

Aturan Permainan
Ada beberapa macam aturan dalam jajangkungan, bergantung dari kesepakatan para pemainnya. Aturan yang paling umum adalah adu kecepatan dari titik A munuju titik B. Pemain yang pertama mencapai titik B (garis finish) dinyatakan sebagai pemenang. Aturan lainnya adalah ketahanan di atas jajangkungan dengan saling adu kekuatan. Pemain yang dapat menjatuhkan lawannya dinyatakan sebagai pemenang.

Jalannya Permainan
Apabila jajangkungan bersifat adu kecepatan, maka para pemain akan berdiri di garis start sambil memegang bambu. Setelah diberi aba-aba barulah mereka menaiki bambu dan berlari secepatnya menuju garis finish. Pemenangnya adalah pemain yang pertama menyentuh garis finish. Sedangkan apabila bersifat adu ketangkasan, pemain akan saling menjatuhkan dengan mengadukan bambu yang dinaiki hingga salah seorang terjatuh. Pemain yang tetap berdiri di atas bambu dianggap sebagai pemenang. Begitu seterusnya hingga seluruhnya mendapat giliran bermain. Permainan akan berakhir bila mereka lelah atau hari telah petang.

Nilai Budaya
Permainan jajangkungan jika dicermati secara mendalam mengandung nilai-nilai yang pada gilirannya dapat dijadikan sebagai acuan dalam kehidupan bermasyarakat. Nilai-nilai itu adalah: kerja keras, keberanian, kerja sama, persaingan, kecermatan, ketekunan, ketelitian, ketertiban, dan sportivitas.

Nilai kerja keras tercermin dalam usaha seseorang agar dapat berdiri seimbang di atas dua bilah bambu. Tanpa kerja keras dalam berlatih, seseorang tidak akan mungkin berdiri di atas bambu sambil menunjukkan kehebatan berlari tanpa terjatuh.

Nilai keberanian tercermin dari para pemain yang harus memiliki keberanian berdiri dan berjalan gunakan dua bilah gambu. Keberanian sangat diperlukan sebab tidak mustahil seseorang akan terjatuh ketika sedang bermain jajangkungan. Keberanian juga diperlukan ketika seseorang ingin tampil dengan jajangkungan yang lebih tinggi (di atas rata-rata).

Nilai kerja sama tercermin dalam proses permainan itu sendiri. Walau hanya sekadar permainan, jajangkungan adalah suatu kegiatan yang melibatkan berbagai pihak, seperti pemain, wasit, dan penonton. Pihak-pihak itu satu dengan lainnya saling bekerja sama sesuai dengan kedudukan dan peranan masing-masing agar permainan terselenggara dengan baik.

Nilai persaingan tercermin dalam arena jajangkungan. Para pemain berusaha sedemikian rupa agar dapat mendahului lawan mencapai garis finish (bila adu kecepatan) atau berusaha sekuat mungkin menendang jajangkungan lawan agar terjatuh (bila adu kekuatan). Atau dengan kata lain, setiap pemain akan berusaha saling mengalahkan dalam persaingan yang sehat.

Nilai ketertiban juga tercermin dalam proses jajangkungan itu sendiri. Olahraga atau permainan apa saja, termasuk jajangkungan, perlu sebuah ketertiban. Ketertiban tidak hanya ditunjukkan oleh para peserta yang dengan sabar menunggu giliran, tetapi juga penonton yang mematuhi peraturan-peraturan sehingga tidak mengganggu jalannya permainan.

Nilai ketekunan dan ketelitian tercermin dalam proses pembuatan jajangkungan. Untuk membuat alat permainan ini diperlukan ketelitian dalam hal pemilihan serta aturan pemotongan bambu. Sedangkan ketekunan tercermin dari proses pembuatannya yang memerlukan waktu. Apabila pembuat tidak tekun, niscaya jajangkungan yang dibuat tidak sesuai dengan yang diharapkan

Nilai kecermatan tercermin dari perlunya perhitungan yang pas agar berlari dengan cepat atau menendang jajangkungan lawan agar terjatuh tanpa kehilangan keseimbangan sendiri. Dan, nilai sportivitas tercermin tidak hanya dari sikap para pemain yang tidak berbuat curang saat berlangsungnya permainan, tetapi juga mau menerima kekalahan dengan lapang dada. (Gufron)

Foto: https://www.suarasurabaya.net/kelanakota/2015/Keseimbangan-Hidup-dalam-Permainan-Egrang/
Cara Pasang Tali Layangan agar Manteng di Udara
Topeng Monyet
Pocong Gemoy

Archive