Dupplang adalah tarian tradisional Madura yang unik dan langka karena telah jarang dipentaskan. Tarian ini menggambarkan kehidupan dari seorang perempuan desa. Konon, dupplang diciptakan oleh seorang penari keraton bernama Nyi Raisa. Generasi terakhir yang menguasai tarian ini adalah Nyi Suratmi. Selanjutnya, tarian ini jarang dipentaskan sejak adanya pergantian sistem pemerintahan (peralihan dari sistem raja ke bupati).
Tarian dupplang dibawakan oleh seorang penari perempuan. Busana yang dikenakan bergantung di mana pertunjukkan itu digelar. Jika di lingkungan keraton, biasanya berbusana adat legha. Sedangkan, jika di kalangan masyarakat biasa, busana yang digunakan adalah kain panjang dan kebaya. Adapun durasi pertunjukkannya sekitar 1-2 jam. Tarian dupplang menggambarkan proses bercocok tanak sejenis umbi-umbian yang dilakukan oleh seorang perempuan, mulai dari penanaman, pemupukan, pemanenan, penjemuran, sampai pemasakan (memasaknya). Tarian ini sering dipentaskan untuk menyambut tamu, memeriahkan acara perkawinan, selamatan desa atau sedekah laut. Pementasannya tidak memerlukan panggung, tetapi halaman yang luas. Gerakan-gerakannya cukup rumit dan membutuhkan stamina yang tinggi. Oleh karena tingkat kesulitannya relatif tinggi, maka banyak penari yang segan mempelajarinya, sehingga tarian dupplang semakin dilupakan orang dan akhirnya tidak dikenal lagi oleh generasi berikutnya.