Guntur Elmogas

Situn, begitu istilah orang Bekasi bagi salah satu bentuk sastra lisan gabungan antara puiSI dan panTUN. Situn merupakan puisi yang dibuat dalam konsep pantun, namun tidak memiliki sampiran alias seluruhnya berupa isi (pingpoint.co.id). Adapun orang yang mempopulerkannya tiada lain adalah Mohamad Guntur. Pria yang lahir di Bekasi pada 8 Maret 1954 ini dikenal juga dengan nama Guntur Elmogas atau Kong Guntur Elmogas. Penambahan nama Elmogas di belakang nama aslinya menurut Winata (2017) hanya sebagai “pemanis” agar terdengar lebih keren dan macho.

Apabila sedang pentas, situn-situn ciptaan Kong Guntur dilantunkan dalam bentuk nyanyian sambil mengenakan pakaian khas Bekasi. Isi situnnya bersifat jenaka, aktual, kekinian, spontan, dan lain sebagainya yang dapat membuat orang seperti terhipnotis sekaligus terhibur bila mendengarnya. Baginya situn haruslah seperti itu (menghibur). Dia merasa gagal apabila yang mendengar atau membaca tidak terhibur.

Kong Guntur mulai berkarya lewat situn sekitar tahun 2005. Sejak itu, dalam sehari dia bisa membuat situn antara lima hingga sepuluh buah. Oleh karena itu, tidak mengherankan bila saat ini jumlah situn yang telah dibuatnya mencapai sekitar 164.000 buah. Seluruhnya dibuat berdasarkan tema-tema kehidupan sehari-hari yang luwes dan tidak terbatas hanya pada Bekasi dan permasalahannya saja, mulai dari nasihat orangtua pada anak-anaknya hingga pemilihan kepala daerah.

Sebagian dari situn tadi telah dibukukan menjadi enam buah jilid dengan tebal masing-masing hingga 300-an halaman. Selain itu, juga telah dipentaskan dalam bentuk pentas tunggal maupun berkelompok dengan Group El Borus (Bocah gampang DiuRUS) yang beranggotakan 8-10 orang pemegang peralatan musik, seperti jimbe, ukulele, dan lain sebagainya. Mereka manggung di mana saja, mulai dari sekolah, gedung pemerintahan, pusat perbelanjaan, hingga ke pinggir kali dalam acara hajatan (sunatan, perkawinan dan lain sebagainya) (Suyitno, 2017)

Bahkan untuk salah satu pentas tunggalnya, Kong Guntur yang saat ini telah menjadi salah satu “ikon” Bekasi, pernah mendapat penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai pelantun terlama dalam pembacaan situn selama 8 jam 8 menit. Penghargaan diberikan oleh pengurus MURI, Yusuf Ngadri, pada pada hari Rabu 21 Agustus 2013 pukul 23.05 WIB setelah Kong Guntur menyelesaikan pembacaan situnnya.

Dengan keberhasilannya meraih rekor MURI ini Kong Guntur berharap akan semakin banyak generasi muda menekuni bidang kebudayaan, khususnya puisi-pantun. Sebab, anak-anak muda Bekasi sekarangkurang punya perhatian pada seni dan bahasa lokal. Mereka lebih suka menggali bahasa dan seni dari budaya lain.

Sumber:
“Aktivitas Budaya Menelisik Sastra Khas Bekasi”, diakses dari https://pingpoint.co.id/berita/akti vis-budaya-menelisik-sastra-khas-bekasi/, tanggal 18 Agustus 2019.

Winata, Gitafee. 2017. “Mari Lestarikan Situn dan Ikut Jejak Kong Guntur Elmogas”, diakses dari https://www.kompasiana.com/reragitaa12/58688d6e1fafbd361ca0876e/mari-lestarikan-situn -dan-ikut-jejak-kong-guntur-elmogas, tanggal 19 Agustus 2019.

Suyitno. PS. 2017. “Kong Guntur Elmogas, Menyapa Indonesia dari Bekasi”, diakses dari http:// indikatornews.com/kong-guntur-elmogas-menyapa-indonesia-dari-bekasi/, tanggal 19 Agustus 2019.
Cara Pasang Tali Layangan agar Manteng di Udara
Topeng Monyet
Keraton Surosowan

Archive