Deden S Cahyana

Bakat seni pada seseorang umumnya muncul sejak dini. Bakat seni inilah yang juga muncul pada sosok Deden S Cahyana, pengagas sanggar seni Duta Pasundan. semenjak berumur sekitar enam tahun Deden yang lahir di Cianjur tahun 1965 telah memiliki cita-cita untuk mengarungi dunia seni sebagai bekal hidup. Waktu itu dia sudah menjadi pemain calung pada sebuah group di desanya di Kabupaten Cianjur Selatan.

Saat duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama Deden mulai membuktikan bakat dengan berkali-kali mewakili daerahnya mengikuti lomba seni/pasanggiri Anggana Sekar, Pupuh, Tari, Degung, Ngadongeng/Carita Sunda baik tingkat kabupaten maupun Provinsi Jawa Barat. Prestasi-prestasi lain juga diukirnya ketika duduk di bangku sekolah menengah atas SMKI hingga tahun 1984.

Lulus SMKI Deden hijrah ke Kota Bekasi untuk menjadi relawan di beberapa sekolah. Selama satu tahun (1984-1985) Deden mengadakan beberapa eksperimen di berbagai sekolah dengan tujuan agar kesenian Sunda lebih dihargai dan mendapat apresiasi dari masyarakat luas. Tahun berikutnya, dengan membawa misi menciptakan peluang melalui kendang, Deden keliling di hampir 40 buah sekolah di Kabupaten Bekasi dalam bentuk pertunjukan seni degung, calung, dan tari. Namun, misi ini kurang berhasil karena hanya beberapa sekolah saja yang mau memberi ruang.

Seiring berjalannya waktu, dengan usaha yang pantang menyerah tentunya, Deden akhirnya berhasil menumbuhkan apresiasi terhadap pelestarian seni budaya Sunda di Bekasi. Berkat dukungan pemerintah setempat melalui bantuan sarana berupa alat musik gamelan, mulai banyak sekolah yang minta dibantu dalam hal pembinaan kesenian tradisional. Deden pun kemudian terjun sebagai tenaga honorer bidang pendidikan kesenian/pembinaan kesenian tradisional. Selain itu, dia juga aktif dalam sejumlah organisasi seni budaya, di antaranya: (1) pengurus DKB (Dewan Kesenian Bekasi); (2) Sekretaris IKASENTRA (Ikatan Seniman Tradisional Bekasi); (3) Litbang HARPI Melati Bekasi; (4) Ketua tim Rampak Kendang Pesona Patriot Bekasi; (5) Ketua Divisi Seni Budaya Islam Al-Azhar Bekasi; (6) Ketua Duta Suara Pelajar MB Bekasi; (7) Ketua Sanggar Duta Pasundan Bekasi; dan (8) Ketua Duta Karya Seni Budaya (DKSB).

DKSB sendiri adalah sebuah sanggar seni yang bergerak dibidang pembinaan dan pelestarian seni budaya. Sanggar yang berdiri sejak tahun 1999 ini sekarang sudah beranggotakan sekitar 150 orang anak yang berdomisili di sekitar Bantargebang. Sementara Sanggar Duta Pasundan yang berada di Jalan Cipta Karya Raya Blok J, Kecamatan Bantargebang didirikan sekitar tahun 2000 merupakan jawaban dari antusiasme masyarakat akan adanya kesenian tradisional Sunda di daerah Bekasi, khususnya gamelan degung, angklung, calung, dan kecapi suling.

Dalam perkembangan selanjutnya, Sanggar Duta Pasundan juga menjadi pusat pelatihan seni tari tradisional. Di samping itu menjadi sentra layanan pementasan seni budaya Sunda khusus untuk prosesi pernikahan. Adapun list pementasan beserta nominal harganya sebagai berikut: musik pengiring (degung Rp.6,5 juta, kecapi suling Rp.2,5 juta, celempungan Rp.3,5 juta, rampak gendang plus 4 penari Rp.3,5 juta), dan prosesi upacara adat pengantin (siraman ngaras Rp.1,5 juta, ngeuyeuk seureuh Rp.2,5 juta, mapag pengantin plus tari persembahan Rp.3,5 juta, sawer huap lingkup Rp.2,5 juta, dan pemandu adat/resepsi/akad nikah Rp.750 ribu).

Foto: http://dksbbekasi.blogspot.com/2010/03/dilahirkan-di-cianjur-pada-tahun-1965.html
Cara Pasang Tali Layangan agar Manteng di Udara
Topeng Monyet
Keraton Surosowan

Archive