(Cerita Rakyat DKI Jakarta)
Alkisah, sekitar medio tahun 1800-an di Kampung Sawah, Kramat Setiong, hidup sebuah keluarga yang terdiri dari seorang ibu dan dua anak perempuannya. Sang ibu bernama Mak Emper sedangkan anak bungsunya bernama Ariah atau biasa disapa Arie. Suami Mak Emper telah lama meninggal dunia.
Untuk memenuhi kebutuhan hidup Mak Emper dan anak pertamanya (kakak Ariah) bekerja sebagai penumbuk padi pada seorang saudagar. Sementara Ariah sendiri ditugasnya oleh Mak Emper mencari kayu bakar, sayur-mayur, dan telur ayam di hutan Ancol. Oleh karena bekerja pada sang saudagar, ketiga anak-beranak ini diperbolehkan tinggal di emperan rumahnya dalam bentuk bangunan kecil yang menempel di bagian belakang rumah.
Begitu seterusnya hingga bulan demi bulan dan tahun demi tahun berlalu. Ariah pun tumbuh besar dan menjadi seorang gadis cantik jelita. Kecantikannya membuat mata setiap lelaki tidak berkedip jika melihatnya. Begitu pula dengan mata Saudagar yang mempekerjakannya. Bahkan, merasa telah memberi budi, Sang Saudagar datang pada Mak Emper meminang Ariah.
Lamaran Sang Saudagar tentu saja membuat bingung Mak Emper. Apabila ditolak, kemungkinan besar dia dan anak-anak akan terusir dari rumah sekaligus menjadi pengangguran. Tetapi apabila diterima, dia kasihan terhadap Airah karena hanya akan dijadikan sebagai isteri muda. Hidup sebagai isteri muda tidak akan leluasa, apalagi jika tinggal berdekatan dengan isteri tua.
Mak Emper tidak langsung menjawab lamaran Sang Saudagar. Dia meminta izin menanyakan terlebih dahulu pada Ariah. Alasannya, Ariah masih terlalu kecil. Jangankan berumah tangga, menjalin hubungan dengan laki-laki pun belum terlintas di benaknya. Perlu waktu bagi Mak Emper untuk memberi penjelasan yang sangat detil agar Ariah mau menerimanya.
Setelah Sang Saudagar pulang, tidak berapa lama kemudian Ariah datang dari mencari kayu bakar di hutan. Mak Emper langsung mengikutinya ke dapur membantu menaruh kayu bakar. Selesai menata kayu bakar, tanpa berbasa basi Mak Emper mengutarakan niat Sang Saudagar. Dia bingung apa yang harus diperbuat karena merasa bergantung hidup pada Sang Saudagar. Oleh karena itu, Mak Emper menyarankan Ariah menerima pinangannya agar mereka tidak terusir dari rumah yang selama ini ditempati.
Di luar dugaan Ariah langsung mengambil sikap berkenaan dengan pinangan Sang Saudagar. Dia menolak kawin sebab kakaknya masih belum menemukan jodoh. Sang kakak yang kebetulan mendengar percakapan tersebut lalu mendatangi Ariah dan menyatakan bahwa dirinya ikhlas apabila dilangkahi. Kakak Ariah juga merasa berhutang budi pada Sang Saudagar dan memilih mementingkan kelangsungan hidup keluarga ketimbang harus terusir dari rumah menjadi gelandangan.
Tetapi, sambil menangis tersedu, Ariah berargumen bahwa hal itu oleh masyarakat dianggap tidak baik. Seandainya Sang Kakak bersedia dilangkahi, di dalam perjalanannya nanti pasti hati akan terluka bila melihat Ariah diarak dalam baju pengantin, dikerumuni banyak tamu undangan, diberi mas kawin yang berharga mahal, dan dihibur oleh berbagai macam kesenian yang salah satunya adalah orkes hermunium.
Usai berkata demikian, Ariah bergegas meninggalkan ibu dan kakaknya menuju pangkek untuk menenangkan diri. Tidak lama berselang, Mak Emper datang menghampiri lalu duduk di samping Airah. Tanpa berkata apa-apa Mak Emper mengusap ramput Airah hingga dia tertidur di pangkuannya.
Keesokan harinya, pagi-pagi sekali Ariah pergi mencari kayu bakar, sayur-sayuran, dan telur ayam hutan. Namun tidak seperti biasanya, sebelum berangkat dia mencium dengan hikmat tangan Mak Emper dan kakak perempuannya. Selanjutnya, dia memandang lama wajah mereka dan tanpa berkata-kata berlalu meninggalkan emperan rumah menuju arah utara.
Dalam perjalanan menuju hutan Ancol dia sempat lama mengamati para pekerja yang sedang membuat jalan kereta api. Sesampai di daerah Bendungan Melayu yang dekat dengan pantai Ariah menghentikan langkah. Dia beristirahat sambil menikmati bekal berupa nasi timbel buatan Mak Emper. Selesai makan, dia kembali melanjutkan perjalanan menuju hutan Ancol.
Menjelang senja dia tiba di Ancol. Tetapi ketika akan mulai mencari kayu bakar, dari balik pepohonan muncul dua sosok laki-laki berpakaian hitam-hitam. Mereka bernama Pi'un dan Sura, antek dari pemuda ganteng kaya raya namun bertabiat buruk bernama Tambahsia atau Oei Tambah Sia. Dia memiliki hobi aneh yaitu menculik dan memperkosa perempuan di bungalow miliknya yang diberi nama Bintang Mas. Pi'un dan Sura adalah orang kepercayaan Tambahsia yang ditugasi menculik anak gadis, janda, atau bahkan isteri orang untuk dibawa ke Bintang Mas.
Saat akan dibawa paksa, Ariah meronta-ronta tak terkendali hingga kedua centeng itu terkena tendangannya. Mereka marah dan menghempaskan tubuh Ariah ke tanah. Namun Ariah tetap saja melawan dan membuat Pi'un serta Sura habis kesabaran. Golok mereka akhirnya "berbicara" dan mengakhiri hidup Ariah. Mayatnya kemudian dilemparkan ke laut Ancol.
Di lain tempat, Mak Emper menunggu gelisah. Biasanya sebelum senja Ariah telah sampai ke rumah. Tetapi ditunggu hingga malam, sosoknya tidak juga muncul. Begitu seterusnya, hari-hari berlalu berganti bulan dan tahun. Ariah tidak pernah lagi pulang ke rumah. Mak Emper hanya bisa pasrah karena tidak tahu harus berbuat apa.
Suatu hari giliran kakak Ariah yang dilamar orang. Tidak seperti Ariah, Sang kakak dilamar oleh pemuda dari keluarga orang kebanyakan. Walau si pemuda sudah menyanggupi akan menanggung seluruh biaya perkawinan, hati Mak Emper tetap merasa resah. Sebab, dia berkewajiban menyediakan makanan, terutama saat menyambut calon besan yang akan datang mengajukan lamaran secara resmi.
Lelah memikirkan bagaimana cara mengatasi masalah tersebut (menyambut besan), Mak Emper mencoba tidur. Di dalam tidurnya, Mak Emper mimpi didatangi Ariah yang terlihat sangat cantik, berseri, dan sehat walafiat. Ketika ditanya kemana saja selama ini, dia tidak menjawab. Ariah hanya berkata bahwa Mak Emper tidak perlu resah memikirkan hidangan apa yang akan disajikan dalam acara penyambutan calon besannya nanti.
Kaget didatangi anak yang telah lama menghilang, Mak Emper langsung terbangun. Antara sadar dan tidak dia bergegas mencari ke seluruh penjuru gubuknya. Ketika berada di dapur Mak Emper kaget bukan kepalang. Entah dari mana datangnya, di area dapur telah penuh dengan berpikul-pikul ikan laut serta sayur mayur yang sangat cukup bila dijadikan sebagai suguhan bagi calon besan. Walau hanya bertemu di dalam mimpi, tetapi Ariah telah menepati janjinya untuk tidak membuat Mak Emper resah menghadapi kedatangan calon besannya.
Sebagai catatan, kisah Ariah ini telah menjadi sebuah folklor di kalangan masyarakat Betawi pesisir. Orang tidak hanya menyebut namanya sebagai Ariah, melainkan juga Maria, Mariah, atau Mariam. Adapun arwahnya, oleh sebagian orang dianggap beralih ujud menjadi setan Ancol. Sementara sebagian lainnya meyakini kalau Ariah menjadi makhluk gaib penguasa laut utara. Dia tidak disebut dengan nama aslinya, melainkan "Si Manis". Konon Si Manis mempunyai pengawal gaib yang bernama Si Kondor (siluman monyet), Si Gempor, Si Gagu, dan Tuan Item.
Diceritakan kembali oleh ali gufron