Pura Tanah Lot

Salah satu obyek wisata di Provinsi Bali yang sering dikunjungi oleh wisatawan baik dari dalam negeri maupun mancanegara adalah Pura Tanah Lot yang secara administratif berada di Desa Beraban, Kecamatan Kediri, sekitar 13 kilometer arah barat Kabupaten Tabanan atau 30 menit dari Kuta. 

Ada beberapa versi mengenai asal usul pura yang termasuk dalam pura Sad Kahyangan[1] ini. Versi pertama menyatakan bahwa Pura Tanah Lot dibangun oleh seorang pendeta asal Jawa Timur bernama Danghyang Nirartha yang tengah menuju ke arah timur untuk menyebarkan ajaran Hindu. Dalam usahanya itu Danghnyang Nirartha tiba di sebuah pantai di Bali yang di depannya terdapat sebuah pulau kecil terbentuk dari tanah parangan dan bebatuan keras di bawahnya.

Di pantai itulah Danghyang Nirartha menyempatkan diri untuk singgah sebelum melanjutkan perjalanannya ke daerah Badung. Selain itu Danghyang Nirartha juga sempat menyampaikan ajaran agamanya kepada para nelayan setempat agar mereka dapat hidup bahagia dan sejahtera. Singkat cerita, sepeninggal Danghyang Nirartha, para nelayan yang sudah “tercerahkan” imannya bersepakat untuk membangun sebuah bangunan suci (pura atau kahyangan) sebagai tempat untuk memuliakan dan memuja Sanghyang Widi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa). Pura tersebut kemudian diberi nama Tanah Lot yang berarti “tanah di tengah laut”.

Sedangkan, versi lainnya menyatakan bahwa pada saat Danghyang Nirartha atau Ida Pedanda Sakti Wawu Rawuh atau Danghyang Dwijendra berada di Tanah Lot dan sedang menyebarkan ajaran agamanya, raja di daerah tersebut yang bernama Bendesa Braben menjadi iri hati. Ia kemudian menyuruh Danghyang Nirartha untuk meninggalkan daerahnya. Namun, sebelum meninggalkan daerah itu Danghyang Nirartha sempat memindahkan bongkahan batu ke tengah pantai dan membuat sebuah pura. Selanjutnya, ia juga mengubah selendangnya menjadi seekor ular untuk menjaga pura.

Konon, ular tersebut masih ada sampai sekarang yang secara ilmiah termasuk dalam jenis ular laut berekor pipih (seperti ikan), warna hitam berbelang kuning dan mempunyai bisa yang tiga kali lebih kuat dari ular kobra. Sebagai catatan, selain Pura Tanah Lot, ada beberapa pura Sad Kahyangan lain yang dibangun oleh Danghyang Nirartha selama pengembaraannya di Bali, antara lain: Pura Petitenget dan Pura Uluwatu.

Kondisi Pura
Pura Tanah Lot yang dahulu bernama Pura Pakendungan ini sangat istimewa karena terletak di atas bongkahan batu besar yang berada di tengah pantai. Pada Bagian utara pura utama terdapat sebuah pura lagi yang terletak di atas tebing yang menjorok ke laut. Tebing itu berbentuk melengkung (seperti jembatan) yang menghubungkan pura dengan pantai.

Pada bagian bawah tebing yang melengkung tersebut terdapat sebuah gua yang didalamnya hidup ular pipih beracun berwarna hitam-kuning yang dipercaya sebagai jelmaan dari selendang Danghyang Nirartha. Selain itu, terdapat pula sebuah sumber air tawar yang dinamakan Tirta Pabersihan yang sering digunakan untuk mensucikan diri bagi orang-orang yang akan bersembahyang di pura.

Sebagai catatan, Pura Tanah Lot hanya boleh dimasuki oleh orang-orang yang hendak bersembahyang atau melakukan kegiatan keagamaan lainnya. Sementara, bagi para wisatawan hanya diperbolehkan melongok atau menikmati keindahan alam di pantai sekitar pura, terutama pada saat matahari akan terbenam (sunset).

Fasilitas Pura Tanah Lot
Selain sebagai tempat pemujaan, kawasan pantai di sekitar Pura Tanah Lot juga dijadikan sebagai sebuah obyek wisata. Untuk itu, Pemda setempat pun menyediakan berbagai fasilitas penunjang yang tergolong lengkap. Misalnya, bagi pengunjung yang ingin mendapatkan cinderamata khas Bali seperti: ukiran, kaos, daster, kain pantai, hingga tattoo temporary, dapat membelinya di toko-toko cinderamata yang berjejer di sepanjang jalan menuju pura.

Pengunjung juga dapat menikmati aneka masakan di restoran-restoran atau rumah makan yang ada di tempat wisata ini. Menu santapan pun dapat dipesan sesuai selera. Dan, selain berbagai fasilitas di atas, masih ada berbagai fasilitas penunjang lainnya yang membuat kawasan wisata Tanah Lot banyak dikunjungi para wisatawan baik dari dalam maupun luar negeri. Fasilitas-fasilitas tersebut diantaranya adalah: lapangan parkir yang cukup luas, pusat informasi pariwisata, money changer, hotel dan wisma dengan harga yang bervariasi. Sebagai catatan, untuk dapat memasuki kawasan obyek wisata Pantai Tanah Lot pihak pengelola mematok harga tiket masuk bagi pengunjung sebesar Rp.7.500,00 untuk wisatawan lokal dan Rp10.000,00 untuk wisatawan asing.

Image: http://traveloquecities.wordpress.com

[1] Sad Kahyangan adalah pura-pura yang dianggap sebagai sendi-sendi dari Pulau Dewata.
Cara Pasang Tali Layangan agar Manteng di Udara
Topeng Monyet
Keraton Surosowan

Archive