(Cerita Rakyat Daerah Jawa Timur)
Alkisah, dahulu kala banyak sekali ular yang hidup sebagai pertapa di daerah pegunungan. Setiap penghujung tahun mereka akan turun gunung guna menghadap raja naga yang berada di dasar samudera. Adapun tujuannya adalah untuk belajar ilmu penghidupan agar tetap awet muda, sangat berbisa, sakti, dan sewaktu-waktu dapat berubah bentuk menjadi manusia atau benda-benda lain di sekitarnya.
Untuk mencapai laut, berbondong-bondong mereka turun gunung melalui jalan yang berkelok-kelok. Namun, tidak semua ular turun berkelompok. Di tengah jalan ada juga yang memisahkan diri dan mencari jalur lain agar cepat sampai di pantai. Jejak-jejak kelompok tersebut akhirnya membentuk sungai berkelok-kelok. Sementara bekas jejak ular yang memisahkan diri membentuk cabang-cabangnya.
Apabila sampai di laut dan berjumpa dengan raja, setiap ular yang lulus tapa akan diberi anugerah tanpa melihat bentuk fisiknya. Jadi, walau ada yang buruk rupa, cacat fisik, ataupun kerdil tetap akan mendapatkan sesuatu berupa ilmu kesaktian dari Raja ular. Setelah mendapat ilmu kesaktian, biasanya para ular akan memiliki ciri khusus, seperti: dapat mendatangkan hujan, kilat, halilintar, serta angin topan secara berkesinambungan.