Jajampanan adalah suatu perlombaan lari sambil menggotong salah satu pemain layaknya orang yang sedang menggotong jampana (alat yang dibuat dari kayu atau bambu berfungsi untuk mengangkut orang sakit, jenazah atau pengantin sunat). Konon, permainan tradisional khas Karawang yang sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda ini tercipta atau terinspirasi oleh kelakuan para penjajah dan menak perempuan (bangsawan perempuan Sunda) yang selalu ditandu dengan jampana apabila bepergian ke suatu tempat. Kelakuan mereka akhirnya ditiru oleh anak-anak dalam bentuk sebuah permainan yang dinamakan jajampanan
Permainan jajampanan dapat dikategorikan sebagai permainan anak-anak yang umumnya dilakukan oleh anak laki-laki berumur 5 hingga 13 tahun secara berkelompok. Satu kelompok terdiri dari tiga orang dengan rincian dua orang berperan menjadi pembawa jampana dan satu orang sebagai menaknya. Selain pemain, lomba jajampanan juga kadang menggunakan wasit untuk mengawasi jalannya perlombaan dan menetapkan pemenang.
Permainan ini tidak membutuhkan tempat (lapangan) yang luas. Ia dapat dimainkan di mana saja, asalkan di atas tanah. Jadi, dapat di sawah yang telah selesai panen, di tanah lapang, atau di pekarangan rumah. Luas arena permainannya 8-12 meter dan lebar sekitar 2-3 meter yang dibagi menjadi 2 atau 3 jalur.
Aturan permainannya pun tergolong mudah, yaitu sebuah regu atau kelompok harus berlari dari garis start menuju ujung lintasan dan kembali lagi ke garis start semula. Regu yang berhasil mencapai garis start/finis dengan catatan waktu tercepat dinyatakan sebagai pemenangnya.
Sedangkan proses permainannya diawali dengan pengundian untuk menentukan regu mana yang akan memulai. Cara menentukannya seperti arisan yaitu menuliskan nama-nama regu yang akan bermain dalam secarik kertas kecil lalu digulung dan dimasukkan ke dalam botol atau gelas kemudian dikocok. Dua Regu yang gulungan kertasnya pertama keluar dari botol akan mendapat giliran untuk bermain, sedangkan regu lainnya sesuai dengan urutan kertas yang keluar selanjutnya. Selain arisan ada cara lain yang lebih sederhana, yaitu melakukan gambreng antarpemain yang ditunjuk sebagai pemimpin regu.
Setelah proses pengundian selesai, maka kedua regu akan segera memasuki arena permainan. Selanjutnya, para pemain yang berperan sebagai pembawa jampana berdiri berhadapan sambil saling memegang sikut satu sama lain hingga membentuk seperti tempat duduk (jampana). Setelah jampana jadi, maka penunggangnya akan duduk berjurai dengan kedua tangan berpegangan pada pundak pemain yang menjadi jampana. Kemudian, mereka akan berlari dari garis start menuju ujung lintasan dan kembali lagi ke garis start semula. Regu yang lebih dahulu mencapai garis finis dinyatakan sebagai pemenangnya. (gufron)