Topeng gettak adalah salah satu dari berbagai macam tarian yang berkembang di kalangan masyarakat pedesaan Pemekasan, khususnya masyarakat Kecamatan Proppo. Tarian ini menggambarkan suatu upaya pembasmian kejahatan (keangkaramurkaan). Oleh karena itu, gerakannya energik (dinamis). Setiap perubahan gerakan dipandu oleh bunyi “tak-tak” yang berasal dari gendang. Topeng yang digunakan adalah topeng Baladewa berwarna putih (bukan merah seperti topeng Baladewa yang ada di Pulau Jawa) sebagai simbol dari “kelembutan”. Maksudnya adalah walaupun orang Madura sekeras Baladewa tetapi memiliki kelembutan selembut Dewi Sumbadra.
Tarian yang disebut sebagai topeng gettak ini merupakan tarian masyarakat (orang kebanyakan) di luar keraton. Agar tidak melanggar aturan keraton, selama menari penari tidak boleh memegang senjata. Padahal tokoh Baladewa memiliki senjata andalan berupa tombak. Sebagai solusinya, tombak diganti dengan sapu tangan.
Tari topeng gettak diiringi oleh seperangkat waditra terdiri atas: sronen, kennong tello beserta perlengkapannya seperti: kendang, kempul, dan gong. Sesuai dengan namanya, tarian ini didominasi oleh bunyi gettak yang berfungsi sebagai pengatur gerak. Adapun pemangku geraknya adalah: sraman, senduwan, kojeran, balungan, dan lain sebagainya. Dewasa ini tari topeng gettak berfungsi sebagai hiburan. Tarian ini sering dipentaskan dalam rangka memeriahkan hari-hari besar nasional, menyambut tamu daerah, dan acara yang berkenaan dengan upacara di lingkaran hidup individu (ruwatan, kehamilan, dan kelahiran).