Rondhing adalah salah satu jenis tarian yang ada di kalangan masyarakat Pamekasan, Madura. Ada beberapa nama atau istilah yang berkenaan dengan nama tarian ini, yaitu baris dan kenca. Disebut sebagai tarian baris karena tarian tersebut menggambarkan kegiatan pasukan yang sedang melakukan pelatihan baris-berbaris (pemuda setempat yang dijadikan sebagai tentara pada masa penjajahan Belanda). Kemudian, disebut sebagai kenca karena tarian didominasi oleh gerekan kaki yang dihentak-hentakan (kenca). Sementara, pengertian rondhing itu sendiri sampai sekarang belum diketahui secara pasti. Konon, istilah tersebut berasal dari bahasa Belanda. Tarian yang disebut sebagai rondhing ini pada awalnya merupakan sisipan dari teater tradisioral (sandiwara rakyat) yang bernama Sandhur, dengan maksud agar lepas dari pencekalan pihak penjajah (Belanda).
Rondhing disajikan secara berkelompok terdiri atas 4 orang penari, atau lebih (massal). Mereka bisa satu jenis kelamin (laki-laki semua atau perempuan semua), tetapi juga bisa berlainan jenis (laki-laki dan perempuan). Kostum yang dikenakan menyerupai pasukan Hindia Belanda dengan berbagai tambahan, seperti: udeng (ikat kepala), rompi, semacam tanda pangkat yang berumbai, celana setengah panjang (sampai di bawah lutut), dan genta-genta kecil yang melingkari pergelakan kaki para penari.
Waditra yang digunakan untuk mengiringinya adalah: sronen dan kennong tello beserta seperangkat gamelan, seperti: kendang, kempol, dan gong. Adapun gendhing-gendhing yang dilagukan antara lain: sramaan, kojeran, dan balungan.