Sandhur Pantel

Sandhur Pantel adalah sebuah kesenian yang berbau magis berasal dari Desa Ambunten Barat, Kecamatan Ambunten, Kabupaten Sumenep. Tarian ini berfungsi sebagai media untuk menolak dan mengusir serta menjauhkan bencana yang direfleksikan dalam bentuk puji-pujian, rangkuman doa yang disertai dengan nyanyian dan ragam gerak dalam alunan musik pengiring.

Kesenian ini konon berasal dari kisah penggembala kambing bernama “Sandhur”. Walau hanya seorang penggembala dia adalah anak yang saleh (taat beragama Islam) hingga menjadi buah bibir warga masyarakat setempat. Ketenaran Sandhur rupanya membuat iri hati seseorang yang tidak mempercayai adanya Tuhan (kafir). Si Kafir berniat untuk mencelakakannya. Sahdan, ketika Sandhur sedang mengembalakan kambingnya di gunung, dia berencana membunuhnya. Akan tetapi, niatnya tidak terlaksana karena Shandur tiba-tiba hilang bagaikan ditelan bumi. Namun demikian, Si Kafir tidak putus asa. Melalui meditasi, dia mendengar suara gaib yang memberitahu persembunyian Sandhur, yaitu di dalam sebuah pohon besar. Dan, tanpa pikir panjang, Si Kafir langsung memotong pohon tersebut dengan gerjaji. Kisah tentang hilangnya Sandhur inilah yang kemudian menjadi “ruh” kesenian sandhur pantel.

Sandhur Pantel dimainkan oleh laki-laki dan perempuan, terdiri atas: 13 penabuh, 5 penembang, seorang penebas, 14 penari. Pementasan awal berdurasi sekitar 3-4 jam. Setelah itu, dilanjutkan dengan pelantunan bait-bait pujian dan doa. Pada bagian kedua, penari melakukan gerak ragam yang sama. Dalam setiap pementasan selalu ada sesaji (sesajen) berupa: kelapa gading, jajan pasar, rengginang, nasi dan panggang ayam, serta roncean jagung. Selain itu, disediakan pula berbagai pakaian anak-anak, remaja, dan dewasa berbeda warna (merah, kuning, hitam, dan hijau). Konon, pakaian tersebut diperuntukkan bagi makhluk lain (halus) agar tidak mengganggu kehidupan manusia.
Cara Pasang Tali Layangan agar Manteng di Udara
Topeng Monyet
Pocong Gemoy

Archive