Gelatik dan Betet

(Cerita Rakyat Daerah Jawa Timur)

Alkisah, ada seekor burung Betet berjalan ke arah pasar sambil memikul karung berisi beras. Padahal waktu itu sedang musim paceklik. Banyak tanaman padi yang rusak akibat kekeringan dan atau diserang hama.

Di tengah perjalanan dia bertemu dengan seekor burung gelatik. Sang Gelatik bertanya, “Hei, Betet. Benda apa yang ada di dalam karungmu?”

“Beras,” jawab Betet singkat.

“Akan engkau apakan beras itu?” tanya Gelatik.

“Aku akan menjualnya di pasar,” jawa Betet.

“Lah, bukannya banyak padi yang terserang penyakit? Jangan-jangan beras yang akan engkau jual itu berpenyakit?” selidik Sang Gelatik.

“Enak aja, ini beras terbaik yang terpaksa aku jual untuk menutupi biaya khitanan serta membeli sarung dan kopiah anakku”, Betet menjelaskan.

Penjelasan tadi bukan membuat Gelatik tergerak untuk membantu, tetapi malah berusaha memanfaatkannya. Dia yang sudah beberapa hari ini belum makan meminta Betet membuka karung berasnya. Dengan alasan ingin memeriksa kondisinya, dia berlagak membolak-balik beras. Padahal, sambil membolak-balik dia memakan sebagian biji beras itu hingga kenyang.

Melihat kelakuan Gelatik yang “mencicipi” beras tanpa membeli, Sang Betet menjadi marah. Leher Gelatik dicengkram lalu diputarnya sekuat tenaga hingga mengerang kesakitan. Cengkraman tadi membuat leher Gelatik menjadi berteleh (berkantung).

Merasa lehernya berteleh, giliran Gelatik yang marah dan memukul Sang Betet dengan pikulan beras pada bagian paruh hingga bengkok. Akibat perkelahian tadi, bentuk leher Gelatik menjadi berteleh dan paruh Betet bengkok secara permanan yang kemudian diturunkan pada anak cucu mereka hingga sekarang.

Diceritakan kembali oleh Gufron
Cara Pasang Tali Layangan agar Manteng di Udara
Topeng Monyet
Pijat Susu

Archive