Pak dan Mbok Mendong

(Cerita Rakyat Daerah Jawa Timur)

Alkisah, ada sepasang suami istri bernama Pak dan Mbok Mendong yang tinggal di sebuah gubuk reot. Tidak ada yang tahu siapa nama mereka sebenarnya. Mendong adalah istilah warga setempat bagi orang yang pekerjaannya membuat tikar mendong. Oleh karena itu mereka disebut Pak dan Mbok Mendong karena pekerjaannya tiada lain adalah membuat tikar mendong yang hasilnya dijual untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Kadang, apabila tikar tidak laku mereka terpaksa tidak makan barang satu atau dua hari.

Pasangan suami istri ini memiliki seorang anak perempuan yang masih kecil. Dia diberi nama Sumi. Badannya kurus kering karena kekurangan gizi. Dalam berpakaian, Sumi tidak seperti anak sebayanya. Dia hanya memiliki beberapa helai yang kondisinya lusuh dan di beberapa tempat tampak sudah berlubang. Pak Mendong tidak mampu membelikan yang baru karena hasil penjualan tikar untuk makan sehari-hari kadang juga tidak cukup.

Suatu ketika Pak Mendong bermimpi didatangi oleh mendiang nenek buyutnya. Sang nenek berpesan agar dia mengadakan semacam kenduri dengan menyembelih seekor kerbau. Orang-orang yang diundang dalam kenduri haruslah mereka yang berstatus sebagai fakir miskin. Adapun maksud dan tujuannya, Sang nenek tidak menyebutkan karena Pak Mendong terlanjur bangun dari tidur.

Pagi harinya, mimpi tadi malam diceritakan pada Mbok Mendong. Mimpi itu mereka anggap sebagai sebuah “wangsit” yang apabila dikerjakan maka akan mendatangkan berkah. Namun, dari mana mereka dapat membeli seekor kerbau beserta segala macam makanan untuk dihidangkan dalam kenduri?

Ada usulan dari Mbok Mendong agar menjual gubuk. Tetapi menurut Pak Mendong, walau dijual beserta isinya tidak akan cukup untuk mengadakan kenduri. Bahkan, untuk membeli seekor kerbau pun masih kurang. Lagi pula, mana ada orang yang mau membeli gubuk mereka karena kondisinya sudah tidak layak dan lahannya juga sangat kecil.

Percakapan suami-istri tadi akhirnya berhenti begitu saja. Baru beberapa hari kemudian Pak Mendong menemukan sebuah ide gila alias gendeng yang bagi sebagian orang dianggap di luar nalar. Dia membujuk Mbok Mendong agar mau menggadaikan anak semata wayang mereka pada orang terkikir sekaligus terkaya di kampung. Apabila selesai kenduri dan mendapat berkah Sumi akan ditebus kembali.

Setelah terjadi kesepakatan antara keduanya, Sumi pun digadaikan dan kenduri dapat dilaksanakan secara besar-besaran. Begitu para tamu undangan yang seluruhnya fakir miskin pulang, dari kuali bekas kenduri tiba-tiba muncul seberkas sinar berwarna keemasan. Ketika didekati ternyata di dalamnya penuh dengan batangan-batangan emas berkilauan. Batangan itu kemudian dikumpulkan dan dijual sehingga Pak dam Mbok Mendong langsung menjadi OKB alias orang kaya baru di kampungnya.

Sebagian dari uang hasil penjualan emas tadi digunakan untuk menebus Sumi. Sedangkan sisanya digunakan membangun rumah, membeli sawah dan ladang, serta disedekahkan bagi kaum fakir miskin. Atau dengan kata lain, harta “wangsit” dari nenek buyut Pak Mendong dimanfaatkan sebaik-baiknya dan bukan untuk berfoya-foya.

Penasaran akan kekayaan Pak Mendong yang datang secara tiba-tiba, orang terkikir dan terkaya di desa bertanya saat Pak Mendong menebus Sumi. Tanpa ditutup-tutupi Pak Mendong menceritakan segala kejadian yang dialami hingga mendapatkan banyak emas secara ajaib. Menurutnya, kenduri yang diperuntukkan bagi fakir miskin merupa.kan kunci dari keberkahannya.

Penjelasan Pak Mendong tadi tentu saja menggoda si kaya nan kikir. Tidak berapa lama setelahnya dia berencana ingin mengadakan kenduri juga agar mendapatkan berkah yang sama. Namun karena sangat kikir, setiap kali bernegosiasi dengan penjual kerbau selalu gagal karena tawarannya terlalu rendah jauh di bawah harga pasaran. Tidak putus asa gagal mendapat kerbau, dia lalu bersiasat mengganti dengan anjing. Pikirnya, apabila telah dimasak akan sama saja bentuknya. Apalagi orang yang diundang hanyalah fakir miskin yang jarang sekali makan daging.

Singkat cerita, dia mengadakan kenduri sederhana. Para tamu disuguhi masakan seadanya. Di tengah kenduri dia mengeluarkan daging anjing yang telah diolah sedemikian rupa sebagai hidangan besarnya. Namun, katika akan dimakan secara ajaib daging yang telah terpotong-potong itu menyatu dan si anjing hidup kembali seperti sedia kala. Dia langsung menyerang sang kaya nan kirir sehingga orang-orang yang berkumpul menjadi kaget dan lari tunggang langgang. Tinggallah tumpeng-tumpeng berserakan serta suara mengaduh-aduh dari si kaya nan kikir.

Diceritakan kembali oleh Gufron
Cara Pasang Tali Layangan agar Manteng di Udara
Topeng Monyet
Pocong Gemoy

Archive