(Cerita Rakyat Daerah Jawa Timur)
Alkisah, ada seorang raja adil dan bijaksana dalam memerintah sehingga sangat dicintai oleh segenap rakyatnya. Suatu hari Sang raja mendapat wangsit berupa bisikan gaib agar mengadakan sayembara. Adapun isi sayembaranya adalah bagi siapa yang berhasil mendapatkan buah jeruk emas akan mendapat hadiah dari kerajaan dan dinaikkan status sosialnya. Buah jeruk emas itu nantinya dijadikan sebagai penolak bala.
Setelah sayembara diumumkan tidak lantas ada sambutan. Orang-orang di seantero kerajaan malah menjadi bingung. Tidak ada seorang pun pernah melihat atau bahkan mendengar ada jeruk berkulit emas. Apabila tetap dicari, sampai mati juga tidak akan ketemu. Kecuali ada wangsit “jilid dua” yang dapat menunjukkan keberadaan buah itu.
Selang beberapa minggu kemudian ada seorang tua bernama Sakir datang ke istana. Di hadapan raja dia menyatakan sanggup mencari jeruk emas tersebut. Pak Sakir sebenarnya adalah orang sakti yang tergiur oleh hadiah yang ditawarkan kerajaan. Selain itu, dia juga tergiur oleh kenaikan status sosialnya bila berhasil membawa jeruk emas ke hadapan Raja.
Begitu mendapat restu dari raja, Pak Sakir segera berangkat. Sambil menggendong bakul besar di punggung dia berjalan menuju tempat yang diyakini terdapat pohon jeruk emas. Setelah berjalan seharian sampailah di tempat yang dituju. Tanpa mengulur waktu dipetiknya sebuah jeruk emas berukuran besar lalu dimasukkan ke dalam bakul.
Di tengah perjalanan pulang dia bertemu dengan seorang kakek super sakti (lebih sakti darinya). Sang Kakek bertanya benda apa yang berada di dalam bakul. Oleh karena tidak ingin diketahui, maka dijawab sekenanya bahwa yang dibawa adalah pasir. Tanpa disadari, ucapan tadi diamini oleh Sang Kakek sehingga buah jeruk emas itu berubah menjadi pasir ketika diserahkan. Dia pun kecewa dan pulang ke rumah dengan tangan hampa.
Berita mengenai Pak Sakir dan lokasi tempatnya mengambil jeruk emas rupanya menyebar ke mana-mana. Namun hanya orang-orang tertentu yang mau mengikuti jejak Pak Sakir karena lokasi pohon jeruk emas diyakini sangat angker. Secara sembunyi-sembunyi mereka datang silih berganti dan pulang dengan tangan kosong karena selalu bertemu Sang kakek sakti mandraguna. Tidak ada seorang pun yang mau berkata jujur pada Sang Kakek.
Begitu seterusnya hingga ada seorang pemuda tanggung bernama Jaka Meleng datang menghadap siap mencari dan membawa buah jeruk emas. Awalnya Raja dan para patih ragu akan kemampuan Jaka Meleng yang dianggap masih hijau dan belum memiliki kemampuan mumpuni. Tetapi karena sejauh ini tidak ada yang pernah berhasil, maka Raja merestui. Pikir Raja, siapa tahu pemuda tanggung tidak tahu apa-apa malah dapat membawa jeruk emas.
Singkat cerita, sama seperti yang sudah-sudah, Jaka Meleng juga ditanya oleh Sang kakek sakti mandraguna tentang benda dalam bakulnya. Oleh karena dia adalah seorang jujur, maka dijawablah pertanyaan kakek dengan mengatakan bahwa buah jeruk emas yang dibawa. Sang Kakek hanya mengangguk dan membiarkannya menerukan perjalanan.
Sampai di istana Jaka Meleng membuka tutup bakul dan menyerahkan jeruk emas kepada raja. Jeruk emas itu tidak berubah menjadi benda lain karena dia menjawab jujur pertanyaan Sang kakek sakti. Walhasil, Raja menjadi senang bukan kepalang. Dan, sesuai janji, dia menghadiahi Jaka Meleng pundi-pundi berisi emas-permata. Selain itu, statusnya juga dinaikkan serta diberi jabatan sebagai bupati.
Diceritakan kembali oleh Gufron