Mansur dan Genderuwo

(Cerita Rakyat DKI Jakarta)

Alkisah, ada seorang pedagang keliling bernama Mansur. Bila berdagang area berkelilingnya bisa sangat jauh (hingga ke daerah Cirebon). Oleh karena itu, dia menjadi Bang Toyib yang jarang pulang. Dalam sekali berkeliling menjajakan dagangan, minimal dia pulang ke rumah satu minggu sekali. Selebihnya, dapat dua, tiga atau bahkan satu bulan penuh baru berjumpa lagi dengan isterinya.

Suatu hari, saat akan berdagang keliling Mansur didatangi oleh seorang tetangga bernama Udin. Dia mengingatkan Mansur bahwa malam nanti mendapat giliran ronda bersama Otong dan beberapa orang tetangga lain. Namun, karena jadwal ronda bertepatan dengan hari pasaran di daerah yang hendak kunjungi, Mansur lebih memilih untuk berjualan. Sebagai ganti, dia merogoh saku dan menyerahkan sejumlah uang pada Udin agar membeli tembakau sebagai "teman" saat meronda.

Malam harinya, menjelang subuh Otong dan Udin pulang meronda. Ketika melewati rumah Mansur, mereka melihatnya sedang membuka pintu dan hendak pergi dari rumah. Melihat hal itu, Otong dan Udin langsung mendatangi dan bertanya mengapa Mansur tidak ikut meronda. Mereka merasa kecewa terhadap sikap Mansur yang beralasan hendak pergi berdagang dan menggantinya dengan sejumlah uang.

Mansur tidak menghiraukan teguran mereka. Dia terus saja berlalu tanpa berkata apa-apa. Hal ini awalnya membuat Otong dan Udin menjadi jengkel dan hendak mengejar Mansur. Namun mereka mengurungkan niat karena Mansur orang yang sangat ramah, supel, dan setia kawan. Bila ditanya biasanya dia akan berhenti dan menjawab, walau hanya sekadar berbasa-basi. Mungkin hari itu dia sedang diburu waktu atau tidak mendengar atau melihat Otong dan Udin yang menegurnya.

Keesokan harinya, sepulang meronda kejadian serupa terulang lagi. Mansur tidak menjawab ketika ditanya oleh Otong dan Udin. Dia tetap berlalu di tengah udara dingin menjelang pagi. Otong sampai jengkel melihatnya dan hendak mendamprat Mansur yang dianggapnya sombong. Sementara Udin lebih bijaksana. Dia merasa ada yang aneh pada diri Mansur, sebab bila sedang berdagang minimal satu minggu kemudian baru pulang. Oleh karena penasaran, dia mengajak Otong melakukan pengintaian di rumah Mansur.

Malamnya mereka mulai menjalankan aksi dengan mengendap-endap di antara semak belukar dekat rumah Mansur. Entah mengapa, ketika lewat tengah malam suasana menjadi aneh, mencekam, sekaligus menakutkan. Tidak berapa lama kemudian muncullah Mansur dari kegelapan malam. Sampai di pintu rumah dia disambut oleh Sang isteri yang telah berdandan dan terlihat sangat menggoda.

Setelah Mansur masuk dan isterinya menutup pintu, Otong dan Udin segera beranjak dari persembunyian mengendap-endap mendekati rumah. Namun setengah jam kemudian runtuhlah rasa curiga keduanya setelah mendengar suara lenguhan kenikmatan dari isteri Mansur ^_^. Tahulah mereka apa yang sedang diperbuat oleh Mansur. Rasa curiga berubah menjadi umpatan karena hasil dari menunggu selama berjam-jam ternyata hanya seperti itu.

Selagi mereka mengumpat datang orang-orang yang kebetulan mendapat giliran ronda. Oleh para peronda Otong dan Udin malah diolok-olok dan ditertawakan setelah mendengar cerita mereka. Hanya seorang saja yang terdiam, bernama Bang Komar. Bang Komar yang telah malang melintang dalam dunia persilatan merasa aneh mendengar penuturan Otong dan Udin. Banyak tanda-tanda keanehan dari cerita Otong dan Udin sehingga dia menahan teman-temannya agar tidak beranjak dahulu dari depan rumah Mansur.

Menjelang subuh Mansur keluar dari rumah. Dengan langkah cepat dia berjalan tanpa menghiraukan orang-orang yang berdiri di depan rumahnya (Otong, Udin, Komar, dan teman-teman ronda lain). Komar, mungkin karena indra keenamnya bekerja baik dapat melihat ada yang ganjil, langsung mengejar Mansur. Tetapi karena yang dikejar adalah makhluk halus, dia tidak dapat menyamainya. Mansur melangkah sangat ringan dan memiliki lompatan di atas manusia biasa. Dalam sekejap mata dia sudah menghilang dalam rimbunya pohononan.

Peristiwa melompatnya Mansur yang luar biasa tersebut membuat mereka sadar bahwa yang dikejar bukanlah manusia, melainkan mahkluk halus yang oleh masyarakat setempat disebut sebagai genderuwo. Makhluk ini umumnya tinggal atau bersemayam di pepohonan besar yang sudah tua. Berbeda dengan makhluk halus lainnya, genderuwo dipercaya memiliki nafsu terhadap manusia, terutama kaum perempuan. Bila lagi "pengen" dia akan mendatangi perempuan yang sering ditinggal pergi suami.

Hal ini terjadi pada isteri Mansur yang sering ditinggal pergi dalam jangka waktu relatif lama. Dia akhirnya hamil. Bayi hasil hubungan berwujud manusia namun memiliki ciri-ciri fisik layaknya genderuwo, di antaranya: sekujur tubuh ditumbuhi bulu lebat, bola mata turun, tidak tumbuh gigi dan berwajah agak menyeramkan. Si bayi hanya berumur beberapa hari. Konon, dia tidak meninggal melainkan ikut dan tinggal bersama bapaknya di pepohonan tua.

Diceritakan kembali oleh ali gufron
Cara Pasang Tali Layangan agar Manteng di Udara
Topeng Monyet
Keraton Surosowan

Archive