Gunung Pesagi merupakan gunung tertinggi di Provisi Lampung yang secara administratif berada di Kecamatan Balik Bukit, Kabupaten Lampung Barat. Gunung yang mempunyai ketinggian sekitar 2.262 meter di atas permukaan laut ini banyak dikunjungi karena memiliki keindahan yang luar biasa. Apabila telah berada di puncaknya, pengunjung dapat menikmati keindahan wilayah Lampung Barat, Pemukiman masyarakat Ogan Komering Ulu, Danau Ranau, Laut Krui, dan Laut Belimbing.
Selain pemandangannya indah, Gunung Pesagi juga menyimpan suatu potensi yang dapat dijadikan sebagai sarana wisata ziarah. Pasalnya, di puncak Gunung Pesagi terdapat tujuh buah sumur keramat yang salah satu diantaranya kadang mengeluarkan aroma wangi. Namun, tidak sembarang orang dapat mengambil air dari sumur itu. Menurut masyarakat setempat, hanya orang-orang yang berhati bersih saja yang bisa mendapatkannya. Sementara orang-orang yang tidak memiliki niat baik, tidak akan mendapatkan air dari sumur itu.
Untuk mencapai puncak Gunung Pesagi yang terletak di wilayah Pekon (desa) Hujung, Kecamatan Belalau, dapat ditempuh melalui dua rute yang keduanya hanya dapat dilakukan dengan berjalan kaki. Rute pertama dari Pekon Bahway dan berakhir di Pekon Hujung, sedangkan rute kedua dimulai dan berakhir di Pekon Hujung. Dalam keadan normal, kedua rute ini dapat ditempuh selama sekitar 12 jam pergi-pulang.
Sementara bagi pengunjung yang ingin menggunakan jalur pendakian, menurut http://alfinsungeraje.blogspot.com/ terdapat 3 jalur yang diklasifikasikan berdasarkan tingkat kesulitan medan, yaitu: jalur Patah Hati (Desa Bahway-Dusun Way Pematu), jalur pendakian standar (Desa Bahway-Dusun Ramuan), dan jalur Desa Hujung Simpang Luas.
Jalur Patah Hati dibagi menjadi 5 pos. Dari pos 1 menuju pos 2 dengan waktu tempuh sekitar 1,5 jam menyusuri jalan berbatu yang cukup panjang, relatif landai, dan licin melewati pemukiman penduduk Desa Bahway, areal persawahan hingga berjumpa dengan perkebunan kopi. Selanjutnya, dari pos 2 menuju pos 3 juga dengan waktu tempuh sekitar 1,5 jam melewati dua buah sungai beraliran cukup deras, perkebunan kopi, hutan dan tanjakan panjang serta licin.
Setelah melewati pos 3 jalan akan mulai terjal dan menanjak dengan vegetasi hutan yang semakin rapat serta lembab. Di jalur ini tumbuh berbagai macam tanaman, seperti pakis, rotan, kantong semar, anggrek macan yang batangnya memiliki bercah hitam putih menyerupai bulu macan, dan lain sebagainya. Adapun lama perjalanannya sekitar 1 jam hingga mencapai pos 4.
Dari pos 4 menuju pos 5 termasuk dalam kategori berbahaya karena harus melewati pegunungan yang beberapa diantaranya memiliki jurang, membelah jalur air terjun/curup mati dan melewati sungai kecil yang licin. Waktu tempuhnya sendiri sekitar 1 jam.
Terakhir, dari pos 5 menuju puncak Pesagi yang dianggap sebagai jalur paling ekstrim sehingga hanya orang “patah hati” saja yang mau melaluinya. Pasalnya, jalur ini harus melewati tanjakan terjal guna menghindari air terjun Badas Gumpalan lalu dilanjutkan dengan tanjakan lagi dengan sudut kemiringan mencapai 40-50 derajat sehingga terkadang orang harus merayap mencari akar pepohonan untuk mendakinya, serta sebuah fast break berupa tanjakan ekstrim dengan jalur dihiasi oleh bertebaran dan malang-melintangnya batang pohon tumbang akibat suksesi alami Gunung Pesagi.
Jalur pendakian kedua menuju puncak Pesagi dinamakan Jalur Pendakian Standar. Adapun rutenya berawal di Desa Bahway menuju ke Pintu Rimba melewati perumahan penduduk dan perkebunan kopi dengan waktu tempuh sekitar 1,5 jam. Selanjutnya, dari Pintu Rimba menuju Gisting dengan jalan sedikit menanjak yang di kanan-kirinya masih terdapat hutan lebat waktu tempuhnya sekitar 2,5 jam. Sesampainya di Gisting dapat beristirahat sejenak menikmati aliran sebuah mata air yang tidak pernah kering meskipun saat musim kemarau. Mata air ini berasal dari aliran sungai yang melewati celah-celah batu dan tertampung dalam sebuah cekukan batu.
Apabila rasa lelah telah hilang dapat meneruskan perjalanan menuju pos Penyambungan. Perjalanan menuju Penyambungan dapat ditempuh sekitar satu jam melewati batu pipih dan susunan batu bertingkat yang direkatkan secara alami oleh lapisan tanah membentuk sebuah tebing. Tebing susunan batu tersebut oleh masyarakat setempat disebut penyambungan yang konon bentuknya menyerupai jembatan Sirotol Mustaqim dan hanya ada di Gunung Pesagi saja. Dan terakhir, setelah melewati pos Penyambungan, pendakian dilanjutkan melewati sebuah hutan lumut yang lembab karena telah berada di kawasan puncak Pesagi.
Sedangkan jalur pendakian terakhir adalah jalur Desa Hujung Simpang Luas. Jalur ini relatif landai dan lebih mudah untuk mencapai puncak Gunung Pesagi. Adapun waktu tempuhnya juga lebih singkat ketimbang jalur patah hati atau jalur pendakian standar, yaitu sekitar 5 jam perjalanan. (ali Gufron)
Foto:
http://travel.detik.com/read/2012/03/29/145202/1880091/1025/pendakian-penuh-tantangan-di-gunung-pesagi-lampung