Nama joged dangkung konon berasal dari bunyi-bunyian yang keluar dari alat musik pengiring tarian yaitu: gendang yang berbunyi “dang” dan gong yang berbunyi “gung”. Lepas dari itu, katanya juga, kesenian yang memadukan unsur tari, musik, dan nyanyi yang tumbuh subur di perkampungan nelayan ini dikenal sejak abad ke-17, dengan nama Joged Tandak atau Joged Lambak.
Seni tari dengan iringan musik dan nyanyian ini tersebar di daerah Tembeling, Moro, Mantang, Pulau Panjang, dan Batam. Lagu-lagu yang dimainkan adalah; Betabik, Dondang Sayang, Serampang Lau, tanjung Katung, Johor Siput Kelapa, Gunung Banang, Tandak Udang Gantung, Jambu Merah, Tanjung Balai dan Gule Batu.
Tariannya meliputi tarian pembukaan (betabik), tari gembira (rancak), tari lembut dan tari penutup. Jumlah pemainnya terdiri atas 4—8 penari, 3 orang pemusik dan seorang penyanyi. Dahulu, setiap penari sekaligus penyanyi, tetapi sekarang jarang sekali orang bisa menari dan sekaligus bisa menyanyi.
Kesenian ini biasanya dipergelarkan atau dipentaskan pada malam hari, sekitar pukul 20.000 WIB sampai dengan tengah malam. Sedangkan saat-saat pementasannya, biasanya ketika ada upacara di lingkaran hidup individu (perkawinan dan khitanan), sengaja mengadakan pertunjukan keliling (sekarang tidak pernah ada lagi), dan mengisi acara suatu peringatan agar menjadi lebih semarak. Misalnya, peringatan hari-hari besar agama (Islam), hari-hari besar nasional Indonesia (terutama hari kemerdekaan Indonesia), atau event-event khusus lainnya.
Peralatan musik yang mengiringinya antara lain gendang (tambur), biola dan gong. Sedangkan pakaian yang dikenakan oleh para penarinya adalah baju kebaya pendek dengan bawahan sarung atau kain batik. Urutan pementasannya adalah sebagai berikut: pertama, adalah semacam pemberitahuan kepada para “penunggu” setempat yang berupa makhluk halus agar pertunjukan berjalan sebagaimana mestinya. Babak ini sering disebut dengan buka tanah. Kedua, pelantunan lagu dan tarian bertabik (suatu tarian yang bermakna ucapan selamat datang). Ketiga, pelantunan lagu Dondang Sayang, kemudian disusul lagu-lagu sesuai dengan permintaan penandak berjudul Tanjung Katung. Dan keempat, pelantunan lagu yang berjudul Cik Cilik yang sekaligus penutup pertunjukan. (Gufron)
Sumber:
Galba, Sindu dan Siti Rohana. 2002. Peta Kesenian Rakyat Melayu Kebupaten kepulauan Riau. Tanjungpinang: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.