Keris Siginjai

Keris yang sering juga disebut duwung, curiga atau tosan aji, adalah suatu artefak yang berupa senjata tusuk genggam yang bentuknya meruncing dengan tajaman di kedua sisi bilahnya. Sebagian arkeolog berpendapat bawah keris adalah kelanjutan dari jenis senjata yang telah digunakan sejak masa prasejarah. Keris banyak dipakai oleh masyarakat yang ada di kawasan Asia Tenggara, khusunya oleh suku-suku bangsa di Indonesia dan Malaysia.

Keris mempunyai kedudukan yang penting bagi seseorang, sehingga fungsinya tidak hanya sebagai senjata, melainkan juga sebagai benda keramat yang memiliki unsur magis, lambang ikatan keluarga, tanda jasa, dan tanda pangkat atau jabatan. Bahkan, saat ini keris telah dijadikan sebagai cinderamata dan barang koleksi.

Salah satu di antara sekian banyak keris yang tersebar di Nusantara ini adalah Keris Siginjai. Keris Siginjai merupakan benda pusaka yang dimiliki secara turun-temurun oleh Kesultanan Jambi. Selama lebih dari 400 tahun keris ini tidak hanya sekedar sebagai lambang mahkota Kesultanan Jambi, tetapi juga sebagai lambang pemersatu rakyat Jambi dan bahkan saat ini menjadi lambang provinsi Jambi. Sultan terakhir yang memegang benda kerajaan itu adalah Sultan Achmad Zainuddin.

Pada masa pemerintahan Hindia Belanda, Keris Siginjai diambil oleh Belanda dan bersama dengan sebuah pusaka Kesultanan Jambi lainnya, yaitu Keris Singa Marjaya, dibawa ke Batavia. Dan, setelah Indonesia merdeka, kedua keris ini menjadi bagian dari koleksi Museum Nasional Jakarta, bersama dengan keris-keris pusaka dari berbagai daerah lain di Indonesia, guna dirawat, dipelihara dan dilestarikan agar generasi mendatang mengetahui bahwa nenek moyangnya mampu membuat hasil karya yang indah, walaupun hanya mempergunakan peralatan tradisional.

Struktur Keris Siginjai
1. Bilah Keris (Wilahan)
Bilah keris, yang dalam istilah perkerisan disebut wilahan, adalah bagian utama dari keris. Walaupun wilahan mempunyai bentuk yang beraneka ragam, namun dapat dikelompokkan menjadi dua tipe (dapur), yaitu tipe lurus (dapur leres) dan berkelok (dapur luk). Pada wilahan terdapat gambar atau lukisan yang disebut pamor yang merupakan lambang kesaktian atau kekeramatan keris. Sedangkan, pada pangkal wilahan terdapat ganja, yaitu sudut runcing yang mengarah ke arah mata keris.

Bilah Keris Siginjai panjangnya lebih kurang 39 sentimeter dan berlekuk (luk) 5. Permukaan bilah Keris Siginjai kemungkinan pada mulanya ditutupi lapisan emas murni karena pada saat ini masih terlihat adanya bekas lapisan emas yang terlepas. Lapisan emas itu berfungsi untuk memperindah keris dan yang lebih utama untuk menutupi pamor pada keris yang bermotif flora. Pamor keris ini semakin ke ujung semakin kabur. Pada lekuk pertama hingga keempat pamor itu tampak jelas, namun pada lekuk kelima sampai ke mata keris, pamornya sudah tidak jelas lagi.

Keris Siginjai memiliki dua buah buah ganja, yang salah satunya melengkung ke arah mata keris. Sedangkan, pada sisi terlebar pangkal bilah keris terdapat bentukan yang menjorok ke luar dan memiliki 6 buah tonjolan yang ujungnya runcing, mirip dengan senjata penjepit pada binatang kalajengking. Tonjolan yang terbesar disebut belalai gajah atau keluk kacang.

2. Hulu Keris
Hulu (gagang) Keris Siginjei terbuat dari kayu kemuning yang bagian kepalanya dibuat menjorok ke arah permukaan badan keris. Sedangkan, pada bagian yang dekat dengan wilahan terdapat mendak1 yang berbentuk kelopak bunga teratai. Di atas mendak terdapat 16 buah garis lengkung yang di setiap lengkungannya dipasang sebuah batu mulia, yang terdiri dari 8 buah intan berbentuk segi tiga dan 8 buah berlian berbentuk lonjong (oval). Di bawah setiap intan dan berlian terdapat bidang lengkung yang semakin menyempit ke arah bilah keris. Pada permukaan bidang lengkung tersebut dilapisi dengan emas murni dan diukir hiasan bunga-bunga kecil. Dan, di atas garis lengkung itu terdapat jalinan berbentuk benang-benang email warna hijau dan kuning.

3. Sarung Keris (Wrangka)
Wrangka keris Siginjai terbuat dari kayu kemuning. Sedangkan, pendok2 keris terbuat dari lempengan emas murni yang seluruh permukaannya dihiasi dengan ukiran bermotif flora. Pada wrangka Keris Siginjai ini juga terdapat gayaman berbentuk perahu agak kecil tetapi tebal. Di dekat gambar perahu terdapat lengkungan yang berbentuk sedikit bundar.

Nilai Budaya
Keris sebagai hasil budaya anak negeri, jika dicermati secara seksama, di dalamnya mengandung nilai-nilai yang pada gilirannya dapat dijadikan sebagai acuan dalam kehidupan sehari-hari bagi masyarakat pendukungnya. Nilai-nilai itu antara lain: keindahan (seni), ketekunan, ketelitian, dan kesabaran. Nilai keindahan tercermin dari bentuk keris yang dibuat sedemikian rupa, sehingga memancarkan keindahan. Sedangkan, nilai ketekunan, ketelitian, dan kesabaran tercermin dari proses pembuatannya yang memerlukan ketekunan, ketelitian, dan kesabaran. Tanpa nilai-nilai tersebut tidak mungkin akan terwujud sebuah keris yang indah dan sarat makna. (ali gufron)

Sumber:
Tim Koordinasi Siaran Direktorat Jenderal Kebudayaan. 1992. Aneka Ragam Khasanah Budaya Nusantara III. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Tim Koordinasi Siaran Direktorat Jenderal Kebudayaan. 1992. Aneka Ragam Khasanah Budaya Nusantara II. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
http://www.balarpalembang.go.id
http://sarolangunjambi.wordpress.com

1 Mendak adalah hiasan yang melingkari bagian hulu keris yang dekat dengan bilah keris.
2 Pendok adalah hiasan yang menutupi gandar dari wrangka.
Cara Pasang Tali Layangan agar Manteng di Udara
Topeng Monyet
Keraton Surosowan

Archive