Radin Jambat

(Cerita Rakyat Daerah Lampung)

Alkisah, ada sebuah kerajaan bernama Pasar Turi. Kerajaan ini berada di daerah Batang Akhi Suri yang dikelilingi oleh banyak gunung. Adapun rajanya bernama Tanjung yang konon merupakan keturunan dewa mahasakti dan peri. Sang Raja memiliki tujuh orang istri berperawakan bak dewi-dewi kahyangan.

Istri pertama menjadi permaisuri kerajaan bernama Bupan Purnama Permata Bermata Biru. Sesuai dengan namanya, Sang permaisuri bermata biru dengan kulit putih dan perawakan tinggi semampai. Sementara istri kedua bernama Mutiara Latan, istri ketiga Ratu Kedamaian, keempat dan kelima Kembar Berpipi Merah, keenam Ratu Alam, dan ketujuh bernama Delima.

Sayangnya, walau memiliki tujuh orang istri cantik jelita, Sang raja belum juga dikaruniai keturunan. Oleh karena itu, kesehariannya selalu diliputi kegundah gulanaan. Dia khawatir apabila wafat kerajaan akan runtuh karena tidak ada keturunan yang menggantikannya.

Suatu hari di tengah ikhtiarnya, Sang Raja mencoba bertapa di Gunung Pesagi. Selama menjalankan tapa brata, setiap malam selalu saja datang cobaan, mulai dari suara keras memekakkan telinga, api besar membara, hingga perasaan seperti terhimpit batu besar.

Setelah semua cobaan dilalui, barulah dia didatangi dan dililit oleh seekor naga bermahkota. Sang naga kemudian berubah wujud menjadi sebuah cahaya merah yang menyilaukan. Setelah padam, di hadapan Raja tiba-tiba ada buah berwarna merah menyerupai tomat.

Ketika diambil, entah dari masa asalnya, terdengar suara lembut memberitahu Sang Raja agar memberikan buah merah itu pada permaisuri. Apabila permaisuri mau memakannya hingga habis, maka kelak akan dikaruniai seorang bayi laki-laki. Kelak bayi itu akan membawa berkah dan rahmat bagi seluruh negeri.

Sekembalinya dari Gunung Pesagi Raja langsung memberikan buah merah itu kepada Permaisuri. Selang beberapa waktu Permaisuri dinyatakan hamil oleh tabib istana. Sembilan bulan setelahnya dia melahirkan seorang bayi laki-laki. Anehnya, saat dilahirkan tangan kanan Sang bayi menggenggam sebutir telur emas, sementara tangan kirinya sebuah batu permata.

Keanehan lain juga terjadi di lingkungan sekitarnya, yaitu saat siang hari dedaunan seakan bergerak riang dengan burung-burung asyik berkicau dan beterbangan di sekitarnya. Sedangkan malam harinya bulan purnama bersinar penuh sehingga seluruh komplek istana seakan bermandikan cahaya.

Oleh karena lahir disertai dengan berbagai keanehan tersebut, terutama adanya telur emas dan intan permata, maka dia diberi nama Anak Emas Radin Jambat. Kedua barang berharga itu selalu disimpan tidak berjauhan darinya karena dipercaya sebagai pelindung dari segala macam mara bahaya.

Bertepatan dengan pemberian nama Radin Jambat, Raja Tanjung mengadakan sebuah jamuan besar dengan mengundang para raja negeri tetangga serta rakyat Negeri Pasar Turi. Sebelum jamuan terlebih dahulu diadakan upacara penyucian sekaligus pemberkatan kepada Anak Emas Radin Jambat sebagai putra mahkota Negeri Pasar Turi menggunakan tujuh sumber air, yaitu Telaga Putri, Sumur Delima, Way Laga, Way Lima, Pancuran Naga, Danau Tua, dan Telaga Dewa.

Belasan tahun kemudian Radin Jambat tumbuh menjadi seorang pemuda tampan, cerdas, dan pemberani. Dan, karena sudah cukup umur, dia meminta izin pada kedua orang tua untuk mengembara mencari pendamping hidup. Raja Tanjung mengizinkan dengan syarat Radin Jambat harus dikawal oleh dua orang punakawan kerajaan. Dia juga dibekali sebuah perahu mewah lengkap dengan berbagai macam kebutuhan hidup seperti: makanan, minuman, buah-buahan, dan juga emas-perak sebagai alat tukar. Sedangkan dari segi spiritual Radin Jambat dibekali doa-doa pengiring keselamatan dari para ahli istana serta kesaktian dan kekebalan tubuh dari para gurunya.

Setelah semua perbekalan berada di dalam perahu Radin Jambat bersama pengawalnya berlayar menuju pulau-pulau yang diperkirakan memiliki banyak gadis cantik. Namun pencarian gadis yang cocok untuk dinikahi tidaklah mudah. Dari sekian banyak pulau yang disinggahi tidak ada seorang gadis pun yang cocok dengan kriteria Radin Jambat. Begitu seterusnya hingga tanpa terasa dia telah jauh dari kerajaan.

Suatu hari dalam perjalanan menyusur sebuah muara sungai perahu Radin Jambat dihadang oleh seekor ular raksasa. Tanpa takut sedikit pun dia langsung menghunus pedang dan siap menebas kepala sang ular raksasa. Namun, ketika pedang terayun tiba-tiba sang ular berubah wujud menjadi sesosok jin. Dia lalu bersujud meminta ampun pada Radin Jambat sebelum pergi menuju hutan di tepi sungai.

Tidak lama berselang datang lagi jin yang juga berusaha mengganggu perjalanan Radin Jambat dengan menjelma menjadi seorang gadis cantik jelita. Oleh karena telah dibekali ilmu kesaktian dari para gurunya, Radin Jambat dapat mengenali perubahan wujud Sang jin sehingga dengan mudah ditaklukkan.

Dua rintangan jin tadi rupanya mengantarkan Radin Jambat ke sebuah perkampungan yang sangat ramai. Di tempat itu kebetulan sedang ada sayembara berupa pertandingan kanuragan yang diselenggarakan oleh kerajaan setempat. Bagi peserta yang dapat memenangkan sayembara dapat mempersunting putri Raja.

Sayembara berhadiah putri raja tentu saja membuat banyak laki-laki tertarik mengikutinya. Tidak terkecuali Radin Jambat yang memang sedang mencari pasangan hidup. Dia lalu mendaftar dan mulai berkompetisi dengan para peserta lain. Satu per satu mereka dapat dikalahkan dengan mudah.

Hanya ada seorang saja yang lumayan sulit ditaklukkan. Dia adalah Pangeran Minak yang memiliki keahlian dalam seni memainkan senjata tajam. Sang pageran mempunyai sebuah tombak sakti bernama Beringin. Berkat senjata ini dia selalu berhasil mengalahkan para pesaingnya dalam memperebutkan putri raja.

Sayangnya, kesaktian Tombak Beringin tidak dapat menandingi pedang milik Radin Jambat yang berhasil memotong gagangnya menjadi dua bagian. Pangeran Minak takluk hanya dalam beberapa jurus. Sang putri raja yang kebetulan menyaksikan pertarungan final itu tersenyum bahagia. Sejak hari pertama sayembara dia memang menaruh hati pada Radin Jambat karena kegagahan dan ketampanannya. Dia berharap Radin Jambat akan segera mengawininya selepas memenangkan sayembara.

Namun, harapan Sang Putri ternyata meleset. Setelah menang Radin Jambat menolak untuk menikahinya. Alasannya, dia hanya ingin menyelamatkan Sang Putri dari Pangeran Minak yang dikenal mata keranjang dan memiliki banyak istri. Apabila menikah kemungkinan besar Sang Putri hanya dijadikan sebagai pelampiasan nafsu saja hingga Sang Pangeran menemukan gadis lain yang lebih segar.

Oleh karena Radin Jambat menolak, maka dia diharuskan membayar denda adat. Adapun bentuknya berupa beberapa ekor kerbau serta sejumlah uang dan perhiasan untuk pemasukan pajak kerajaan. Dan, setelah melakukan pembayaran denda barulah Radin Jambat diperkenankan meninggalkan kerajaan.

Beberapa minggu kemudian sampailah di sebuah kerajaan yang lokasinya berada di daerah Tanggamus. Di sini dia mendapat informasi bahwa ada seorang putri kerajaan bernama Betik Hati. Konon, Sang putri merupakan keturunan peri yang turun dari kahyangan sehingga kecantikannya tiada terkira. Setiap laki-laki yang kebetulan melihatnya pasti akan mabuk kepayang, tidak terkecuali Radin Jambat.

Informasi yang didapat dari penduduk setempat tadi bahkan dibawanya sampai ke alam mimpi. Ketika terbangun dia langsung memerintahkan pengawalnya mempersiapkan hantaran berupa setalam sirih pinang dan sekotak perhiasan sebagai penyambung kata serta bentuk tanda hormat bila diizinkan bertemu.

Tanpa disangka Putri Betik Hati menerima hantaran Radin Jambat. Mereka bertemu di balai adat dengan disaksikan segenap warga. Di antara mereka ada yang bertugas mempersiapkan segala peralatan dan perlengkapan guna kelancaran pertemuan. Mereka menyambut dengan baik karena selama ini Putri Betik Hati selalu menolak apabila ada laki-laki yang ingin menjalin silaturahim dengannya.

Sementara Putri Betik Hati sendiri mempersiapkan dengan mengenakan busana khas putri kerajaan berupa kain tapis lautan alif terbuat dari serat jung dan sutra berhias intan. Dia tidak ingin terlihat seperti orang kebanyakan di mata Radin Jambat. Pikirnya, penampilan akan menentukan sikap dan tindak tanduk lawan bicara ketika menghadapinya.

Setelah seluruhnya siap, pada waktu yang telah ditentukan Radin Jambat datang ke balai adat. Dia mengenakan busana bergelar silang sakti sersulam ombak naga dan raja burung dalam kemasan benang emas. Bersama pengawalnya dia menaiki tangga balai adat menemui Putri Betik Hati.

Namun, baru beberapa saat membuka percakapan tiba-tiba muncul seorang pria bernama Sindang Belawan Bumi yang ternyata menaruh hati pada Putri Betik Hati. Sang Sindang yang bermuka merah padam lantaran amara murka langsung saja menantang Radin Jambat beradu kesaktian.

Agar tidak terjadi pertumpahan darah di antara keduanya Putri Betik Hati segera mengambil keputusan. Dia menyatakan bahwa akan mengadakan beberapa sayembara bagi mereka. Siapa yang dapat memenangkannya, maka dia berhak menikahinya.

Sayembara pertama adalah sepak besi yang dimulai saat mata hari tepat di atas kepala. Oleh karena keduanya memiliki kesaktian luar biasa, maka baru menjelang magrib salah seorang di antaranya mulai kewalahan. Sindang Belawan Bumi mendadak jatuh tersungkur lucu yang membuat penonton tertawa.

Esok harinya Sundang Belawan Bumi membawa seekor ayam jantan berukuran besar dengan taji tersambung besi. Sementara Radin Jambat membawa seekor ayam jantan berukuran lebih kecil dengan hanya satu taji pada salah satu kakinya. Walau terlihat lebih kecil, namun bukanlah ayam sembarangan. Dia telah sering memenangkan pertarungan dalam berbagai helatan sabung ayam.

Hasilnya tentu mudah ditebak. Hanya dalam beberapa serangan ayam milik Radin Jambat dapat membuat lawannya terkapar bersimbah darah. Sindang Belawan Bumi pun akhirnya mengaku kalah. Sebelum pergi dia menyatakan tidak akan menggangu lagi hubungan mereka.

Singkat cerita, setelah memenangkan sayembara Radin Jambat langsung menikahi Putri Betik Hati. Mereka pun hidup bahagia hingga akhir hayat.

Diceritakan kembali oleh ali gufron
Cara Pasang Tali Layangan agar Manteng di Udara
Topeng Monyet
Pocong Gemoy

Archive