Asal Mula Gunung Santri

(Cerita Rakyat Daerah Banten)

Alkisah, ada seorang ulama murid Sunan Ampel bernama Syekh Muhammad Sholeh. Usai berguru ilmu pada Sunan Ampel, beliau bermaksud melanjutkannya ke Syarif Hidayatullah atau lebih dikenal dengan nama Sunan Gunung Jati di Cirebon.

Belum begitu lama berguru, Sunan Gunung Jati memerintahkannya pergi ke daerah Banten guna mencari putranya (Maulana Hasanuddin) yang belum juga kembali ke Cirebon. Maulana Hasanuddin sendiri berada di Banten untuk mensyiarkan ajaran Islam di wilayah Kerajaan Pajajaran yang kala itu dipimpin oleh Prabu Pucuk Umun.

Saat bertemu, Maulana Hasanuddin menolak kembali ke Cirebon dengan alasan masih terpanggil untuk mengislamkan tanah Banten. Sebaliknya, beliau malah meminta Syekh Muhammad Sholeh membantunya. Adapun jabatannya adalah sebagai pengawal sekaligus penasihat dengan nama julukan baru, Cili Kored.

Namun, perjuangan mereka ternyata tidak berjalan mulus. Ada tantangan yang harus dihadapi, terutama dari penguasa setempat, yaitu Prabu Pucuk Umun yang mulai kehilangan pengaruh akibat penduduk dari wilayah Gunung Pulosari hingga ke Ujung Kulon mulai beralih ke ajaran Islam.

Untuk mengembalikan pengaruhnya, Sang Prabu lantas menantang Maulana Hasanuddin adu kekuatan. Oleh karena Sang Prabu memiliki seekor ayam jago juara yang tidak pernah sekali pun kalah, maka dia menantang bersabung ayam. Barang siapa yang kalah akan dipotong lehernya.

Tantangan tadi rupanya diterima dengan senang hati. Beliau lantas menitah Syekh Muhammad Sholeh merubah diri menjadi seekor ayam jago aduan. Walhasil, pertarungan dimenangkan dengan sangat mudah oleh “ayam jago” milik Maulana Hasanuddin. Hanya dalam beberapa kali serangan ayam milik Prabu Pucuk Ulun langsung terkulai tidak bernyawa.

Hal ini membuat Sang Prabu naik pitam. Tidak terima dikalahkan dia lantas menantang berperang senjata. Namun, atas izin Allah, Sang Prabu dan pasukannya dapat dikalahkan hingga mundur dan bersembunyi di daerah pedalaman Rangkas. Mereka membentuk sebuah komunitas sendiri yang sekarang dikenal sebagai Orang Baduy.

Singkat cerita, selesai peperangan Syekh Muhammad Sholeh melanjutkan sisa hidupnya sebagai penyiar agama Islam dengan mengajar para santrinya disebuah bukit di daerah yang sekarang terletak di Kampung Merapit, Desa Ukir Sari, Kecamatan Bojonegara, Serang. Beliau menetap disana hingga meninggal pada usia 76 tahun dan dimakamkan tidak jauh dari tempatnya mengajar. Seiring waktu, sebagian santri pun juga dimakamkan di sekitar makam Syekh Muhammad Sholeh. Dan, oleh karena bukit tadi banyak makam santri, maka masyarakat setempat kemudian menamainya sebagai Gunung Santri.

Saat ini Gunung Santri telah menjadi objek wisata religi. Ia banyak dikunjungi para peziarah, baik dari daerah Banten sendiri maupun provinsi lain di Indonesia.

Diceritakan kembali oleh ali gufron
Cara Pasang Tali Layangan agar Manteng di Udara
Topeng Monyet
Pocong Gemoy

Archive