Nyalin adalah suatu ritual khusus yang dilaksanakan oleh masyarakat petani di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, dalam proses tanam-panen padi. Sesuai dengan namanya, upacara yang berarti “mengganti” ini berupa penggantinan tanaman padi yang akan dipanen dengan tanaman padi baru yang biasanya diadakan satu tahun sekali antarapukul 16.00 hingga 17.00 WIB.
Adapun peralatan dan perlengkapan yang diperlukan dalam penyelenggaraan nyalin, di antaranya: dawen, kemenyan, pedupaan, lisong/cerutu, rurujakan, makanan (ranginang, opak, wajit, ketupat, leupeut, tantangangin), sanggar (tempat menyimpan sesajen yang terbuat dari bambu), kain putih, daun hoar, daun kawung, daun kanyere, caruluk, dan pohon tebu. Seluruh perlengkapan tersebut kemudian diletakkan ditepi areal lahan yang akan dipanen. Pohon tebu diletakkan di tepi sebelah kiri, sedangkan sanggar yang berisi pedupaan, kemenyan, dawen, makanan, diletakkan di sisi sebelah kanan.
Bila segala perlengkapan telah siap, guguni atau orang yang mempunyai hajat dengan pakaian serba putih (termasuk ikat kepala) mulai membakar kemenyan sambil membacakan beberapa bait rajah. Setelah selesai, sambil menahan nafas guguni mulai memetik lima tangkai batang padi yang bijinya dianggap paling baik menggunakan etem (ani-ani). Kemudian, kelima tangkai tersebut diikat kain putih serta daunnya dicocang (dikepang) sebagai padi indung. Jumlah ikatannya bergantung pada hari pemetikan. Misalnya, hari senin berjumlah 4 ikatan, selasa 3 ikatan, rabu 7 ikatan, kamis 8 ikatan, jumat 6 ikatan, sabtu 9 ikatan, dan minggu 5 ikatan. Selesai diikat, padi lalu dibawa pulang, dicalikeun (disimpan sementara di atas bale atau meja), dan akhirnya disimpan di suatu tempat sebagai benih pada musim panen berikutnya.