Ojhung atau biasa juga disebut pokoi adalah sebuah permainan tradisional masyarakat Madura, khususnya di Kabupaten Sumenep. Konon, dahulu permainan yang dilakukan pada musim hujan ini menjurus ke arah pertarungan yang kerapkali menggunakan kekuatan mantra magis. Bahkan, adakalanya dijadikan kesempatan seseorang untuk membalas dendam, sehingga bisa mengakibatkan kematian. Dalam perkembangannya, ohjung tidaklah mengerikan sebagaimana awalnya. Mantra-mantra memang masih ada, namun penggunaannya bukan ditujukan untuk mencelakai dan hanya sekedar untuk memenangkan permainan. Dewasa ini permainan ojhung justru dilakukan pada musim kemarau. Tujuannya adalah untuk mendatangkan hujan.
Peralatan yang digunakan dalam permainan yang sekaligus berfungsi sebagai senjata pukul adalah tongkat rotan. Alat tersebut oleh masyarakat setempat disebut lapalo atau kol-pokol. Selain itu, pemain menggunakan pelindung kepala (bhungkus atau bhuko) dan pembalut lengan kiri (bulen atau tangkes). Permainan diatur oleh seorang wasit yang oleh masyarakat setempat disebut (bhubhuto). Dalam suatu pergelaran, permainan ojhung diringi oleh orkes okol yang peralatan musiknya terdiri atas ghambhang dan dhuk-dhuk. Pemenangnya adalah pemaian yang dapat melukai lawan. Dan, luka yang sangat bernilai (indah) adalah luka yang terjadi di bagian pundak.