Selain nasi, mie adalah makanan yang populer di kawasan Asia. Makanan berbentuk bulat atau pipih panjang ini konon telah ada sejak 4.000 tahun lalu (mesinmie.biz). Namun dari mana asalnya, hingga saat ini masih simpang siur. Menurut sejarahdk.com, penentuan waktu 4.000 tahun tersebut berasal dari Gary Crawford, arkeolog University of Toronto yang pada tahun 2005 menemukan fosil mie kuning dalam endapan lumpur di daerah Lajia, Tiongkok. Fosil mie tadi berbahan millet-broomcorn dan jawawut yang dibuat secara manual dalam bentuk lembaran-lembaran tipis-panjang.
Bentuk mie baru berubah setelah ditemukan alat mekanik pembuat mie pada tahun 700-an Masehi. Dan, baru diproduksi secara masal setelah T. Masuki berhasil membuat mesin mie tahun 1854. Adapun jenisnya (berdasarkan tingkat kematangan) menurut mesinmie.biz dapat dibagi menjadi: mie kering, mie basah dan mie instan. Mie basah adalah mie yang memiliki kandungan air sekitar 52% sehingga hanya dapat bertahan selama satu hari. Mie instan berkandungan air hanya sekitar 8% sehingga tidak memerlukan waktu lama dalam proses pengeringannya. Sedangkan mie kering Mie kering atau biasa disebut mie telur karena berbahan dasar terigu dan telur memiliki kandungan air hanya sekitar 13%, umumnya digunakan sebagai bahan baku mie rebus atau mie goreng. Ketiga jenis mie tadi memiliki kandungan gizi relatif sama, yaitu per 100 gram terdapat 338 kalori, 7.6 gram protein, 11,8 gram lemak, 50 gram karbohidrat, 1,7 mg mineral, dan 49 mg kalsium (www.superindo.co.id).
Berkenaan dengan mie jenis terakhir, di Provinsi Kepulauan Riau ada sebuah makanan berbahan mie telur yang oleh orang Melayu disebut sebagai mie lendir. Sesuai dengan namanya, mie ini dilengkapi dengan kuah kental menyerupai lendir berasal dari campuran air, bawang merah, bawang putih, jahe halus, kunyit, cabe giling, udang giling, jintan, kacang tanah goreng, daun salam dan tepung kanji atau maizena. Bahab-bahan lain berupa 250 gram tauge, 250 gram kentang rebus, 2 buah mentimun, 5 butir telur rebus, bawang goreng dan seledri (Qomariah, 2017).
Langkah membuatnya diawali dengan menumis bawang putih, cabe giling, bawang putih, kunyit, dan jintan. Kemudian, dalam tumisan masukkan kacang goreng yang telah dihaluskan. Setelah tercampur merata, tuangkan air dan biarkan matang (mendidih) lalu masukkan gula jawa (gula merah), garam, perasa dan tepung kanji atau maizena. Aduk merata hingga membentuk cairan kental menyerupai lendir. Terakhir, sebelum disajikan, tuang kuah lendir tersebut dalam piring yang berisi mie, tauge rebus, telur rebus, potongan kentang rebus, irisan mentimun, dan irisan cabe rawit.
Di Kota Tanjungpinang, Ibu Kota Provinsi Kepulauan Riau, salah satu penjual mie lendir yang cukup laris berada di sebuah ruko (rumah toko) di Jalan Bintan, tidak begitu jauh dari Masjid Agung Al Hikmah. Jumlah meja makannya yang cukup banyak membuat suasana menikmati mie lendir terasa lebih "privat" dan "berbeda", khususnya pada bagian dalam ruko. Saya sempat mempunyai pengalaman "indah" ketika ingin merasakan sensasi "privat" dan "berbeda" tersebut. Sekitar dua puluh tahun lalu (tahun 1998), bersama beberapa teman "iseng" menuju tempat itu di sela-sela jam pelajaran sekolah. Tujuan sejatinya adalah menikmati beberapa batang rokok di tempat "privat". Bagian dalam warung mie lendir kami rasa cocok dijadikan sebagai lokasi "tersembunyi" sambil mencicipi hangatnya mie lendir serta dinginnya teh obeng (es teh).
Namun, baru beberapa belas menit di sana, tiba-tiba datang salah seorang guru dan langsung duduk bersama kami (kok bisa tahu yah? Ngikutin gitu? ^_^). Anehnya, beliau tetap membiarkan sebagian dari kami menyelesaikan "tugas" menyatap mie lendir dan sebagian lagi menghabiskan rokok yang sedang dihisap. Setelah selesai, barulah kami digelandang ke sekolah (SMA Negeri 1 Tanjungpinang) untuk menemui guru Bimbingan Penyuluhan (sekarang Bimbingan Konseling) yang bertugas dan bertanggungjawab memberikan layanan bimbingan dan konseling kepada peserta didik di satuan pendidikan. Walhasil, kami pun mendapat bimbingan karena tidak berada di tempat ketika jam pelajaran berlangsung, tidak mengindahkan larangan merokok bagi pelajar, dan beberapa hal lain yang tidaklah elok bila disebutkan satu per satu ^_^. (Ali Gufron)
Foto: https://www.temberang.co.id/travel/mie-lendir-kuliner-enak-nan-unik-di-kepulauan-riau.html
Sumber:
"Sejarah Mie dan Asal Usulnya", diakses dari http://mesinmie.biz/sejarah-mie-dan-asal-usulnya/, tanggal 22 Maret 2018.
"Jenis-jenis Mie", diakses dari https://www.superindo.co.id/artikel/info-sehat/jenis-jenis-mie/3, tanggal 22 Maret 2018.
"Sejarah dan Asal Usul Mie", diakses dari http://www.sejarahdk.com/2016/04/sejarah-dan-asal-usul-mie.html, tanggal 23 Maret 2018.
Qomariah, Nurul. 2017. "Lezatnya Mie Lendir Tanjung Pinang, Begini Cara Membuatnya", diakses dari http://pekanbaru.tribunnews.com/2017/10/23/lezatnya-mie-lendir-tanjung-pinang-begini-cara-membuatnya, tanggal 25 Maret 2018.