KH. Muhammad Thohir merupakan salah seorang ulama besar yang amat disegani di wilayah Lampung Barat karena memiliki ilmu agama yang tinggi. Beliau pernah memperdalam ilmu agama selama kurang lebih 30 tahun di jazirah Arab, yaitu di Mekkah, Madinah, Mesir, Palestina, dan Baghdad dan pernah berguru pada Syekh Abdul Qodir Jaelani yang banyak mengajarkan ilmu tarekat (facebook.com).
Lahir dengan nama Adjma, anak H. Ahmad Khotib, seorang keturunan Banten yang hijrah ke Krui, Pesisir Barat. Sewaktu kecil Adma sudah menunjukkan ketaatannya terhadap ajaran Islam dengan rajin mengaji dan belajar ilmu fiqih di kampungnya, Pekon Penengahan, Laai, Krui (sekarang tergabung dalam Kabupaten Pesisir Barat).
Oleh karena itu, tidak mengherankan ketika berusia 16 tahun Adjma berangkat ke Mekkah untuk melanjutkan pelajaran agamanya sekaligus juga ingin menunaikan ibadah haji. Tidak berapa lama bermukim di Mekkah, Adjma yang mengganti namanya menjadi Muhammad Thohir berangkat ke Kairo, Mesir, untuk memperdalam ilmu agama di Al Azhar. Masih kurang puas menimba ilmu di Al Azhar, beliau pergi ke Baghdad untuk berguru pada Syekh Abdul Qodir Jaelani. Dalam perjalanan menuju Baghgdad, beliau sempat mengunjungi Masjid Al Aqso di Palestina.
Usai berguru pada Syekh Abdul Qodir Jaelani, KH. M. Thohir pulang ke Liwa. Tidak lama berselang deliau lalu menikah dengan seorang gadis bernama Jamilah. Namun perkawinan mereka tidak bertahan lama karena Jamilah meninggal dunia. Kemudian, beliau menikah lagi dengan Fatimah dan dikaruniai tiga orang anak.
Selain mencari pasangan hidup di Liwa, KH. M. Thohir juga berusaha menyebarluaskan ilmu yang diperolehnya di jazirah Arab dengan mengajar agama di Pekon (Kampung) Balak Way Tegaga. Oleh pemerintah pendudukan Belanda, beliau diangkat menjadi guru agama Islam di Kawedanaan Krui. Tugasnya antara lain adalah mengajarkan agama Islam dari satu kampung ke kampung lainnya secara bergiliran.
Dalam mengajar KH. M. Thohir dikenal sebagai orang yang memiliki pendirian keras dan tegas terhadap hukum Islam. Namun, dibalik ketegasannya itu beliau termasuk orang yang lemah lembut dalam berbicara dan suka memaafkan orang lain. Selain itu, beliau juga pandai mengobati berbagai macam penyakit, sehingga banyak orang yang ingin berobat kepadanya. Bahkan, demi mencapai kesembuhan banyak diantara mereka yang rela menetap di rumah beliau selama berhari-hari atau berminggu-minggu. Semuanya dilakukan KH. M. Thohir tanpa pamrih sedikit pun.
Sebagai tokoh agama yang cukup berpengaruh di Lampung Barat, pada tahun 1936 KH. M. Thohir juga turut berpartisipasi dalam Muktamar Nahdlatut Ulama di Menes, Serang, Banten. Dalam muktamar tersebut beliau sempat mengutarakan tiga buah usulan, yaitu: pembentukan lembaga pendidikan Nahdlatul Ulama, muslimat Nahdlatul Ulama, dan bank berbasis Islam. Usulan terakhir konon merupakan cikal bakal berdirinya bank berbasis syariah yang umum dikenal sekarang ini (nu-lampung.or.id).
Sepulang muktamar KH. M. Thohir membentuk forum silaturahmi alim ulama yang merupakan salah satu jaringan Nahdlatul Ulama di Lampung. Jaringan ini kelak menjadi organisasi NU di Provinsi Lampung yang waktu itu masih bergabung dengan Provinsi Sumatera Selatan. Namun tidak lama setelahnya, mungkin karena usia yang sudah uzur, kondisi fisik beliau mulai menurun dan sakit-sakitan. Dan, beliau pun akhirnya wafat dalam usia 90 tahun pada tanggal 18 Januari 1950 bertepatan dengan tanggal 12 rabiul awal tahun 1370.
Foto: http://nu-lampung.or.id/blog/195.html
Sumber:
"KH. Muhammad Thohir, Tokoh Agama yang Tegas dan Berilmu Tinggi", diakses dari http://nu-lampung.or.id/blog/195.html, tanggal 15 Agustus 2016.
"KH. Muhammad Thohir", diakses dari https://www.facebook.com/permalink.php?story _fbid=532273943637624&id=439683669563319, tanggal 15 Agustus 2016.