Apabila berada di stasiun kereta api atau terminal-terminal bus di utara Pulau Jawa, biasanya kita akan melihat jajanan berupa kue berbentuk lempeng-bulat atau kotak dibungkus kertas yang disebut sebagai wingko atau wingko babat. Kue bercita rasa gurih-manis ini berbahan utama kelapa, tepung beras, dan gula.
Wingko sendiri, walau populer dari daerah Semarang, sebenarnya berasal dari daerah Babat, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Adapun penciptanya menurut Sarwopeni dan Saraswati yang dikutip detik.com adalah Loe Soe Siang dan Djoa Kiet Nio pada tahun 1898. Suami-istri itu kemudian mewariskan resepnya pada dua anaknya yaitu Loe Lan Ing dan Loe Lan Hwa.
Tahun 1944 Loe Lan Hwa bersama suaminya The Ek Tjong (D Mulyono) hijrah ke Semarang dan mulai memproduksi wingko sebagai mata pencaharian. Mereka menjajakan wingko dari rumah ke rumah serta menitipkannya pada salah satu kios di Stasiun Tawang. Dan, karena rasanya enak, wingko berkembang hingga sekarang menjadi makanan khas Semarang dengan berbagai macam rasa (keju, coklat, pandan, stroberi) dan merek dagang, seperti: Wingko Babat Cap Kereta Api, Wingko NN Meniko, Wingko Cap Bus Gaya Baru, Wingko Cap Lokomotif, Wingko KM Mutiara, Wingko Pak Moel, Wingko Cap Pesawat Jet, Wingko Dyriana, Wingko Hj Wiwik, dan Wingko Pratama.
Lepas dari berbagai macam rasa dan merek dagang tersebut, yang jelas wingko merupakan kudapan favorit khususnya sebagai oleh-oleh. Ia dibuat dari beberapa macam bahan seperti: Tepung ketan, gula pasir, tepung kanji atau tepung tapioka, kelapa, kelapa muda, daun pandan, margarin, garam, vanili, dan kertas minyak atau daun pisang. Adapun cara membuatnya diawali dengan mencampur tepung ketan, parutan kelapa, garam, gula pasir, dan vanili dengan air. Bila telah terulen padat adonan dibentuk bulat atau kotak pipih kecil lalu dipanggang beralas daun pisang. Dan, bila telah berwarna kecoklatan wingko siap disajikan.